☆࿐ཽ༵༆༒NARU~SAN༒༆࿐ཽ༵☆
Tak terasa sudah satu bulan lamanya Sasuke magang di taman kanak-kanak nan mewah itu. Katakanlah Sasuke merasa betah, walaupun kelas yang di ajarnya sangat absurd, untung saja ada si Boss Agung Namikaze Naruto yang selalu sigap membantu menenangkan anggotanya yang ajaib.
Di kelas tadi, pelajaran berlalu damai, hanya sedikit riuh, dan heboh saat pengumuman tentang kedai teh yang akan mereka buka untuk merayakan hari ayah.
Sasuke masih mengingat saat Inuzuka Kiba kembali berkoar, mengatakan ayahnya tak menyukai teh, dan lebih menyukai Sake. Di tambah lagi Deidara yang mengatakan lebih tertarik dengan Maid Cafe, karena sangat ingin melihat Naruto dalam balutan seragam Maid, yang membuat hampir seluruh makhluk di kelas mengangguk semangat.
Dalam diam Sasuke mengurut dada, mencoba bersabar dalam menghadapi anak Hyper di kelasnya. Dan seolah mendapat sinyal nelangsa dari Sasuke, Naruto sontak menoleh, menatap tajam si bocah anjing, serta si pirang cerewet yang membuat mereka terdiam seketika.
Langkah kaki yang tadinya agak cepat, mulai melambat saat melihat Naruto dan Shikamaru yang duduk santai di taman belakang. Dalam hati Sasuke memaki, mulai mengutuk rasa penasaran yang mendadak tumbuh saat melihat kedua bocah itu. Terbukti dengan kedua kaki yang mulai melangkah mendekat, dan bersembunyi di balik tembok.
Shit. Seperti penguntit profesional.
"Iincho... Apa kau akan ikut acaranya?"
"Tidak tau, bagaimana denganmu?"
"Entahlah, ayahku sedang ada di Berlin."
"Oh, Jelman. Shikaku-kun, pelgi bellibul?"
"Tidak. Menemui Client."
"Hmm, Minato-kun juga tak bisa hadil. Syuting film telbalu, sudah belama lama itu? Oh, dua, Minato-kun sudah tidak pulang selama dua minggu."
"Lalu bagaimana? Rasanya juga tak menyenangkan berada di rumah saja."
"Ya."
"Dan tidak mungkin juga tidak ikut, kau ketua kelasnya."
"Benal. Dan kau wakil ketua kelas."
Kedua bocah saling berpandangan, sebelum akhirnya menatap ke depan, menarik nafas lelah, sembari menyeruput susu kotak di tangan mereka.
Sasuke menatap nanar, entah kenapa ia seolah tak melihat dua bocah taman kanak-kanak. Melainkan dua orang terpenting di suatu negara yang memiliki beban super berat di pundak mereka.
Hah. Apa yang diharapkan? Semua anak di kelasnya memang tak normal, kan?
'Gwenchana, Sasuke. Gwenchana. Tidak usah terkejut.'
☆࿐ཽ༵༆༒NARU~SAN༒༆࿐ཽ༵☆
Hari ini merupakan jadwal melukis, dalam diam batin Sasuke bernyanyi. Sungguh bahagia, dengan keadaan kelas yang begitu damai, dan tenang. Sesekali Sasuke akan berjalan, melihat, dan mengintip lukisan dari masing-masing muridnya.
Bruk
"Aaahhhhh."
Sebuah urat tegang mendadak timbul di sudut kening, saat Sasuke mendengar suara debuman, dan lolongan kesakitan yang mengejutkan seisi kelas.
Sasuke melangkah mendekat, menatap Inuzuka Kiba yang sudah berguling-guling di lantai sembari meratap, meracau, tentang tangannya yang tersayat selembar kertas.
Dalam hati Sasuke menggeram, ingin sekali menampar bocah merepotkan ini, dan melemparkannya keluar jendela. Sasuke mencoba menenangkan, namun malah mendapat tendangan yang membuat wajah Sasuke menggelap seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
〈✔〉𝙽𝙰𝚁𝚄-𝙽𝙰𝚁𝚄 𝚂𝚃𝙾𝚁𝚈
Fanfiction″BERISI ONESHOOT, TWOSHOOT, THREESHOOT, ATAUPUN SHORT STORY. DENGAN UZUMAKI NARUTO SEBAGAI TOKOH UTAMA. GENRE, PAIRING, DAN SEBAGAINYA AKAN BERBEDA DI SETIAP CHAPTERNYA.″ ▪️NO GS. NO STRAIGHT. JUST BL. ▪️GA SUKA? GA TERTARIK? GA USAH REPOT, GA USAH...