#8

2.5K 207 13
                                    

Episode 8

Di Kampus

"Hyung, Bisakah bantu aku olesin salep?" Pinta Jungkook terhadap Jinyoung sahabat sekaligus Kakak.

"Kamu di pukuli lagi? Kita ke Dokter aja mau? Takut ada masalah sama tubuhmu." Jawab Jinyoung sambil menerima salep dan mengolesi dengan pelan agar tak menyakiti si pemilik tubuh yang malang itu.

"Nggak Hyung, ini masalah kecil aja kok. Jangan khawatir." Sesekali meringis sakit sambil menjawab.

"Aduh Kook, aku benar-benar ingin rasanya berteriak di depan muka mereka satu-satu!! Karena aku kesal sekali aish!" Menggertakan giginya.

"Kalau gitu besok-besok aku nggak mau minta tolong lagi sama Hyung deh, daripada nanti Hyung kesal terus setiap melihat luka tubuhku." Mengerucutkan bibirnya tanpa ketahuan Jinyoung yang saat ini ada dibelakang punggungnya.

"Iya iyaa, jangan begitu ya. Nanti Hyung gak bisa tenang." Memilih pasrah sambil mengolesi salepnya dengan hati-hati.

"Hehe oke Hyung, Janji yaa." Memejamkan matanya sambil memegang kepalanya, entah kenapa tiba-tiba kepalanya berdenyut sangat menyakitkan seperti ada batu besar yang menimpa kepalanya sampai pecah. Ia juga merasa hidungnya mulai kembali mengeluarkan darah segar yang agak deras karena sepertinya di otaknya terdapat luka yang mengkhawatirkan.

"Kook? Kepalamu sakit lagi?" Melihat gelagat aneh dari gerakan Jungkook yang tampak sempoyongan. Jinyoung langsung ke hadapan Jungkook, betapa sangat terkejutnya melihat darah dari Hidung Jungkook mengalir agak deras sampai membasahi kaos putihnya. Secepat kilat Jinyoung mengambil tisu dan menyumpal lubang hidungnya dengan tisu agar darahnya tidak semakin merembes ke bawah.

Jinyoung sampai bergidik ngeri melihat banyaknya darah yang membuat jejak di kaos putihnya.

"Kita ke dokter sekarang!" Langsung memaksa Jungkook untuk naik ke punggungnya dan segera lari menuju mobilnya agar ia bisa tepat waktu ke rumah sakit sebelum keadaan Jungkook tambah parah, ia juga tak ingin kehilangannya yang sudah seperti adik sendiri.

Jungkook tidak menjawab, ia tidak dengar apa yang Jinyoung katakan karena sakit kepalanya lebih kuat sehingga indera pendengarannya menjadi terganggu.

Di Rumah Sakit.

"Nak Jungkook, kamu sudah berapa lama mengalami gejala ini?" Ucap Dokter sambil menatap wajah Jungkook yang pucat itu dengan serius, ia mengambil map biru plastik dan memegangnya sebelum diberikan ke Jungkook.

"Sudah..." Berpikir, Ia tidak ingat kapan terakhir kali mengalami gejala mimisan hebat dan sakit kepala yang tak tertahankan. Wajah yang selalu ceria dan merah alami serta tersenyum setiap saat hingga siapa saja akan ikut tersenyum melihat wajah lucunya, kini menjadi lesu dan tatapan mata kosong,

Jinyoung menarik napas dalam-dalam dan membuangnya perlahan, karena ia sudah siap akan kabar buruk yang akan di dengar karena Dokter memandangi wajah Jungkook dengan serius sekaligus prihatin dengan kondisinya. "Ya Tuhan, Jangan engkau uji Jungkook lagi.. Dia sudah menderita sejak Ayahnya meninggal. Aku mohon" Dalam hati.

"Kalau kamu tidak ingat... Apa kamu pernah kecelakaan yang menimbulkan benturan keras di bagian otak?" Tanya Dokter lagi.

"Iya, itu saat aku berumur 13 tahun. Saat itu kepalaku di pukul pakai botol wine" ucapnya sambil mengingat-ingat kejadian dulu.

"Kok bisa?" Jinyoung mengerutkan keningnya karena bingung dan suara yang meninggi karena aneh.

"Eomma yang memukulku, Karena saat itu aku berusaha mengajaknya bicara.. Tapi karena aku menganggu jadinya di pukul pakai itu.. Kata salah satu maid bilang kalau aku pingsan dan cedera parah."

"Ya iyalah parah!!" Kesal Jinyoung.

"Lalu? Apa kamu tidak ke Rumah Sakit setelah kejadian itu?" Tanya Dokter memastikan.

"Iya, aku merawat lukaku di bantu dengan Maid, Karena Eomma tidak mengizinkan aku keluar dari Rumah sejak kematian Appa, Jadi sakit apapun itu aku selesaikan sendiri."

Dokter mengusap wajahnya sambil menghela napas heran, Kok ada ya Ibu yang bisa sekejam itu dengan anak kandungnya yang paling bungsu. Di tambah tega memukuli kepalanya hingga membuatnya merasakan penderitaannya pada di usia 19 tahun ini. 

"Infeksi dan peradangan serta benda asing ada di kepalamu, di tambah pukulan itu tampaknya tidak hanya sekali, tapi berkali-kali hingga beling kaca yang tidak terlihat mata masuk ke kepalamu sehingga terjadi infeksi, serta ada retak di tulang kepala."

"Dan lagi... Ibumu sepertinya lebih banyak melukaimu dibagian kepala kan?"

Jungkook hanya mengangguk sebagai jawaban menunggu ucapan selanjutnya.

"Cedera parah, kondisi mental dan tekanan batin menciptakan ini." membuka map biru plastik itu untuk menunjukkan hasil analisa dan disana Jungkook telah dinyatakan Tumor Otak Ganas.

Jinyoung yang melihatnya langsung syok dengan mata yang terbelalak dan seketika lupa bernapas karena tidak terima dengan kenyataan.

Jungkook juga merasakan sakit hati, padahal ia baru saja memenangkan hati beku Taehyung. Tapi kabar itu membuatnya tak berekspresi. Ia hanya menampilkan ekspresi datar dan menunduk ke bawah seolah-olah ia sudah tak berhak hidup bahagia sejak kematian Ayahnya.

"Hidup kamu.... Hanya tinggal 1 Bulan... Karena ini sudah sangat parah dan menyebar ke semua sel otak kamu.." Dokter sangat tidak tega mengatakannya.

Jinyoung tanpa sadar air matanya memenuhi seluruh kelopak matanya hingga akhirnya terjatuh membasahi pipinya, "A-Apa? Tidak... Tidak Mungkin Dok, Ini pasti salah atau tertukar atau-"

"Tidak apa Hyung, Aku memang tidak berhak hidup bahagia meski hanya sebentar saja." Memotong ucapan Jinyoung yang tangisannya sudah hampir pecah.

"Terima kasih atas informasinya Dok, Kami permisi." Jungkook mengambil map biru itu lalu membungkuk hormat pada Dokternya, ia menyeret Jinyoung agar mau bangun dari duduknya dan keluar dari ruangan Dokter karena ada pasien yang sedang menunggu di periksa.

"Kook..." Jinyoung tak sanggup hanya sekedar menyebut nama Jungkook, Ia berusaha menahan tangisnya hingga matanya susah melihat akibat air mata yang terus menggunung hingga jatuh ke pipi dan itu berkali-kali. Mereka berada di tempat sepi untuk meratapi nasib.

"Hyung, sudahlah jangan sedih. Ayo kita perbanyak kenangan bahagia kita sebelum aku pergi." Mengelus punggung Jinyoung dengan lembut.

Tangisan Jinyoung pecah, ia sudah tak bisa menahan tangisnya hingga tubuhnya bergetar hebat, ia sungguh tidak ingin ditinggal Jungkook. Apalagi dengan rencana mereka di masa depan sudah mereka susun dengan rapi dan menyenangkan, Tapi apa ini? Sungguh menyakitkan.

"Maaf Hyung, Aku tak bisa apa-apa lagi karena Dokter sudah memvonisku begitu. Aku juga nggak bisa melawan takdir Tuhan. Mau aku menangis selama apapun juga tak akan bisa di ubah.." Memeluk Jinyoung yang tak kunjung menjawab.

Jungkook berusaha menenangkan Jinyoung yang terus menangis sampai terisak, tangisannya memang terdengar pilu hingga Jungkook ikut menangis karena ia juga tidak ingin berpisah dengan Jinyoung secepat ini.

To Be Continue.

Siap-siap berpisah sama story ini yaa~ Biar tidak di tagih update lagi hehe.

Kalau mau bikin story baru, bagusnya dimana? tema apa? 







Mianhae Jungkookie [END ✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang