[ 7 ] Halcyon • Tujuh

2K 245 71
                                    

| Brothership " Familyship " Friendship|


YANG JUNGWON ENHYPEN

•••

Sekitar pukul 9 pagi Dipta dan Lea membawa Juan ke rumah sakit untuk berobat. Sebenarnya bisa saja Dipta meminta dokter untuk datang ke mansion, namun karena ada suatu alasan dokter yang menjadi kepercayaan Pradipta tersebut tidak bisa datang.

Di mobil yang baru Dipta beli kemarin sore terdapat Lea yang memangku Juan. Anak itu menolak keras duduk sendiri. Dapat disimpulkan jikalau Juan akan berubah sedikit manja ketika sedang sakit, hanya saja sifat menyebalkan anak itu masih melekat kuat.

Sebelumnya, pagi tadi seluruh anggota keluarga dibuat panik karena demam Juan semakin tinggi. Bahkan Hesa dan Aska sudah berniat ijin tidak masuk sekolah. Beruntungnya Lea selaku satu-satunya wanita di keluarga itu bisa menenangkan Hesa dan Aska serta meminta mereka untuk tetap masuk sekolah.

"Bun.."

"Kenapa Dek? bentar lagi sampai kok,” sahut Lea sembari membenahi tudung hoodie yang Juan kenakan.

"Nggak apa-apa, manggil doang," lalu Juan membentuk pola abstrak dikaca mobil. Manik kembarnya memandangi gedung-gedung besar yang mereka lewati. Hari ini cuaca sangat cerah, bibir pucat Juan tersenyum tipis. Dia masih tidak menyangka dengan apa yang ia alami. Seperti apa yang selalu Juan pikirkan bahwa langit, hujan, dan air ada pada satu ikatan. Mereka dipisahkan dan pertemukan ketika langit tengah hujan dengan rintik air yang membasuh bumi.

Tak terasa mobil Dipta sudah sampai ditempat tujuan. Mereka bertiga keluar, lalu Dipta menyerahkan kunci pada tukang parkir.

"Buat Bapak." Dipta memasukkan selembaran uang berwarna merah ke saku si tukang parkir.

"Ini kebanyakan Pak, parkir cuma 20 ribu buat mobil," tukang parkir tadi berusaha mengembalikan uang Dipta.

"Uang parkirnya saya bayar nanti, yang ini buat Bapak," Balas Dipta tersenyum, hatinya sedang bahagia saat ini setelah kepulangan Juan.

Banyak pasang mata yang dibuat tertarik. Ditambah mereka semua tahu siapa sosok Pradipta ini. Orang sukses, berpendidikan, mapan, dan murah hati.

"Makasih banyak Pak," Theo si Tukang parkir itu membungkuk sopan pada Dipta.

"Nggak usah bilang gitu, tapi kalo boleh. Tolong doain anak saya biar cepet sembuh dan diberi kesehatan."

"Pasti Pak, saya doain juga semoga satu keluarga selalu dalam perlindungan Tuhan."

"Aamiin, ngomong-ngomong nama Bapak bagus," ucap Dipta terkekeh ketika membaca nama Theo diseragam yang dipakai.

"Nama doang Pak yang bagus, tapi nasib kurang beruntung," jawab Theo santai. Mungkin terlihat sedang bercanda, tetapi Juan yang sejak tadi berdiri disamping Lea bisa merasakan seperti apa susahnya mencari uang untuk bertahan hidup ditengah-tengah keserakahan manusia.

Lalu mereka bertiga masuk, dan langsung menemui dokter Ilham karena sudah membuat Janji. Sejujurnya, Juan sedikit gugup. Dulu ketika sakit dia hanya akan membeli obat diwarung lalu tidur secukupnya dilanjut kerja mencari uang.

"Juan tiduran ya, biar Om perikasa," pinta Ilham hendak memeriksa. Sedangkan Ayah dan Bunda ada diluar, menunggu dan mendoakan yang terbaik untuk anak bungsu mereka.

"Om?" beo Juan.

"Saya sahabat Ayah kamu, jadi panggil Om Ilham aja. Oke?" jawah Ilham dengan senyum menampilkan gigi rapinya.

Halcyon [ RE-PUBLISH ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang