•°•°•°•°•°•
…CarpeDiem…
•°•°•°•°•°•Kediaman Namikaze.
Sinar mentari mulai masuk melalui celah gorden yang belum di buka. Ruangan yang tadinya gelap gulita, sedikit demi sedikit mulai menampakkan wujud, termasuk entitas pirang yang masih bergelung dalam tumpukan bantal besar yang menimbun tubuh.
Pintu ruangan terbuka perlahan, menampilkan pemuda berseragam pelayan yang berjalan masuk ke dalam ruangan. Pintu kembali di tutup dari dalam, dengan si pemuda berwajah tampan yang berjalan menuju balkon berniat membuka gorden beserta pintu balkon. Bermaksud membiarkan udara segar di pagi hari masuk dan memenuhi seisi kamar.
Tubuh tinggi mulai berputar, menatap lurus ranjang mewah dengan tumpukan bantal besar yang menutupi seluruh permukaan ranjang. Tangan berbalut sarung tangan putih mulai bergerak menyingkirkan satu persatu tumpukan bantal.
"Hmm? Di mana dia?" gumaman rendah mulai terdengar, kening berkerut heran disaat tak menemukan entitas yang di cari dalam tumpukan besar nan empuk di depan mata.
Tangan kembali bergerak cepat, seolah menggali tumpukan empuk.
"Enghh...." senyuman tipis terukir di bibir, begitu mendengar erangan lirih dari sosok yang sejak tadi di cari.
"Selamat pagi, Tuan Muda." bantal terakhir berhasil disingkirkan, manik gelap mulai melirik tumpukan bantal besar yang tergeletak di lantai kamar.
Di awal masa percobaan kerja, Obito –nama si Pelayan- merasa heran dan bingung kala melihat bagaimana cara Tuan Mudanya itu tidur.
Obito tak paham saat melihat tumpukan bantal yang menggunung di atas ranjang. Awalnya Obito fikir Tuan Muda tak cukup hanya dengan ranjang empuknya, sampai-sampai ingin tidur di atas tumpukan empuk lainnya.
Tapi semua itu berhasil di patahkan, kala kepala pelayan yang saat itu menemani, mulai menggali dan mendapati Tuan Muda tengah tertidur lelap di dalam tumpukan bantal.
Alih-alih tidur di atas semua bantal itu, Tuan Muda lebih memilih tenggelam di dalamnya. Kepala pelayan pernah mengatakan, kalau Tuan Muda tak dapat tidur jika tak di dalam sarang empuknya.
Dan lihat sekarang, bagaimana Tuan Muda tengah meringkuk seperti bayi di ujung ranjang.
"Tuan Muda... selamat pagi...." tangan Obito terangkat naik dan mengguncang sedikit bahu tipis di depannya.
"Enghh... matikan lampunya." Tuan Muda mulai bergerak tak nyaman, dengan tangan-tangan kecilnya yang bergerak mencari sumber kehangatan.
Tak mendapati apa yang di cari, kelopak Tan terbuka paksa, menampilkan iris seindah lautan yang selalu bisa membuat siapapun terhipnotis.
"Tuan Muda, ini sudah pagi... Nyonya besar akan marah pada saya, jika anda tak segera bangun." tangan Obito kembali terangkat naik, dan sasaran kali ini adalah kepala pirang yang lembut.
"Ayo bangun, Tuan Muda... anda bisa terlambat ke sekolah." Tuan Muda bangun dari tidurnya, dan mulai beringsut mendudukkan tubuh di pinggiran ranjang.
"Sebaiknya anda lekas mandi." tangan Obito mulai bergerak melepas satu persatu kancing piyama terusan di tubuh sang Tuan Muda.
Memang sudah menjadi tugas rutin bagi Obito, untuk mengurus Tuan Muda di pagi hari.
"Segeralah mandi, anda bisa memanggil jika sudah selesai. Saya akan membantu anda berpakaian."
Obito membungkuk kecil dan berjalan keluar ruangan, sesaat kepala Obito menggeleng kala melihat Tuan Muda berjalan sempoyongan menuju kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
〈✔〉𝙽𝙰𝚁𝚄-𝙽𝙰𝚁𝚄 𝚂𝚃𝙾𝚁𝚈
Fanfiction″BERISI ONESHOOT, TWOSHOOT, THREESHOOT, ATAUPUN SHORT STORY. DENGAN UZUMAKI NARUTO SEBAGAI TOKOH UTAMA. GENRE, PAIRING, DAN SEBAGAINYA AKAN BERBEDA DI SETIAP CHAPTERNYA.″ ▪️NO GS. NO STRAIGHT. JUST BL. ▪️GA SUKA? GA TERTARIK? GA USAH REPOT, GA USAH...