Mereka

42 9 7
                                    

Selesai dari pemakaman, keduanya berjalan menyusuri jalan besar yang tampak lengang. Membiarkan belaian angin yang sesekali menyapa wajah dan menerbangkan anak rambut mereka.

"Kamu, lapar nggak?"

"Tidak begitu. Tapi sepertinya sebentar lagi protes minta diisi." Bietta terkekeh.

"Aku tau kedai tteokbokki paling enak dekat sini. Aku traktir, kalo kamu mau sih..."

"Kedai Paman Kim. Benar tidak?"

"Woah, benar. Kamu tau?".

"Aku pernah kesana."

Lonceng kecil bergemerincing ketika Donghyuck membuka pintu kaca kedai. Tempat itu tidak seramai biasanya. Aroma bumbu rempah masakan menguar, dengan sopan masuk ke dalam indra pembau.

"Oh, Donghyuck!" Seru Paman Kim yang baru saja keluar dari dapur.

"Selamat sore, paman."

"Wah, ada kau juga nak! Silakan duduk dulu." Ujar Paman Kim ramah pada Bietta yang tersenyum membungkukkan badannya.

Bietta dan Donghyuck memilih meja di sudut ruangan setelah memesan menunya. Tidak lama, dua porsi tteokbokki siap dihidangkan —dan sepertinya se-spesial itu karena Paman Kim sendiri yang menyajikannya.

"Kau kemana saja, Hyuck? Sudah lama tidak kemari. Temanmu ini ke sini mencarimu." Ungkapnya seraya menepuk bahu Donghyuck.

Tatapan Donghyuck jatuh pada gadis yang duduk di depannya. Sementara itu, Bietta sendiri tidak menanggapi apa-apa.

"Aku pindah rumah, Paman. Tapi nanti aku bakal sering mampir deh." Kata Donghyuck sambil tertawa.

Selepas Paman Kim kembali ke ruang kerjanya, Donghyuck membuka obrolan walau terkesan masih canggung, "Kamu... mencariku ke sini?"

Bietta mendongakkan kepalanya, "Yah begitulah. Itu karena rekaman terakhirmu benar-benar membuatku tidak tenang."

Donghyuck menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan terkekeh kecil, "Darimana kamu tau tempat ini?"

"Riset kecil-kecilan, tetangga samping rumahku yang memberi tau."

"Ah, paman tukang kebun itu ya..." Bietta hanya mengangguk menanggapi.

Keheningan datang mengisi hingga hidangan di depan mereka habis.

Dengan tiba-tiba Donghyuck berujar "Well, it was nice to meet you...? Namamu?"

"Bietta. Bietta Park." Bietta tersenyum "Nice to meet you too."

Donghyuck mengangguk dan tersenyum "Kamu, kuliah psikologi ya?"

"Salah. Tapi, kenapa bisa menebak begitu?"

"Entah. Kamu tau? Kalau boleh cerita, caramu tadi berbicara saat di pemakaman mengingatkanku pada seseorang."

"Siapa?"

"Dulu saat ketemu, sih, mungkin usia tahun pertama sekolah menengah?"

"Apa dia mirip denganku? Atau, sama anehnya denganku ya?" Bietta terkekeh.

"Yah, awalnya aku pikir gitu. Aneh banget." Lawan bicaranya tertawa.

"Lima tahun lalu, aku pernah berniat menyusul mama. Saat itu aku berdiri di rooftop sebuah apartemen."

Bietta menyimak dengan seluruh atensinya. Dia teringat pada rekaman yang dia dengarkan sebelumnya.

"Terus nggak tau, anak itu tiba-tiba datang. Pokoknya nggak habis pikir, dia nyuruh aku ikut ke apartemennya buat nyalain kompor! Mana pas itu dia sendirian, harusnya kan nggak bawa orang asing masuk"

Donghyuck melanjutkan ceritanya, "Dia memasak dan membuatkan untukku juga. Anak itu makan sambil ngerjain tugasnya. Dia banyak omong —terutama soal kehidupan. Menurutku sangat keren untuk ukuran anak tahun pertama sekolah menengah. Aku jadi belajar banyak hal darinya dan bertahan... hingga sekarang." Laki-laki itu terkekeh.

Bietta merasakan napasnya tertahan, "Siapa dia? Kamu tau namanya?"

"Aku sempat melirik sampul buku tulisnya. Kalau nggak salah... Ah lupa! Itu sudah lima tahun lalu." Donghyuck menyerah mengingat "Oh! Tapi saat itu dia memakai jepit rambut banyak sekali."

"Seperti ini?" Bietta memperlihatkan sebuah foto anak kecil di dalam. Rambutnya panjang diikat jadi dua. Banyak jepit tersemat di rambutnya.

"Ya! Bagaimana bisa—" Donghyuck ternganga "Astaga..."

"Ini aku. Lima tahun yang lalu." Kata Bietta menutup dompetnya kembali.

Di tempatnya, Donghyuck masih tampak berusaha mencerna semuanya. Dia tertawa padahal tidak ada yang lucu di sini. Sebenarnya Bietta juga sama terkejutnya, hanya saja raut mukanya tidak menunjukkan.

"Bitna Park, itu nama Korea-ku. Juga yang tertulis di sampul bukuku dulu."

Keduanya terdiam cukup lama. Yang satu sibuk bermain dengan jemari tangannya sendiri, seorang lagi sedang bertumpu dagu memandang luar jendela.

Donghyuck berdeham. "We meet again. Ternyata dunia sesempit itu."

Bietta menarik sudut bibirnya. "Glad to see you again."





12 Juli 2021, Senin.

11:11 [Lee Haechan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang