Dicari

39 11 15
                                    

Pukul empat sore.

Bietta duduk terbangun dari tidurnya. Wah, aku kira sudah malam, tidurku tadi terlalu nyenyak, batinnya senang.

Bietta melangkahkan kakinya menuruni anak tangga. Berjalan menuju dapur demi semangkuk puding susu buatan mamanya kemarin.

"Papa? Udah pulang?" Tanya Bietta melihat papanya duduk di ruang makan.

"Iya. Kan tadi berangkatnya dini hari, jadi sekarang udah pulang."

Bietta membuka kulkas, lalu mengambil puding untuknya dan papanya. "Puding, pa. Kemarin mama yang buat."

"Wah pas sekali, papa hari ini capek banget."

Bietta tertawa kecil, kemudian duduk di seberang kursi papanya.

"Tadi, ada flashdisk presentasi yang ketinggalan. Terus papa inget, di rumah nggak ada orang —kamu kuliah, Jim nemenin mama belanja. Jadi papa harus buru-buru pulang buat ambil." Papanya bercerita, "Eh malah ada tamu datang."

"Siapa?"

"Cowok, masih muda. Katanya lagi cari barang dia yang ketinggalan di sini."

Bietta menghentikan kunyahan pudingnya. Mengalihkan atensinya pada cerita papa.

"Tapi, ya, kan papa nggak tau. Jadi papa jawab aja kalau kayaknya nggak ada barang yang tertinggal," Papanya melanjutkan "Terus papa nyaranin dia buat kapan-kapan kesini lagi. Siapa tahu dia temannya Jim atau malah temanmu karena kayaknya seumuran denganmu."

Bietta tidak berkata-kata.

"Untungnya anaknya paham kalau papa lagi buru-buru."

"Papa, apa dia akan kesini lagi?"

"Dia bilang mau kesini lagi sih, sebelum tadi pergi." Papa menyuapkan puding dalam mulutnya, "Entah kapan."

Bietta memandang tak tentu arah sembari menghabiskan sendok terakhir pudingnya.

"Dia temanmu, nak?" Bietta hanya mengangguk asal menjawabnya.

.・。.・゜☆・11 : 11・☆ ・゜・。.

Hari esoknya Bietta berangkat ke kampus seperti biasa, namun yang tidak biasa adalah hari itu menjadi lebih melelahkan daripada sebelumnya.

Entah kenapa, Bietta merasa seperti akan meledak sewaktu-waktu. Emosinya naik turun tidak karuan, apalagi saat badannya pegal secara tiba-tiba. Sungguh, perpaduan yang luar biasa.

"Ah, ternyata aku dapat tanggal merah. Pantas saja..." ujarnya.

Setelah pulang dan mandi, Bietta memutuskan tiduran sambil memakai hot water bag di perutnya. Kemudian dia terlelap.

Bietta terbangun kelaparan. Gara-gara melewatkan makan siangnya karena mulas, dia jadi terpaksa menyudahi tidur sorenya.

Bietta bergegas ke dapur dan membuat nasi goreng kimchi. Lalu menghabiskannya sendirian sesaat sebelum mamanya keluar dari dalam kamar.

"Loh mama kira rumah nggak ada orang, ternyata kamu sama Jim udah pulang."

"Iya Ma, aku pulang awal."

"Begitu... Mama barusan pulang tadi, terus saat mama buka gerbang ada temanmu kesini."

"Temanku? Siapa, ma?"

"Ah, sebenarnya mama juga ragu itu temanmu atau bukan tapi keliatan seumuran kamu kok. Dia nanyain barang yang ketinggalan di sini."

Astaga, pasti Donghyuck, batin Bietta yakin.

"Dan karena mama ingat kamu sama jim bakal pulang telat, jadi mama bilang kalau anak-anak mama belum pulang."

Itu benar, tadi pagi Bietta bilang akan pulang sedikit terlambat karena ada janji akan jalan-jalan bersama teman-temannya. Namun karena setelah itu perutnya bermasalah, dia memilih tidak ikut serta dan langsung pulang. "Lalu, sekarang dia kemana ma?"

"Udah pergi tadi, disuruh masuk duduk dulu dia nggak mau."

Kedua kalinya Bietta sudah hampir sampai pada tujuannya. Kedua kalinya kotak kayu itu sudah sedekat itu dengan pemilik yang sebenarnya. Tapi takdir seakan berkata "nanti"

Ah, jika saja tadi Bietta tidak tertidur...

.・。.・゜☆・11 : 11・☆ ・゜・。.

Sudah dipastikan hari-hari selanjutnya Bietta cepat-cepat untuk segera tiba di rumah setelah kuliah. Setelah itu dia akan duduk manis di ruang tamu dan sesekali berjalan ke gerbang depan, lalu ke teras, dan kembali lagi ke ruang tamu. Bietta melakukan hal yang sama hingga beberapa hari kedepan. Tapi tetap tidak ada tanda-tanda seseorang akan bertamu.





5 Juli 2021, Senin.

11:11 [Lee Haechan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang