langit jingga dan secangkir jus jeruk

3 0 0
                                    

      Semesta tidak pernah salah menemukanmu dengan seseorang, hanya terkadang kurang tepat hingga membuat hatimu terluka.

      Setiap cinta di dunia ini semestinya mendapatkan porsi yang sama, agar ketika dia tak sesuai realita kau tak terlalu terluka dalam menyikapinya.

    Kita ini manusia,  berjalan diantara mimpi-mimpi yang kupikir dapat berakhir denganmu, akan tetapi bahkan engkau yang ternyata akan memutuskan semua mimpi-mimpi itu.

     Pemeran utama dari cerita ini yang pergi, sebenarnya tidak benar-benar pergi, ia kekal bersama kenangan dan pelukannya terakhir kali.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

  Aku bergegas menyusuri gerbang pintu masuk. Hari ini sekolah kami mengadakan classmeeting sebelum tujuh belas Agustus tiba, tentunya kelas kami sudah melakukan beberapa persiapan pada hari-hari sebelumnya, aku menaruh tas milikku, bergegas menuju ke lapangan untuk melakukan upacara pembukaan.

     Setelah kami dibubarkan, aku bersama Binta, Dita, dan Kahla menuju ke aula tempat kami melaksanakan cerdas cermat, disana kami mengambil beberapa nomor undian, pertanyaanya merupakan hal-hal yang tak jauh dari kemerdekaan Indonesia, matematika, biologi, serta pengetahuan umum lainnya.

   "dapat nomor tujuh nih lun"  "yuk kita ke kursi yang udah sesuai sama nomor kita"

Aku memandangi setiap yang bergilir masuk pada ruangan ini, satu persatu peserta lomba yang akhirnya memenuhi tempat duduknya masing-masing, "pokok kita harus saling semangatin satu sama lain yah!" ucapku kepada mereka bertiga, menenangkan ketiga sahabatku yang terlihat sudah mulai gugup.

   Kami berlawanan dengan peserta nomor urut empat belas, satu persatu pertanyaan dapat kami jawab, hingga pertanyaan terakhir yang sulit tersebut dapat kami atasi, hingga pada babak pertama kali ini, kami bisa menaklukan lawan yang membawa kami dapat melanjutkannya ke babak sepuluh besar nanti.

   Aku bersama Kahla berpamitan sejenak untuk membeli minuman di kantin, melewati lapangan basket yang disoraki oleh teriakan para siswa dan siswi yang sedang mendukung tim nya, kata kak Wisaka hari ini dirinya juga menjadi salah satu pemain yang ikut dalam pertandingan tersebut, mataku dengan jeli melihat satu persatu, akan tetapi aku tak dapat menemukan orang yang kucari.

   Aku melihat Kanaka dengan kawan-kawannya berada di kantin, "bukannya lomba, malah asik-asikan makan disini" sinis ku dengan suara yang sedikit kukencangkan hingga ia bisa mendengarnya "dasar iri yah lo, ya terserah gue dong mau ngapain, atau lo nyariin gue?" "males" aku menarik tangan Kahla dengan gusar, Kanaka memang sosok yang menyebalkan dari pertama kali aku bertemu dengannya, bahkan tidak hanya di dalam lingkungan sekolah, dia juga suka sekali mengganggu aku lewat pesan-pesannya yang membuatku marah padanya terkadang.

   Kali ini aku bersama ketiga sahabatku sampai pada babak terakhir, tak seperti sebelum-sebelumnya, kali ini bahkan wali kelas dan beberapa sahabatku ikut menonton kami di aula yang membuatku semakin gugup, pertanyaan bahasa Inggris berhasil aku jawab dengan point lebih unggul daripada tim lawan, lalu bergilir kepada Dita yang juga mendapatkan nilai matematika lebih unggul, lalu Binta kali ini mendapatkan hasil seri dengan tim lawan,  dan kali ini saatnya giliran Kahla.

  Teriakan mulai menggema disudut ruangan ini, pertanda semangat yang sejujurnya ini akan membuatku takut mengecewakan mereka, satu dua pertanyaan berhasil Kahla jawab, hingga beberapa pertanyaan lainnya mereka mendapatkan point yang seri, kini tibalah pada pertanyaan terakhir yang akan menentukan nasib kami, aku terus berdoa di sepanjang pertandinga ini, hingga aku merasakan beberapa teman-temanku memelukku beserta Kahla, Binta dan Dita, kami membawa juara pertama pada lomba cerdas cermat kali ini.

   "selamat yah lun" aku melihat asal suara tersebut yang wajahnya tak asing, benar saja ia adalah lawanku dalam pertandingan tadi, "terimakasih Jovanka" "oh iya gue traktir bakso di mang Asep deh, mau ngga?" "oke lo traktir baksonya, gue traktir es teh nya gimana?" "siap"

   Aku memandangi beberapa kursi yang berhadapan dengan diriku, ku pandangi satu-satu wajah mereka, mereka adalah teman-teman kak Wisaka, akan tetapi sayangnya aku tak melihat kak Wisaka berada disana,

"cari siapa lun?" "heheheh engga kok engga cari siapa-siapa" "beneran? tapi muka lo kayak lagi cari orang deh" "lo kenal kak Wisaka?" "Wisaka abisatya? anak kelas 11 kan?" "iyap" "gamasuk dia hari ini, katanya sih demam dari kemarin" "kok lo tahu?" "dia tetangga gue kali lun, jadi tadi pagi dia nitip surat izin gitu ke gue" "pulang sekolah lo mau engga anterin gue ke rumahnya?" "boleh-boleh, nanti gue tunggu di parkiran ya!"

 "lun gue udah di parkiran nih, lo kesini ya!" aku melihat jam yang melingkar di pergelangan tanganku, sudah menunjukkan pukul empat sore, aku sudah menghubungi ibu bahwa hari ini aku pulang sedikit terlambat. Ini adalah kali pertama aku akan kerumah kak Wisaka, aku merasakan sedikit kegugupan yang cukup membuat tanganku menjadi dingin dalam seketika.

   "udah sampai nih lun, turun ayo!" "hm lo yang mencet bel ya? gue malu" "hahahah dasar orang jatuh cinta sukanya malu-malu gitu kali ya?" "eng-engga kok jov" bel tersebut terdengar di telingaku, kali ini kuakui aku memang benar-benar gugup daripada melaksanakan lomba cerdas cermat tadi, pintu tersebut terbuka, menunjukkan seseorang dengan kaos berwarna putih dan celana pendek selutut, rambutnya juga diikat keatas dengan sandal rumahan, "loh Kaluna, astaga aku kira siapa, ternyata bidadari mampir" "ehem yang digombalin" "hehehe maaf ya kakak, Kaluna ganggu kakak lagi istirahat ya?" "eh engga, masuk yuk?"

     Sekeliling rumah ini masih bisa terasa atmosfir era tahun sembilan puluhan, ada daun monstera yang juga menambah kesejukkan rumah ini, "mau minum apa?" "eh engga perlu, aku bawakan jus untuk kakak". Sebelum tiba disini aku sempat meminta tolong Jovanka untuk menemaniku membeli jus jeruk, aku ingat sekali bila aku sakit ibu selalu membuatkanku jus jeruk, kata ibu jus jeruk memang memiliki banyak vitamin yang dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh, untuk itu aku memilih jus jeruk daripada jus yang lainnya.

   "aku jadi merepotkan ya?" "eh engga kok" "kok kalian bisa kenal?" "Kaluna lawanku waktu cerdas cermat tadi kak" "eh gimana cerdas cermatnya?" "ya selain punya paras mirip bidadari, tadi gebetan kakak ini juga punya otak yang cerdas, jadi ya wajar aja kalau dia dapat juara satu" "Jova apaansih kita temenan kok" "hahahahah Jovanka memang suka begitu lun"

   Di samping rumah ini terdapat kolam ikan yang mengarah ke halaman belakang, aku dan Jovanka diajak untuk duduk-duduk saja disana karena pemandangan senjanya akan lebih indah, gemercik suara pancuran air pun menyegarkan telinga kami, angin disini lumayan kencang hingga beberapa kali aku membenarkan rambutku karena berterbangan dan menutupi mataku, mungkin kak Wisaka melihatku saat beberapa kali membenarkan rambut, hingga ia melepaskan ikat rambutnya dan memberikan kepadaku "nih pakai aja" "eh engga perlu kak" "mau ikat sendiri apa diikatin?" "sendiri aja kak hehehe, makasih ya"

   Setelah lumayan lama aku berada dirumah kak Wisaka, aku izin untuk berpamitan pulang karena ibu sudah meneleponku, kak Wisaka sempat menawari untuk dia saja yang mengantarkan aku pulang, akan tetapi aku menolaknya karena kumau lebih baik dia beristirahat saja.

  "anak gadis ibu habis darimana nih?" ucap ibu yang sudah menghadang aku di depan gerbang rumah, "jengukin teman yang sakit bu" "yasudah, sekarang mandi, ganti baju, lalu makan ya?" "siap ibu"

    Aku mengecheck ponselku setelah selesai menyantap makan malam, melihat banyaknya chat yang masuk terutama dari kak Wisaka, aku lupa memberi tahu kak Wisaka bahwa aku sudah tiba dirumah, aku bergegas meneleponnya, lalu tak berapa lama nada dering bergema ditelingaku "halo, kamu udah sampai rumah kan?" "hehehe sudah kak maaf ya tadi aku langsung beres-beres jadi lupa mengabari kakak" "oh engga papa kok, syukurlah, aku pikir kamu kenapa-napa dijalan" "gimana udah enakan belum badannya?" "makasih ya, jus jeruknya enak, aku juga udah sedikit segeran nih" "emang kata ibu jus jeruk paling ampuh kak" "titip salam ke ibu ya!" "oke nanti aku sampaikan" "selain jus jeruk, anak gadisnya juga bikin aku cepat pulih sih" senyumku melebar disana, menyajikan sirat berbentuk bulan sabit, dan setelahnya aku mengakhiri telepon dengan beralasan bahwa ada tugas yang harus kukerjakan, padahal aslinya, aku sudah gugup tak karuan.



MonologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang