25

2.4K 174 6
                                    

😭😭😭 Yang kuat yaaa.
.
.
.
"Hyung sangat menyayangimu, Jungsan adikku dan senang bertemu denganmu lagi." Ucap Jungkook sebelum memutar tubuh mereka berdua untuk menukar posisi, lalu ia mendorong tubuh Jungsan dengan kuat hingga membuatnya syok.

DUGHH!!!!

BRUK!

Bagaikan slowmotion, Jungsan sangat syok hingga matanya melebar begitu melihat Jungkook terjatuh didepannya dan tergantikan dengan sosok Sungkyung yang memegang tongkat besi sambil mengatur napasnya yang memburu.

Jungsan bahkan mematung dan ia mengarahkan matanya kebawah, melihat Jungkook yang berusaha menggapainya hingga akhirnya menutup matanya, tangannya pun terjatuh lemah, serta darah segar berasal dari kepalanya mengalir deras. Suara itu bahkan membuat pertarungan Youngho dan dua preman itu terhenti, mereka bertiga syok karena melihat adegan pembunuhan secara langsung.

Sungkyung melihat Jungkook dan ia baru tersadar akan perbuatannya, ditambah saksinya banyak. Ia langsung menjatuhkan tongkat besi itu dan menutup mulutnya karena syok.

"Ap... Apa yang baru saja ku lakukan?..." Ucapnya dan memundurkan langkahnya dengan gemetar hebat, serta menjatuhkan tongkat yang ia pegang.

Jungsan berjalan mendekati Jungkook dan jatuh berlutut, air matanya jatuh begitu saja dan tangannya meraih kepala Jungkook dengan gemetar. Youngho langsung melupakan pertarungannya, ia langsung berlari mendekati duo kembar itu.

"H-Hy-Hyung...." Terduduk, ia mengangkat tubuh atas Jungkook dan meletakkannya di lengan berototnya, tentu darah Jungkook langsung mengotori lengan dan juga bajunya.

"Hyung.... Kamu gak mungkin langsung pergi secepat ini... Kamu sudah dipukuli berkali-kali... Gak mungkin kamu pergi kali ini... Hyung...." Suara lirih Jungsan langsung menusuk hati Youngho yang langsung ikut berkaca-kaca, ia tak pernah melihat Jungsan menangis atau ekspresi sedih sekalipun, yang ada ekspresi garang yang bisa membuat lawan tunduk padanya.

Tangan Jungsan memeriksa denyut nadi di leher Jungkook, dan itu tidak terasa sama sekali, tangisnya semakin pecah dan mendapati tubuhnya juga sudah mulai dingin.

"Jungkook Hyung!!!!!" Memeluk erat tubuh Jungkook yang sudah tak bernyawa. Young Ho pun berusaha menahan tangisnya, dan ia langsung berekspresi kaget ketika mendapati kedua preman dan wanita iblis itu tak ada ditempat, ia langsung mencari mereka.

Tetapi langkahnya tertahan ketika Jungsan menahan tangannya sambil menangis.

"Panggil... Ambulance saja..." Ucapnya dengan suara yang hampir tak terdengar dan putus-putus, permintaan itu semakin menusuk jantung Youngho, ia langsung menuruti Jungsan dan segera menelpon ambulance agar mayat Jungkook segera dibawa ke rumah sakit dan menjalani proses pemakaman.
.
.
.
Rumah Jeon.

Kamar Seokjin.

Sedari tadi, Seokjin tak bisa tidur sama sekali dan terus membolak-balikan tubuhnya mencari posisi yang enak, perasaan gelisah terus menghampirinya dan tak tahu apa penyebabnya, tetapi pikirannya terus tertuju pada Jungkook yang hidupnya tinggal menghitung hari.

"Aduhh! Kenapa perasaanku gak enak begini? Apa ada sesuatu yang terjadi pada anak itu? Dia akan aman bersama adiknya..."

"Lalu apa yang harus ku khawatirkan???" Ia terpaksa bangun dari tidurnya dan memilih ke dapur untuk mengambil minum, baru saja ia mengambil gelas, gelas itu meluncur bebas dari tangannya begitu saja, ia langsung terdiam dan perasaan gelisah itu semakin menguat.

"Kenapa perasaanku semakin tidak enak? Apa yang terjadi padanya?" Tanyanya dalam hati dan menatap pecahan gelas itu.

Taehyung yang juga tak bisa tidur langsung terbangun begitu mendengar suara gelas pecah, ia menuju dapur dan mendapati Seokjin yang diam mematung menatap pecahan gelas, ia mendekatinya pelan dan menyadarkan Hyung tertuanya itu.

"Hyung? Kenapa kau diam saja? Kau baik-baik saja kan?" Tanyanya khawatir, ia mengelus punggung Seokjin dengan lembut.

"Tae.... Sepertinya ada yang terjadi pada Jungkook, sebaiknya kita telepon dia untuk memastikan..." Jawabnya sambil menatap wajah Taehyung, bahkan wajahnya saja memucat hingga membuat Taehyung khawatir berat.

"Hyung, wajahmu pucat! Ayo duduk dulu." Taehyung langsung menarik Seokjin untuk duduk di ruang tengah, tapi Seokjin menahan tangan Taehyung untuk segera menghubungi Jungkook, ia sangat yakin dengan firasat buruknya ini.

"Jangan pedulikan aku! Cepat hubungi Jungkook!" Pintanya dengan wajah memohon agar Taehyung tidak mempedulikan dirinya dan segera menghubungi Jungkook.

Mau tidak mau, Taehyung menuruti permintaan Seokjin dan mengambil ponsel dari sakunya, ia menghubungi ponsel Jungkook sambil berjalan ke ruang tengah, Seokjin meninggalkan pecahan gelas itu dan memilih mengikuti Taehyung agar perasaannya sedikit lebih lega ketika mendengar kabarnya.

"Halo? Jungkook kau baik-baik saja kan? Seokjin hyung sangat mengkhawatirkanmu tanpa sebab, apa kau—" ucapannya terhenti ketika yang menjawab bukanlah suara Jungkook, melainkan suara orang lain yang tak pernah ia dengar suaranya.

"Siapa kau?... Ohh, Sekretaris Jungsan... Kenapa ponsel Jungkook ada padamu? Saya kira salah sambung..." Taehyung melirik wajah Seokjin yang tampak menunggunya, ekspresi khawatir itu sangat jelas dan sedikit tersenyum karena Seokjin sangat tulus pada Jungkook.

Namun, ekspresinya langsung syok hingga ia menjatuhkan ponselnya, wajahnya sangat tegang dan memegang dada kiri yang sangat sesak. Seokjin terkejut dan ia berusaha menenangkan Taehyung untuk ia tanyai penyebab perilakunya yang membuatnya khawatir.

"Taehyung-a? Ada apa? Kenapa kamu begitu?" Berusaha menenangkan Taehyung yang sesak napas hingga tak sanggup berdiri, Seokjin langsung menyandarkan Taehyung ke tubuhnya agar sedikit lebih tenang. Aksi ribut mereka mengundang para pembantu keluarga Jeon dan juga adik-adiknya untuk tahu apa yang terjadi, karena suara Seokjin menggelegar ketika berusaha menyadarkan Taehyung.

"Jeon Taehyung?! Ada apa denganmu, jangan buat aku khawatir!" Menepuk-nepuk pelan pipi Taehyung yang kini menangis.

"H-Hy-Hyung Jung-Jungkook..." Tak sanggup berbicara, ia tanpa sadar memukul Seokjin sekali dan menarik bajunya, tangisannya semakin menjadi dan membuat Seokjin ikut menangis karena artinya Jungkook berada dalam posisi yang sangat buruk sampai adiknya ini kesulitan bicara.

"Tuan Taehyung? Anda baik-baik saja? Tolong tenang, Tuan." Ucap para pembantu menenangkan Taehyung, salah satu dari mereka yaitu Sehun mengambil ponsel Taehyung dan melihat sambungan telepon yang masih tersambung, ia mengangkatnya untuk berbicara pada Jungkook.

"Tuan Jungkook? Apa anda baik-baik saja? Ada apa—"

"Ap-Apa? A-ahh yaa... Terima kasih atas informasinya..." Mata Sehun langsung berkaca-kaca dan meletakkan ponsel Taehyung di atas nakas.

"Ada apa Sehun?" Tanya maid khawatir dengan ekspresi wajah Sehun dan juga memerah.

"Semuanya... Mari kita berganti pakaian untuk.... Untuk.... Datang ke pemakaman.... Tuan Jungkook....." Ucapnya ketika berusaha menahan tangis yang akhirnya pecah. Mereka semua sampai tidak bisa berkata-kata dan menganggap Sehun bercanda, tapi ekspresi Sehun mengatakan yang sebenarnya dan ditambah Taehyung yang menangis dipelukan Seokjin.
.
.
.
Rumah sakit.

Jungsan duduk mematung di ruang tunggu, baju dan tangan kanannya kotor akibat darah Jungkook yang sudah mengering. Ia menatap tangannya dengan ekspresi kosong dan masih tidak menyangka bahwa Jungkook pergi secepat ini. Hatinya benar-benar hancur hingga ia tak menangis lagi saat ini.

Youngho mencoba mendekati Jungsan setelah sekian lama ia membiarkannya sendirian. Ia duduk di samping Jungsan dan mencoba memanggilnya dengan pelan.

"Sajangnim... Tadi... Kenapa anda menghalangi saya untuk mengejar mereka." Nada hati-hati, takut jika Jungsan langsung marah disaat kondisinya sedang terpuruk saat ini.

"Sudah kubilang... Aku akan menghancurkan mereka ketika semakin sukses dimasa depan... Jadi jangan bongkar sekarang... Tangkap saja dulu preman-preman itu, kecuali Sungkyung." Jawabnya setelah berdiam sebentar.

Youngho hendak menjawab, tapi suara putus asa yang memanggil nama Jungkook membuat mereka mengalihkan pandangannya.
.
.
.

To be continue.

Mianhae Jungkookie [END ✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang