| Brothership " Familyship " Friendship|
YANG JUNGWON ENHYPEN
•••Juan terus memandangi dengan malas ponselnya yang menyala sejak tadi. Ia tebak pesan yang masuk sudah menyentuh angka ratusan. Tidak heran sebenarnya ketika anak bungsu Pradipta yang belum lama ini ditemukan tiba-tiba menghilang tanpa jejak.
Dia semakin menutup wajah menggunakan tudung hoodie. Tak ingin seorangpun menyadari presensi Juan. Dalam hati menaruh kesal pada keluarganya sebab terlalu berlebihan. Juan baru menghilang sehari namun Dipta dan Lea sudah memasang berita dimana-mana. Mengatakan jika Arvel Juan Pradipta menghilang.
Pagi tadi Juan mendatangi Rendi, ingin membahas sesuatu yang penting. Hanya saja Juan melewatkan satu hal yaitu berpamitan. Ingin memberi kabar juga sedikit tidak yakin. Keluarganya belum tahu siapa Rendi dan ada hubungan apa dirinya dengan pemuda tampan sekaligus cantik itu.
Awalnya selepas bertemu Rendi, dia ingin langsung pulang tetapi urung saat Rendi memberi tawaran menarik. Jalan-jalan sembari mencicipi berbagai makanan pinggir jalan secara gratis karena Rendi yang mentraktir. Tentu saja Juan tak mampu menolak. Walaupun sudah menjadi orang kaya tetap saja ketika mendengar kata gratis telinganya langsung terbuka lebar.
Maka disinilah mereka berada, warung pecel lele dekat rumah Rendi sebagai penutup acara jalan-jalan, “anjing Vel, matiin dulu kek itu hp lo. ganggu konsentrasi makan gue."
Juan tidak membalas, tangannya meraih benda tipis tersebut kemudian ia masukan kesaku. Tiba-tiba muncul perasaan tidak enak hati. Karena perbuatannya menimbulkan kekacauan. Sejujurnya Juan sendiri binggung harus menyebut ini kekacauan atau bukan. Bukankah Juan hanya pergi kurang dari sehari.
"Lo kalau merasa bersalah cepetan kabarin mak bapak lo, jangan diem," ucap Rendi seakan tahu apa yang Juan pikirkan.
"Gue bukan cenayang, muka lo keliatan kaya nahan berak."
"Depan lo makanan Rendi, bisa-bisanya ngomong itu."
"Makan tinggal makan nggak usah dibayangin," sahut Rendi seusai menelan satu suapan.
Juan berdecak, binggung mengapa temannya tidak ada yang benar. Selalu membuat Juan mengelus dada."Gue takut Ren, lo paham nggak sih?" rengek yang lebih muda.
"Terus gue harus apa? udah gue bilang kabarin mak bapak lo. Lagian apa yang mau lo takutin."
"Saran lo nggak berguna," Juan menyembunyikan wajahnya pada lipataan tangan. Membiarkan sepiring pecel lele yang belum tersentuh sama sekali. Maka dari itu Rendi mengambil ekor lele Juan diam-diam.
"Siniin hp lo biar gue yang ngomong, nggak usah nangis," tawar Rendi lembut. Segalak-galaknya dan se- ceplas-ceplosnya Rendi, dia tetap tidak tega jika melihat Juan menangis.
Juan mendongak."Makasih," cicitnya. Namun justru lalapan daun kemangi mendarat di wajah bulat Juan.
"Muka lo jelek!"
"Lo lebih jelek! udah jelek, galak lagi," balas Juan.
Rendi tak jawab. Dia berbohong saat mengatakan Juan jelek. Padahal aslinya Juan sangat mengemaskan dengan pipi dan hidung memerah. Tanpa Rendi sadari bahwa dia sendiri tak kalah mengemaskan.
"Juan kamu dimana sayang? kenapa baru ngabarin── Abang! bilang ke Mas Hesa, Juan udah ketemu," suara Lea menjadi pembuka. Rendi meringis saat teriakan Lea menusuk telinga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halcyon [ RE-PUBLISH ]
Novela Juvenil[ END ] ╰➝Brothership, Familyship, Friendship.✧*。 Juan seorang yang menyukai warna biru. Dikala langit tengah membagi sesaknya, Juan memiliki alasan tersendiri mengapa hujan begitu bermakna untuknya. Semua tak pernah mudah sejak awal, tetapi kata ap...