BB - 6

10 2 0
                                    

Selesai menunaikan seluruh mata kuliah pada hari ini Zarra memutuskan untuk langsung pulang. Dirinya sudah sangat ingin rebahan di tempat tidur kesayangannya.

Sebelum pulang dirinya harus mengantarkan Nisa terlebih dahulu karena tadi pagi keduanya berangkat bareng jadi pulang pun harus bareng.

"Makasi ya Zarr, maaf kalo ngerepotin," ucap Nisa.

"Ngomong apaansi kek sama siapa aja kamu mah." Nisa hanya menampilkan deretan giginya.

"Kalo gitu aku langsung pamit ya."

"Gamau mampir dulu?"

"Lain waktu aja. Pengen langsung rebahan nih, udah capek banget."

"Yaudah kalo gitu hati-hati."

Motor Scoppy milik Zarra mulai membelah jalanan pada siang hari yang sangat terik ini.

Sampai di rumah ia langsung memasukkan motornya kedalam bagasi tak lupa ia kunci stang agar lebih aman.

"Assalamualaikum," salamnya sembari memasuki rumah.

Namun tidak ada suara sahutan dari dalam. Ia menengok jam yang ada di pergelangan tangannya.

'Udah jam tiga, mungkin Dibah lagi tidur terus ummi lagi sholat ashar. Mending aku sholat dulu deh'  ucapnya dalam hati.

Zarra melangkah memasuki kamarnya. Melepaskan hijabnya untuk mengambil air wudhu kemudian mulai menjalankan sholat asharnya.

Selesai sholat Zarra berniat untuk rebahan sebentar sesuai ucapannya tadi. Sembari melihat postingan-postingan islami di beranda Instagramnya.

Lima menit berlalu, Zarra masih tenggelam dalam dunia sosial medianya sampai lupa mencari keberadaan ummi dan adiknya.

Tak lama terdengar suara ketukan di pintu. "Zarra, kamu udah pulang nak?"

Zarra beranjak untuk menghampiri umminya.

"Iya ummi. Belom lama juga kok nyampenya."

"Udah makan?"

"Entar mi, belom laper."

"Yauda kalo entar udah laper lauknya ada di meja makan ya."

"Iya mi."

"Oh iya entar malem katanya abi mau ngomong sesuatu sama kamu."

"Ngomong apa Mi?" tanya Zarra penasaran.

"Tunggu nanti aja, biar abi langsung yang ngomong ya," ucap ummi sembari mengelus kepala Zarra yang tidak tertutupi oleh hijab.

Entah mengapa perasaan Zarra menjadi tidak enak, seperti akan ada sesuatu yang terjadi.

"Okedeh."

"Emm Dibah mana mi?" sambung Zarra.

"Lagi tidur, kecapean tadi abis maib lari-lari an terus sama Bila."

Billa merupakan anak tetangga sebelah yang usianya tidak jauh berbeda dengan Adibah. Hanya terpaut beberapa bulan saja.

"Oh gitu. Baru mau ngajak jalan-jalan."

"Besok aja, kamu juga baru pulang kuliah pasti capek kan?" perhatian sekali umminya ini.

"Iya sih mi hehe."

"Yaudah ummi ke kamar dulu ya. Jangan lupa makan, entar magh kamu kambuh."

"Iye ummi entar Ara makan."

Ummi beranjak menuju kamarnya. Zarra pun berniat mandi dulu baru habis itu makan.

Ucapan umminya tadi benar-benar membuatnya penasaran. Namun ia harus sabar menunggu abinya pulang.

Malam hari tiba, Zarra yang memang sudah sangat penasaran pun langsung menunggu kehadiran abinya di ruang tengah sembari bermain dengan Adiknya.

Terlihat di ruangan itu sudah berceceran segala macam peralatan masak mainan. Ya keduanya sedang bermain Masak-masak dengan Dibah yang menjadi penjual dan Zarra pembelinya.

"Bu, beli telor ceploknya lima ya," ucap Zarra.

"Ciap mbak, tundu ya telolnya adi dibitinin," sahut Dibah dengan suara cadelnya
(Siap mbak, tunggu ya telornya lagi dibikinin)

"Oke jangan lama-lama ya buk, saya udah laper ni."

"Huum."

Setelah itu Zarra hanya memperhatikan Dibah yang berlagak seperti seorang koki handal.

Saat sibuk memperhatikan Adiknya Zarra tidak sadar jika abi dan umminya sudah datang.

"Zarra!" panggil sang abi dari arah belakang.

Sontak Zarra menengokkan kepalanya, "iya bi?"

"Tadi ummi udah bilang kan kalo ada yang mau abi omongin?"

"Iya bi, udah. Emang abi mau ngomong apa? Ara penasaran nih."

"Gini-"

Tok tok tok !

"Assalamualaikum." Ucapan abi Salman seketika terhenti ketika ada yang mengucapkan salam. Semua orang yang ada diruangan itu langsung melihat pada sosok yang baru menginjakkan kakinya diruangan ini.

"Abang!" pekik Zarra melihat kedatangan abangnya secara tiba-tiba karena selama ini Abangnya itu sudah tidak tinggal di rumah lagi semenjak bekerja. Ia memilih tinggal sendiri di rumah yang ia beli pake tabungan hasil kerjanya. Tidak terlalu jauh dari rumah ini karena itu permintaan umminya.

Dibah yang mendengar pekikan mbak nya juga langsung ikut teriak kemudian menghampiri abangnya.

Sebelum duduk Abidzar menghampiri abi dan umminya terlebih dahulu untuk salim baru setelahnya duduk di samping Zarra.

"Tumben abang pulang?" tanya Zarra.

"Kenapa?! Gak boleh gitu abang pulang? Orang abang kangen sama Dibah, ya gak dek," Dibah yang tidak mengerti hanya menganggukkan kepala. Sedangkan Zarra mencebikkan bibirnya kesal. Selalu seperti ini jika sedang ngumpul pasti dirinya yang di jahili.

Ummi yang paham jika sebentar lagi  perang akan di mulai segera melerainya.

"Udah-udah. Kamu itu Dzar gak pernah berubah jail terus. Udah diem dulu abi kalian mau ngomong sesuatu  jangan ada yang ribut." Setelah ummi selesai ngomong semuanya diam.

Seketika semua hening tak lama abi mulai membuka suara yang sangat mengejutkan Zarra.

"Zarra."

"Iya abi, kenapa?"

"Abi berniat untuk menjodohkan kamu dengan anak sahabat Abi."

Jederr!

Tubuh Zarra mendadak kaku. Seakan-akan ucapan abinya barusan seperti kutukan yang merubah dirinya menjadi batu.

Lidahnya terasa kelu bahkan untuk sekedar bertanya siapa yang akan di jodohkan dengan dirinya.

000

Gimana part ini?
Kalo ada typo tolong koreksi ya!
Kalo suka jangan lupa vote dan komennya ❤

See you next time 🐣

Bahagiaku BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang