Kotak Kayu

258 11 3
                                    

Bietta menurunkan barang-barang yang nantinya akan mengisi kamar barunya. Dari halaman depan dia melihat rumahnya yang baru. Dia langsung menyukainya saat pertama kali melihat. Rumahnya rapi, tidak terlalu besar namun juga tidak se-sederhana itu. Bietta bertanya-tanya dalam hati, kenapa pemilik lama menjual rumah apik ini?

Bietta menaiki pijakan tangga menuju kamarnya. Kamarnya berukuran sedang, ada sebuah ranjang, nakas, satu meja dengan kursinya, serta lemari besar disana. Dindingnya putih bersih terlihat menakjubkan dengan pencahayaan yang menyeruak dari jendela. Karena semua itu, membuat ide-ide random masuk dalam kepalanya dengan terburu-buru, Bietta memutuskan untuk mendekor ulang kamarnya nanti jika ada waktu.

Bietta mengambil sapu di pojok ruangan dan mulai membersihkan tempat berdebu itu. Setelah dirasa cukup bersih dia duduk di kursi belajarnya. Iseng, Bietta membuka laci meja paling atas yang terdapat stiker matahari disana. Kosong. Berlanjut ke laci kedua yang dihiasi lukisan bunga matahari —lukisannya terlihat asal-asalan, khas buatan tangan anak kecil— di sana ternyata juga kosong.

"Iya lah, kosong. Mana mungkin ada yang sengaja tertinggal."

Namun setelahnya, matanya menangkap laci terakhir yang belum dia buka. Berbeda dengan dua laci diatasnya, laci itu polos tanpa hiasan apapun. Akhirnya laci itu dibuka. Bietta menemukan sebuah kotak kayu disana. Hanya kotak kayu biasa tanpa ornamen ataupun ukiran.

Walaupun ukurannya tidak terlalu besar, kotak itu sedikit berat. Kotak kecil itu tidak bergembok. Pelan-pelan Bietta membuka pengaitnya dengan rasa penasaran. Ada sebuah kertas yang dilipat tidak rapi.

Di situ tertulis, nggak perlu minta ijin buat membuka alias... ya buka aja gapapa :)

Gadis itu terkekeh membacanya. Di dalam kotak tersebut ada beberapa kaset tape dan sebuah walkman, serta buku harian bersampul kulit.

"Wah, kayak punya kakek. Ternyata masih ada yang pake ginian ya..."

Kaset kaset itu disusun berurutan, mulai dari kaset berlabel A hingga N



"Halo, tes tes, satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, —eh kebanyakan ngitungnya hehehe"

"Halo, ini berfungsi tidak sih?"
"Oh udah bisa"



"Bi...?" panggil kakaknya —Jim— sambil mengetuk pintu.

Bietta gelagapan, lantas cepat-cepat memasukkan walkman itu ke dalam kotak, kemudian langsung menyahut setengah berteriak "Y-yaaa?"

Pintu kamarnya pun dibuka, tampak kakaknya memandangnya dengan tatapan menyelidik. "Aku dengar suara orang, kamu lagi ngapain?"

"Ah, itu, lagi nonton video di sini, hahaha maaf volumenya terlalu keras, aku lupa mengecilkan," Bietta tertawa kikuk sambil memegang hpnya yang untungnya berada di dekatnya jadi dia tidak kelimpungan.

Alis kakaknya mengerut, masih merasa ada yang janggal. Tapi akhirnya tidak berniat memperpanjang hal itu dan berkata, "Ayo turun, makan dulu."

Melihat kakaknya menutup pintu dan berlalu, Bietta menghela napas lega. Lalu mengembalikan walkman serta kaset tape ke tempatnya semula, dan memutuskan untuk melanjutkannya nanti seusai makan.

Sehabis makan, Bietta cepat-cepat kembali ke kamarnya. Lalu duduk di ranjang yang empuk, bersandar di sana. Di tangannya sudah ada kotak kayu yang dia temukan tadi.

Bietta mencari posisi paling nyaman sebelum akhirnya kembali memutar kaset berlabel A dengan player tersebut dari awal lagi.


6 Juni 2021, Sun-day.

11:11 [Lee Haechan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang