EVANESCENT

2.8K 278 65
                                    

□■□■□■□■
‖₰‖EVANESCENT‖₰
□■□■□■□■

Naruto kecil selalu tau, jika kehadirannya tak pernah di harapkan. Tatapan sinis dari kedua saudara, serta delikan enggan dari kedua orang tua pun, sudah menjadi hal yang biasa untuk di lihat.

Tak apa.

Naruto sama sekali tak mempermasalahkan hal itu. Naruto sudah cukup senang hidup hanya dengan tawa dan senyuman dari Kakek.

Semua akan berjalan dengan baik. Meskipun seluruh dunia memusuhi, asalkan Kakek selalu ada di sampingnya, maka semua akan baik-baik saja.

Dan saat itu, Naruto kecil sungguh tak tau.

Jika ada takdir kejam bernama kematian yang akan selalu menjadi pemisah bagi setiap ikatan dari manusia yang hidup di bumi.

Naruto selalu menunggu, tapi Kakek tak pernah pulang.

Naruto enggan bertanya. Karena sudah tau, jika bertanya hanya akan menghasilkan dengusan jengkel seolah dirinya serangga pengganggu, alih-alih menjawab pertanyaannya yang sungguh sangat sederhana.

Kenapa Kakek tidak juga pulang?

Hanya para pelayan yang tetap memberinya senyuman, menebar harapan semu. 'Jiraiya-sama sedang sibuk... dia akan pulang sebentar lagi.'

Benar atau tidaknya, Naruto puas. Setidaknya masih ada yang mau menjawab pertanyaannya, meskipun itu hanya pelayan sekalipun.

Dan Naruto tak pernah tau. Jika kata sebentar yang di maksud para pelayan, berarti bertahun-tahun.

Ya. Bertahun-tahun. Karena sejak Kakek tak pulang ketika usianya berada di angka delapan, kini dirinya berdiri di angka enam belas.

Dulunya Naruto tak mengerti jika Kakek sudah menyatu kembali dengan alam. Tapi sekarang, Naruto paham. Takdir pahit bernama kematian itu.

Ternyata begitu mengerikan. Namun anehnya, meskipun sulit....

Ajaibnya Naruto bisa bertahan selama itu.

□■□■□■□■
‖₰‖EVANESCENT‖₰
□■□■□■□■

Kebencian masih tersisa. Dan akan selalu ada.

Oh, bukan hanya selalu ada. Tapi terus terpupuk di setiap harinya.

Kebencian semakin berkobar, hingga tak mampu di padamkan. Kala mengingat setengah dari harta kekayaan milik Kakek yang sangat melimpah, secara cuma-cuma menjadi bagian dari milik Naruto pribadi.

Menghasilkan kebencian tanpa batas dari saudara dan seluruh keluarga.

Pfft. Naruto sungguh tak butuh semua kilauan emas dan permata, begitupun dengan gedung-gedung bertingkat tinggi yang begitu mewah, ah, dan juga tumpukan uang yang seolah takkan habis.

Ayolah. Naruto hanya ingin Kakek kembali.

Tapi itu mustahil, kan? Mati sekarang ataupun nanti, takkan ada jaminan bagi Naruto untuk berkumpul bersama Kakek di alam sana.

Bleh. Berkumpul bersama orang terkasih yang sudah mati?

Yang benar saja.

Naruto benar-benar tak peduli dengan setumpuk harta berlimpah yang tak tau entah untuk apa. Kalau bisa, Naruto ingin menukar semuanya dengan satu atau dua perhatian tulus dari keluarganya.

Terdengar menyedihkan. Tapi tenang saja, itu hanyalah keinginan tergelap yang takkan pernah Naruto katakan pada siapapun. Lagipula, bukankah sangat wajar jika menginginkan hal itu?

〈✔〉𝙽𝙰𝚁𝚄-𝙽𝙰𝚁𝚄 𝚂𝚃𝙾𝚁𝚈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang