[ 03 ] Halcyon • Tiga

2.4K 273 35
                                    

| Brothership " Familyship " Friendship|

YANG JUNGWON ENHYPEN

•••

Sepulangnya dari sekolah Juan bergegas menuju swalayan tempat dia bekerja. Jam kerjanya dimulai pukul 4 sore sampai 10 malam. Dari jerih payahnya itu juan memperoleh gaji yang bisa dia gunakan untuk keperluan sehari-hari juga terkadang bila ada sisa maka akan Juan tabung supaya kelak ia bisa membelikan kalung emas untuk Ratna. Ibunya itu pasti akan sangat cantik jika memakai perhiasan.

Untuk sampai ditempat kerja, Juan harus menuruni dua halte lalu dirinya hanya perlu jalan kaki. Tidak jauh karena setelah turun dari bus bangunan tiga lantai itu sudah terlihat.

Dengan ransel biru kesayangan yang tergantung dikedua bahu, Juan menyapa satpam yang berjaga, "sore Uncle Jeff." Suara ceria seperti anak kecil pada umumnya menyapa gendang telinga si satpam.

Sekuat apapun Juan bersikap seperti orang dewasa, pada kenyataannya dia tetap anak dibawah umur.

"Sore, si ganteng udah sampai aja,” balas Jeffrey.

Telingi Juan tergelitik sewaktu satpam bernama Jeffrey memanggilnya seperti itu. Deretan gigi putih Juan yang tersusun rapi terlihat. "Uncle Jeff jangan gitu nanti Juan terbang!" Rengeknya tanpa sadar.

Jeffrey mensejajarkan tingginya dengan Juan kemudian mencubit gemas pipi yang ia yakin tidak kalah lembut seperti kulit bayi. "Nanti jangan capek-capek ya, besok masih harus sekolah 'kan."

Juan tersenyum lalu menjabawa, “Iya Uncle.”

Mendengar jawaban tersebut Jeffrey tidam kuasa untuk menahan kurva diwajahnya. Walaupun belum lama kenal, Jeffrey sudah dibuat nyaman oleh sosok Juan. Dirinya tidak ragu untuk menganggap Juan seperti keponakan sendiri. Jujur dirinya kadang menginginkan Juan tidur sore ketika habis sekolah bukan bekerja sempai malam. Juan adalah anak baik yang ditemani nasib buruk begitulah pikir Jeffrey.

"Kalau gitu mana kartunya?" Jeffrey tersenyum. Belum lama ini Juan menyadari bila Uncle Jeff juga memiliki cacat dipipi.

"Pipinya bolong." Tunjuk Juan membuat Jeffrey tertawa.

Setelah menunjukkan kartu identitasnya Juan langsung masuk dan absen. Jangan kira anak bergigi kelinci itu bisa dengan mudah mendapat pekerjaannya karena mau bagaimanapun Juan masih dibawah umur jadi butuh perjuangan agar swalayan tersebut mau merekrut dia.

"Vel udah makan?" Dari arah depan ada wanita cantik berjalan mendekati Juan. Rambut yang tidak panjang namun tidak juga pendek beberapa kali bergerak.

Senyum Juan merekah menyambut kehadiran wanita itu. "Alhamdulillah udah Mba Lia, tadi dijajanin temen." Juan mencium punggung tangan wanita yang dipanggilnya Mba Lia tadi.

Lia menelisik mimik wajah Juan, berusaha mencari kebohongan, "ya udah kalo gitu siap-siap, bentar lagi jam kamu." Jemari besarnya mengusak poni Juan tidak lupa juga, Lia memberi senyum penyemangat.

Juan mengangguk patuh, kaki-kaki pendeknya melangkah memasuki ruang ganti. Saat berpapasan dengan pegawai atau karyawan Juan selalu menyapa dengan jemari yang memegang tali ransel. Terhitung sudah satu bulan juan bekerja di swalayan tersebut dan dirinya cukup dikenal. Anak itu ditugaskan untuk membantu bagian gudang yang tentu saja isinya adalah orang-orang dewasa yang sudah lulus sekolah ataupun pekerja paruh waktu karena masih menimba ilmu. Mungkin jika diperbolehkan Juan akan mengeluh pegal-pegal karena harus memindahkan barang dari satu tempat ke tempat yang lain, namun dia dipaksa untuk terbiasa.

Halcyon [ RE-PUBLISH ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang