BB-3

11 4 13
                                    

"Assalamualaikum."

Deg

suara itu!

Seluruh badan Zarra seketika membeku.

Dengan perlahan Zarra membalikkan tubuhnya dan menghadap sempurna kearah si pengucap salam.

"Zarra, Pak Salmannya lagi ada dirumah gak?"

Pertanyaan itu terdengar begitu halus di telinga Zarra hingga membuatnya tertegun selama beberapa saat.

Karena merasa tak ada sahutan dari Zarra, orang itu kembali memanggil dengan suara yang lebih tinggi sedikit dari sebelumnya.

"Zarra?" tangan nya melambai-lambai di hadapan Zarra

"Hah? Apaan?" tanya Zarra yang masih mengumpulkan kesadaran yang sempat menghilang.

Beberapa detik kemudian Zarra merutukki dirinya yang malah bengong tadi hanya karena suara orang di depannya yang begitu lembut. Mukanya pasti sangat amat tidak enak di pandang saat bengong tadi.

'Menggemaskan' batin orang tersebut seraya tersenyum simpul. Zarra yang tak sengaja melihat senyuman itu wajahnya terasa sangat panas.

"Eh, a-ada perlu apa ya kak?" tanya Zarra sebisa mungkin menutupi salah tingkahnya.

"Pak Salmannya lagi ada di rumah gak?" orang itu kembali mengulang pertanyaannya.

"Oh abi ada kak, lagi sarapan di dalem. Mau ikut masuk atau tunggu disini aja?"

"Tunggu disini aja, Ra."

"Yaudah sebentar ya kak, Zarra panggilin dulu abinya," ucap Zarra yang hanya di angguki oleh orang tersebut.

Mau tau siapa yang orang tersebut? Dia adalah Muhammad Ghiffari. Sosok yang selalu Zarra sebut namanya di setiap sujud terakhir dalam sholatnya. Sosok pria yang penuh kelembutan. Tidak pernah sekalipun Zarra melihat ia berkata kasar bahkan pada teman terdekatnya sekalipun. Dan point utamanya nya pria tersebut tidak pernah terlihat sedang bersama seorang wanita.

"Abi, di luar ada yang nyariin," ucap Zarra memberitahu.

"Siapa?"

"Kak Ghiffari, bi. Kayaknya mau ada perlu."

"Oh iyaudah suruh masuk aja sekalian sarapan bareng," perintah abi.

Zarra yang mendengar perintah dari abinya sontak terkejut. Badannya terdiam kembali dengan fikiran yang sudah kemana-mana.

"Mbak! Kok diem itu kasian Ghiffarinya," ucap ummi menyadarkan.

"Eh iya mi, sebentar Ara depan dulu."

Ketika kakinya sudah akan sampai pintu Zarra mengatur napasnya terlebih dahulu. Jangan sampai ia terkena asma hanya karena kedatangan Ghiffari kerumahnya sepagi ini.

"Ka-kak, di-disuruh masuk sama abi sekalian sarapan bareng katanya," ucap Zarra dengan suara yang sedikit bergetar.

"Eh, gapapa emangnya?" tanya Ghiffari merasa tak enak. Sepertinya ia datang di jam yang salah. Pikirnya.

"Gapapa kak. Mari masuk udah ditunggu abi didalem," ucap Zarra mempersilahkan.

Ghiffari pun masuk dengan Zarra di belakangnya. Zarra pernah membaca kalimat "perempuan tidak boleh berjalan di depan laki-laki yang bukan mahramnya" karena itu ia memilih untuk jalan di belakang Ghiffari sembari menunjukkan dimana letak ruang makannya berada.

"Assalamualaikum, pak Salman. Bu Nafisah," salamnya ketika sudah sampai di rumah makan.

"Wa'alaikumussalam," Jawab abi dan ummi bersamaan.

Tak lupa si kecil Dibah juga ikut menjawab, " kumcalam abang,"

Ghiffari yang merasa gemas dengan jawaban Adibah pun mengelus pelan kepalanya. Kebetulan posisi duduk Dibah dekat dengan posisi Ghiffari berdiri.

Zarra yang melihat perlakuan Ghiffari terhadap adiknya sontak menggigit bibir dalamnya kuat agar senyuman yang ia sembunyikan tidak keluar.

'Enak banget jadi kamu, dek' batin Zarra melihat kearah Adibah dengan iri.

"Emm sebelumnya maaf pak Salman kalo kedatangan saya mengganggu waktu sarapannya," ucap salman sungkan.

"Gapapa kok santai aja. Ohiya kamu udah sarapan belom? Kalo belom sini sarapan dulu, umminya anak-anak bikin nasi goreng nya lumayan banyak," ucap Abi menawarkan.

"Gausah pak, nanti saya sarapan di luar aja. Kalo bapak mau sarapan dulu gak papa nanti biar saya tunggu diluar sampai bapak dan keluarga selesai makan." Ghiffari merasa sungkan.

"Makan dulu biar nanti enak ngobrol nya," paksa Abi.

Ghiffari yang merasa tak ada pilihan lain akhirnya ikut duduk Sedangkan Zarra hanya diam tanpa mau ikut campur. Ia sedari tadi sedang menenangkan detak jantungnya yang tidak bisa dikontrol.

Ghiffari mendudukkan diri di antara abi dan Adibah yang berhadapan langsung dengan Zarra dan umminya. Mereka duduk secara lesehan di bawah dengan membuat lingkaran kecil karena kursinya yang ada tak cukup untuk lima orang. Bisa saja sebenarnya Dibah di pangku cuma pagi hari ini Adibah sangat kekeh ingin duduk sendiri jadi lebih baik lesehan di rumah tengah. Jadi posisinya Abi, Ghiffari, Adibah, Zarra, dan ummi.

"Zarra, Ayo ambilin nasinya buat Ghiffari," perintah ummi.

Zarra yang mendengar perintah dari umminya tersedak air liurnya sendiri.
Ambilin nasi? Seketika dirinya diserang rasa Tremor yang luar biasa

"Gak usah bu, nanti saya ambil sendiri aja," tolak Ghiffari secara halus.

"Gapapa. Biar Zarra yang ambilkan," ucap ummi.

Dengan perlahan Zarra mengambil piring kosong untuk pria itu lalu mengisinya dengan Nasi goreng buatan umminya.

"Cukup kak?" tanya Zarra pada Ghiffari.

"Cukup. Makasih ya," sahut Ghiffari dengan sedikit senyuman di wajahnya. Zarra hanya membalasnya dengan senyuman malu-malu ia yakin pipinya saat ini sudah sangat merona.

Setelah itu semuanya pun fokus pada makanannya masing-masing. Hanya terkadang di selingi dengan ocehan yang dilontarkan Adibah.

000

Hola gimana sama part ini?

Kalo ada tipo komen ae yaa💕

Setelah part ini aku izin ga bisa up untuk 3 hari kedepan ya, soalnya mau fokus ke cerita yang lain dlu hehe

Kalo suka jangan lupa Voment nya!! ❤

Bahagiaku BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang