BB - 1

34 6 22
                                    

Zarra Al-Fatunnisaa. Seorang gadis muslimah yang baru menginjak usia sembilan belas tahun pada bulan lalu.

Sejak duduk kelas sembilan dirinya mengambil pilihan untuk hijrah. Yang tadinya selalu berpenampilan mengikuti trend yang ada kini sudah istiqomah dengan balutan gamis dan hijab syar'inya.

Meski awalnya Zarra merasa malu karena takut mendapat nyinyiran pedas dari orang tua dan lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Nyatanya semua itu tidak ia alami sama sekali, yang ada orang tuanya sangat mendukung bahkan terkadang
membelikan beberapa gamis baru untuk Zarra.

Di keluarga, Zarra merupakan anak ke dua dari empat bersaudara. Ia memiliki satu orang Abang yang sudah berusia dua puluh lima tahun namanya Abidzar Al-Farabi. Sosok Abang yang sangat usil namun di balik keusilannya tersimpan beribu perhatian yang ia tunjukkan dengan caranya sendiri. Abang nya itu bekerja di salah satu perusahaan ternama dan insyaa Allah akan segera melangsungkan pernikahan dua bulan yang akan datang.

Sedangkan adiknya yang pertama bernama Hasna Zaitunnisaa. Namun Hasna lebih dulu dipanggil oleh yang maha kuasa karena terkena suatu penyakit  berbahaya padahal saat itu usianya baru satu tahun. Ikhlas tidak ikhlas Zarra harus merelakan adiknya itu pergi menghadap sang kuasa sembari berharap kelak dapat di pertemukan lagi di syurganya Allah.

Kejadian itu terjadi tiga tahun yang lalu. Meski kedua orang tua Zarra sempat down selama beberapa bulan namun semuanya bisa kembali bangkit dan selalu mengirim doa untuk salah satu putri mereka.

Kuasa Allah, tiga tahun keduanya mencoba mengikhlaskan putri kecilnya ummi Zarra di nyatakan hamil kembali.

Setelah menunggu selama sembilan bulan lamanya lahirlah makhluk kecil nan imut dengan jenis kelamin perempuan. Seakan-akan Allah menggantikan putri mereka yang tiga tahun lalu sempat di ambil. Sempat terjadi perdebatan mengenai nama yang cocok untuk sang bayi, akhirnya semua sepakat dengan salah satu pilihan nama yang dibuat oleh sang abi yaitu Adibah Mahirah.

Sejak kelahiran Adibah semuanya terlihat lebih berwarna. Gadis kecil yang sudah berusia dua tahun itu sangat menarik perhatian dari orang sekitarnya. Bukan hanya wajahnya yang sangat imut, namun tingkah laku ajaibnya yang terkadang membuat orang-orang tertawa, ditambah ocehan yang keluar dari bibir mungil nya membuat orang-orang sekitarnya gemas.

Sebelum Zarra memutuskan untuk hijrah ia pernah menyukai seseorang karena ketampanan wajahnya bahkan ia memendam perasaan suka itu selama bertahun-tahun. Namun laki-laki tersebut kerap kali menunjukkan kebersamaan dengan sang pacar. Hal itu selalu membuat hati Zarra tercabik-cabik.

Tapi dengan bodohnya ia selalu menunggu dan berharap laki-laki tersebut segera peka dengan perasaannya, jangankan untuk peka meliriknya saja tidak pernah.

Saat itu tak sengaja matanya menangkap sesuatu yang benar-benar membuatnya sakit. Dimana ia melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau laki-laki tersebut tengah bergandengan tangan dengan perempuan yang katanya sudah menjadi mantannya, entahlah mungkin mereka balikan. Padahal dirinya sudah terbiasa melihat pemandangan seperti ini namun rasanya kali ini lebih sesak dari sebelumnya.

Tanpa berlama-lama Zarra segera pergi dari sana untuk pulang ke rumah. Kebetulan di rumah sedang tidak ada orang jadi dia bebas mencurahkan isi hatinya tanpa harus takut umi dan abinya bertanya.

Di rasa sudah cukup tenang ia pun mengambil ponsel yang ia letakkan di atas nakas. Ia pun membuka aplikasi Instagram untuk sekedar mencari hiburan, ditengah pencariannya, tak sengaja dirinya melihat sebuah postingan yang sangat sesuai dengan kondisinya saat ini.

Postingan itu berisi kurang lebih seperti ini "Jangan jadi perempuan murahan yang mengemis perasaan cinta pada seorang pria yang bukan mahrammu, jika berani jadilah seperti bunda Khadijah yang langsung melamar Rosul agar dirinya terhindar dari zina perasaan. Namun jika tak berani seperti bunda Khadijah maka jadilah seperti Fathimah Azzahra yang mencintai Ali dalam diam tanpa ada yang mengetahuinya bahkan setan pun tak tahu kalau Fathimah menyimpan perasaan pada Ali, diam-diam saling mendoakan kemudian atas izin Allah keduanya disatukan dalam sebuah ikatan pernikahan."

Kemudian di postingan berikutnya juga terdapat kata-kata yang mampu membuat Zarra terdiam " Jika kamu mencintai seseorang karena rupa, harta dan jabatan maka seiring berjalannya waktu perasaan itu akan pudar dengan sendirinya karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Bisa saja rupa yang tadinya sangat menawan akan berubah menjadi sangat buruk untuk dipandang, begitupun dengan harta dan jabatan bisa saja sekarang orang itu sedang berada di atas namun jangan lupakan jika roda kehidupan akan selalu berputar tidak selamanya kita berada di atas bisa saja nanti kita berada di titik paling bawah. Yakin perasaan itu akan bertahan? Sudah banyak kejadian yang membuktikan itu semua."

"Namun percayalah jika kita mencintai seseorang karena Allah sudah pasti Allah akan selalu menjaga perasaan tersebut meski dalam keadaan apapun."

"Dan tidak ada yang namanya pacaran syar'i mau bagaimana pun bentuknya yang namanya pacaran tetap zina. Karena perasaan yang timbul diluar pernikahan itu datangnya dari setan. Jika dia laki-laki yang baik maka ia akan langsung menemui Ayahmu."

Setelah membaca postingan tersebut Zarra seperti mendapat pencerahan. Satu hal yang dapat ia simpulkan "laki-laki yang baik akan langsung menemui ayah dari perempuan yang ia sukai. Berarti jika laki-laki tersebut hanya berani menemui si perempuan dan mengajaknya pacaran berarti dia bukan laki-laki yang baik."

Dari kesimpulan yang Zarra dapat berarti laki-laki yang selama ini ia sukai bukan laki-laki yang baik buktinya dia sering kali mengajak perempuan untuk berpacaran.

Meskipun Zarra juga masih jauh dari kata Sholehah namun ia juga mendambakan seorang laki-laki yang baik untuk menjadi imamnya kelak.

Sejak saat itu ia berusaha untuk melupakan laki-laki tersebut kurang lebih dua bulan Zarra merasa berhasil dan ia juga sangat bersyukur karena kejadian tersebut membuatnya lebih dekat pada sang Khaliq.

Namun pada bulan ke empat Zarra di pertemukan dengan sosok laki-laki yang shalih. Sering kali Zarra melihatnya menunaikan sholat lima waktu di masjid. Tak hanya itu Zarra juga sering melihat kebaikan-kebaikan yang laki-laki itu lakukan.

Karena sikapnya yang seperti itulah membuat Zarra menaruh hati padanya. Namun kali ini Zarra memilih memendamnya dalam hati tanpa ada yang mengetahui. Ia ingin mengikuti jejak Siti Fatimah yang mencintai Ali dalam diamnya. Setiap sujud terakhir dalam sholatnya Zarra tak pernah absen menyebut nama laki-laki tersebut. Berharap Allah merestui dirinya untuk menjadi penyempurna separuh agamanya kelak.

000

Hai aku hadir dengan cerita baru nii. Maapken diriku yang labil ini yaa. Jarang update tapi sekalinya update malah bikin cerita baru.

Harapanku semoga kalian enjoy dengan cerita² ku ini

Kalo suka jangan lupa voment nya yaak!! ❤

Bahagiaku BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang