DILEMMA

2K 150 36
                                    

"Kenapa tidak menghubungiku?"

Pemuda bersurai jingga yang tengah terduduk di atas kasur itu sontak menoleh, kala mendengar suara datar menusuk yang begitu familiar di telinga.

Namikaze Kyuubi kehabisan kata, lebih memilih menatap corak spiral di dinding kamar, daripada bersitatap dengan biru gelap mengintimidasi milik sang Kakak.

"Selalu saja seperti ini. Bukankah sudah ku katakan? Jangan keluar dari kamarmu, jika Ibu sedang dirumah! Tapi apa?! Kau tak mendengarku, kan?! Telingamu sudah kehilangan fungsinya atau bagaimana, hah?!"

Namikaze Naruto menghembuskan nafas frustasi, tengah dilema antara mengumpati atau mengobati Adiknya dulu. Mengalah pada sisi malaikat yang memang selalu muncul ke permukaan, Naruto kembali menghembuskan nafas dan melangkah mendekat.

Tas hitam yang sejak tadi di bawa, di buka perlahan, mengeluarkan kapas, perban, alkohol, obat merah, dan hal lain yang sekiranya berguna untuk membersihkan luka Adiknya.

Tangan kanan terangkat naik, mulai sibuk membubuhkan alkohol pada sisi wajah yang hitam lebam. Kyuubi diam dan lagi-lagi mengalihkan pandang, kentara sekali jika tak ingin membuat kontak mata dengan Naruto.

"Berhentilah membuatku tampak tak berguna. Kelakuanmu benar-benar membuatku muak. Sudah yang keberapa kalinya ini? Telfonlah aku jika sesuatu terjadi padamu. Tapi apa? Kau sama sekali tak menghubungiku. Jika saja Kakashi tak memberitau, tentunya aku takkan tau keadaanmu."

Si pirang yang sejak tadi mengomel, mulai mengulum bibir, menahan perasaan perih yang tiba-tiba muncul. Rasa-rasa ingin menangis melihat kondisi Adiknya saat ini. Wajah dan lengan di penuhi lebam, tak lupa beberapa luka terbuka di bagian perut dan kaki.

"Mau tau kenapa aku mengambil jurusan kedokteran? Sebab aku ingin menjadi satu-satunya orang yang akan menyembuhkan, jika kau sakit."

Kyuubi masih diam, namun sentakan kecil di tubuhnya tak dapat di sembunyikan. Menoleh perlahan, Kyuubi menatap wajah sang Kakak yang sejak tadi tak bisa di tatapnya.

Wajah yang biasanya terlihat cerah dan berbinar itu, kini tampak sangat lelah dan pucat. Ingatan kembali berputar, kala mengingat jika agaknya Naruto memang sudah dua hari tak pulang ke rumah, berkat tumpukan tugas, dan proposal yang harus segera di ajukan.

Apakah Naruto langsung pulang ke rumah begitu mendengar berita tentangnya? Apakah tugasnya sudah selesai? Bagaimana dengan proposal? Naruto tidak mungkin meninggalkan semua itu...

Hanya untuknya, kan?

"Tugas Nii-nii sudah selesai? Lebih baik, selesaikan saja tugasnya daripada mengurusiku. Lagipula nanti Kakashi, bisa memanggilkan dok-...."

Braakkk

Prangggg

Ucapan Kyuubi terhenti begitu Naruto membanting botol obat di tangannya ke lantai. Memejamkan kedua matanya erat, Kyuubi mulai menyesali apa yang baru saja di katakannya.

"Apa katamu?"

"...."

"Tatap aku, sialan!" Naruto mencengkram dagu Kyuubi sembari merendahkan sedikit tubuhnya, sehingga bertatapan dengan Kyuubi.

〈✔〉𝙽𝙰𝚁𝚄-𝙽𝙰𝚁𝚄 𝚂𝚃𝙾𝚁𝚈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang