Museum Kebahagiaan

4 0 0
                                    

      Hari ini tepat hari dimana setelah satu minggu aku gagal menonton konser bersama Wisaka, semenjak dia sibuk dengan acara tujuh harian eyangnya, aku dan Wisaka semakin jarang untuk bertukar kabar saja, sesekali mungkin hanya menanyakan keadaan masing-masing, bertukar pertanyaan tentang kesibukan kita berdua, atau hanya pertanyaan sudah makan apa tidak hari ini, bahkan aku hanya akan membalas pesan dari Wisaka dan menahan untuk tidak terlalu sering mengirimkan pesan yang akan mengganggu kesibukannya disana.

  Aku memakai sepatu pantofel milikku setelahnya aku menunggu abang ojek di depan gerbang rumah dan menyalakan beberapa playlist lagu-lagu kesukaanku, "atas nama Kaluna ya mbak" "oh iyah benar mas" aku melirik sambil mengambil helm yang tukang ojek tersebut serahkan kepadaku, ketika aku melihat siapa dihadapanku yang ternyata orang tersebut bukan abang ojek, akan tetapi Wisaka, aku memeluk tubuhnya, membiarkan puing-puing embun pagi menyelimuti berakhirnya rinduku ini.

  "kangen banget apa kangen aja?" jalanan pagi berbisik dari ucapan Wisaka yang dapat mengeratkan pelukanku dari belakang punggungnya, "kangen banget lah, satu hari engga ketemu kamu aja rasanya hampa banget, apa lagi satu minggu" "hm i know you miss me a little princess" senyumku merenggang, yang biasanya aku mengelak semua kata-kata rindu, cinta, bahkan kadang berpura-pura perhatian, kini aku hanya diam saja sambil membiarkannya merasakan menjadi salah satu orang ter-spesial di dalam hidupku.

    Satu persatu siswa meninggalkan kelas ini, ada yang memilih pergi ke kantin, ada yang memilih ke perpustakaan untuk menyelesaikan tugasnya, bahkan bermain basket di lapangan sekolah, tapi kali ini aku akan memilih pergi ke kelas Wisaka untuk mengirimkannya bekal makanan, sebenarnya bunda memasak makanan ini untukku, akan tetapi karena aku masih sangat kenyang aku akan berikan makanan ini kepada Wisaka saja.

   Beberapa teman Wisaka berada di dalam kelas itu, yang tadinya aku hendak masuk, akan tetapi kini aku hanya berdiri di belakang pintu kelas sambil menunggu Wisaka untuk keluar terlebih dahulu, hingga kak Gayatri tiba-tiba saja menegurku dan membuatku terkejut "loh Kaluna, ngapain disini? pasti mau ketemu Wisaka kan? masuk aja kali" "hehehe iya kak tapi malu nih, banyak temennya" atas percakapanku dan kak Gayatri tadi yang mungkin saja bisa terdengar sampai di dalam kelas Wisaka, tiba-tiba dia muncul di sela-sela pintu kelas tersebut "cantikku lagi ngapain disini? kok engga masuk aja?" Wisaka tanpa malu mengucapkan kalimat tersebut yang langsung disambut ledekan oleh kakak kelasku disana, dan kejadian ini adalah kejadian yang membuat pipiku langsung memerah dan hanya menunduk saja.

  Wisaka membawaku ke taman belakang sekolah yang terlihat cukup sepi disana, "udah lama banget engga makan masakan bunda nih, kangen banget juga sama bunda" "bunda juga nyariin kamu" "termasuk kamu juga nyariin aku kan?" "aku pikir setelah pulang dari yogyakarta sifat besar kepalamu hilang" "engga ada yang hilang nonik" sambil melanjutkan percakapannya dia mengambil tanganku untuk diletakkan di depan dadanya, "Lun sejauh apapun jarak kita berdua, engga akan yang pernah hilang, termasuk hatiku, bahkan dia udah tertinggal sama kamu" aku memandang matanya, terasa sekali getaran yang membuatku dengannya sangat dekat.

 "Kaluna, aku mau minta maaf, dihari ulang tahun kamu aku malah engga bisa dateng untuk nonton konser, bahkan aku udah buat kamu nangis dihari yang harusnya kamu bisa tersenyum bahagia" "yang lalu ya biar berlalu Wisaka, engga nonton konser kan masih ada vokalis favoritku disini" "mau disewain gedungnya sekalian nih untuk aku nyanyi?" "hahaha aku maunya suara kamu buat aku aja sih" "siap nonik, laksanakan" aku memeluknya erat, rasanya jika aku bisa, aku ingin mengehentikan waktu kali ini saja agar bisa meluapkan kerinduanku padanya.

  Aku menunggu Wisaka di parkiran motor karena aku keluar lebih dahulu daripadanya, tak lama selang lima menit aku berada disana, Wisaka bersama beberapa temannya terlihat diantara keramaian orang dan kendaraan disini, "udah nunggu lama hem?" "engga juga, baru aja lima menit" "pasti capek kan nunggu sambil berdiri disini, makannya udah aku bilang nunggu di taman depan sekolah aja yang ada kursinya buat duduk" "bawel dasar, nunggu disini mah engga sebanding sih daripada nunggu kamu pulang dari yogyakarta tanpa tahu kapan tepatnya" Wisaka mencubit hidungku dengan jarinya, membuatku mengaduh kesakitan dan diapun tertawa sembari menyeka rambutku.

  Sebelumnya karena aku memang jarang keluar rumah selain untuk bekerja di Perpustakaan atau mengerjakan tugas dirumah sahabatku, aku jarang sekali apabila harus jalan-jalan sendiri, bahkan terkadang aku lebih memilih berbulan-bulan dirumah untuk membaca banyak series novel, tapi semenjak ada Wisaka semuanya berubah, aku yang tadinya mampu berlama-lama tinggal dirumah, kini aku lebih senang ketika Wisaka mengajakku untuk mencicipi setiap cafe yang ada di penjuru kota ini, seperti saat ini, aku sudah bertanya untuk ketiga kalinya tentang kita akan pergi kemana, karena memang aku jarang tahu beberapa daerah yang jauh dari rumahku, akan tetapi jawabannya sama saja seperti sebelumnya "sabar dulu nonik, nanti kamu juga tahu"

     Kita sampai disebuah gedung bergaya nordic, aku turun mengikuti Wisaka dengan tangan yang masih ia genggam, bisa kulihat dari depan tiket masuk, didalam sana cukup banyak beberapa karya dan lukisan-lukisan indah, "welcome to the museum a beautiful woman" suara wisaka dengan gerakannya sangat mirip dengan orang yang menyambut kami ketika memasuki gedung ini, "omg... omg.. Wisaka this is so pretty place" "gimana kamu suka?" "suka banget, keliling yuk?".

   Aku jalan terlebih dahulu dengan Wisaka yang setia menemani dibelakangku, sungguh pemandangan dimuseum ini sangat membuatku terpesona dengan seni dan karya yang ada di dalamnya, juga beberapa patung-patung khas eropa yang menambah kesan elegan dan monolog yang terdapat pada tempat ini, "Kaluna say cheese" "cheese" aku melihat Wisaka mengambil gambar candidku beberapa kali, dia juga beberapa kali mengajak foto bersama dengan bantuan tripod yang dia bawa, sungguh museum ini ialah museum pertama yang ku kunjungi dan dapat membuat kesan indah dalam hidupku.

   Wisaka menyerahkanku segelas milkshake tanpa gula seperti kesukaanku, kita duduk diantara gedung-gedung ini sambil melihat banyaknya burung-burung yang berlalu lalang pergi, bagiku sangat menyenangkan bahwa setiap detiknya aku bisa merasakan, "sejak kapan  aku tahu bahwa Wisaka suka ketempat seperti ini?" "semenjak mama pergi, aku baru tahu bahwa mama punya sakit cukup parah ketika memasuki tahun kedua, saat itu kondisi mama semakin kacau, setiap malam aku lihat mama kebangun dan hanya bisa tidur di sofa dengan papa disana" "Wisaka? kalau engga kuat untuk cerita itu semua, engga perlu cerita juga gakpapa" "hmm, sebelum mamah engga ada, mamah itu suka sekali pergi ke muesum, dan itu selalu sama aku Kaluna, makannya hampir seluruh museum di kota ini aku tahu" "aku yakin mama bahagia banget di sisa hidupnya kamu bisa selalu ada untuk dia" "mama sekarang pasti cemburu kali ya?" "emang cemburu kenapa?" "soalnya anaknya sekarang bisa bawa wanita cantik untuk ketempat kesukaan mama" aku meletakkan kepalaku dipundaknya, dalam senja tersebut, satu-satuan mata kami tersirat rasa cinta yang bisa dirasakan lewat sekadar tatapan tanpa ucapan, sungguh semesta kuharap momen seperti ini akan bisa terulang kembali, bersama dia, Wisaka.

 

MonologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang