Kopi dan Kanaka

2 0 0
                                    

        Aku duduk merenung sembari menunggu bus di halte pemberhentian ini tiba, sambil mendengarkan musik dari airpods yang kubuat aku juga sembari membaca buku yang belum kuselesaikan. Semenjak Wisaka pergi ke Jogja aku memang selalu pulang pergi ke sekolah maupun pergi ke perpustakaan atau rumah budhe dengan menggunakan angkutan umum seperti bus dan ojek online.

      Tak berselang berapa lama bus yang sudah kutunggu itupun datang, kami para penumpang telah berdesakan disana, hampir sama seperti yang lain akupun juga tak mendapatkan tempat duduk dan memutuskan berdiri disamping pintu bus belakang, jalanan kali ini cukup ramai, hingga beberapa kali bus tersebut turut berhenti karena kemacetan orang-orang sepulang kerja, maupun anak-anak yang pulang dari sekolah mereka masing-masing, ketika kami semua sampai di halte pemberhentian pertama disana ada beberapa penumpang yang turut ikut dan turun dalam bus, aku melihat seorang wanita paruh baya yang sepertinya juga kesulitan mendapat tempat duduk, hingga seorang pemuda dengan hoodie berwarna army itu memberikan tempat duduknya, setelah membantu memberikan nenek tersebut tempat duduk, dia turut berdiri di belakangku yang tanpa sengaja dia menabrak punggungku "eh maaf-maaf" "oh iya engga-" sebelum melanjutkan kata-kataku aku melihat dirinya, dirinya yang sempat membentakku beberapa waktu lalu, aku buru-buru menepiskan pandanganku darinya, dan dia juga yang kembali menunduk dengan sedikit membenarkan kacamatanya.

     Kali ini entah mengapa semesta sedang tak berpihak kepadaku, aku terus menerus melihat jam yang melingkar ditanganku dan waktu berubah dengan sangat lambat disaat-saat tak diinginkan seperti ini, hingga setelah lama menunggu aku tiba di halte bus tempat pemberhentianku, belum sempat aku menghirup udara bebas, Kanaka juga tiba-tiba ikut turun dari bus tersebut, aku yang semula hanya bersifat biasa saja dan langsung menuju ke jalanan rumahku, tiba-tiba terhenti karena genggaman tangan Kanaka, "aku minta maaf lun" "untuk apa?" "untuk hari lalu" "hm engga perlu sih, harusnya gue yang minta maaf karena gue udah lancang ikut campur urusan lo" "gue juga minta maaf karena gue kebawa emosi waktu itu" "udah kan itu aja? gue duluan ya kalau gitu" "lo ada waktu engga?" "untuk hari ini sih kebetulan gue engga banyak tugas" "ke kedai kopi seberang yuk? gue traktir deh" "oh jadi lo mau nyuap gue ya supaya gue maafin lo" "astaga buat apa gue nyuap lo, kalau lo engga mau maafin gue ya itu urusan lo, yang penting gue udah minta maaf" "oke lo cuma punya waktu 30 menit dari sekarang".

      Aku melihat pemandangan dari luar jendela coffe shop ini yang langsung mengarah ke jalan, dengan desain putih dan disertai tanaman hijau, coffe shop ini memiliki kesan asri didalamnya. Sembari menunggu Kanaka yang entah pergi memesan kopi akan tetapi hingga sekarang tak kembali, aku memilih untuk membuka buku novel yang sedang aku baca tadi dan melanjutkan untuk membacanya. Hingga beberapa menit setelahnya Kanaka datang membawa kopi yang disertai dengan gambar angsa, "wah lo buat sendiri nih?" "iyalah, gimana suka engga?" "suka banget, emang kenapa lo buat kopi itu sendiri?" "gue tahu aja lo gabisa minum kopi yang banyak kafeinnnya makannya gue buatin sendiri, untung aja gue kenal pemilik coffe shop ini jadi gampanglah" "oke gue cobain ya?" dia mengangguk sambil menyeruput kopi tersebut, aku tertegun ketika kopi yang ia buat rasanya ternyata begitu enaknya, bahkan kopi ditempat langganan aku belipun kali ini lebih enak buatan dari Kanaka, "gimana enak kan kopi ditempat ini?" "iya lumayan" "lo selalu bawa buku ya kemana aja?" "hm engga juga sih, cuma gue itu paling engga suka nunggu sebenernya, jadi gue bawa buku itu ya supaya engga bosan aja" "oh gitu, luna tentang tempo hari lalu pasti lo bingung kenapa gue bisa sampai ngebentak lo" "sebetulnya iya, tapi ya kalau dipikir ya benar aja itu urusan lo, dan gue orang baru dikehidupan lo gaperlu tahu tentang masalah itu" "gue bolos sekolah bukan karena engga ada alasan atau mungkin alasan di surat izin gue yang terus menerus bilang kalau gue sakit lun" "terus kenapa lo engga jujur aja ke guru waktu itu? kenapa lo malah terus berkelit dan bilang kalau sementara waktu lo engga bisa masuk sekolah, sedangkan kenyataannya lo juga engga sakit kan dirumah?" "nyokap gue maksa gue buat keterima kuliah diluar negeri lun, entah gue juga engga tahu alasannya apa, intinnya nyokap gue engga pernah bisa ngasih gue pilihan, semua hidup gue seakan-akan emang buat kepentingan pribadi nyokap semua" "gue emang engga pernah ngalamin kejadian kayak lo. Tapi gue  tahu kalau itu berat banget buat lo, emang lo engga mau nyiba buat nurutin omongan nyokap lo?" "dipaksa buat ikut test kayak gitu bukan yang pertama atau kedua kali lun, tapi berkali-kali, dan gue nyokap bilang kesempatan gue cuma hanya satu ditahun depan buat daftar kuliah di London" "ya lo coba aja, mungkin kalau seandainya gagal lagi, setidaknya nyokap lo udah tahu perjuangan lo dan dia akan-" "dia akan engga pernah nganggap gue anak lagi lun"

    Setelah mendengar cerita dari Kanaka dan dari ucapan yang baru saja ia katakan, disana aku dan Kanaka hanya berdiam diri, hingga dering telepon dari bunda berbunyi yang mengharuskanku berpamitan terlebih dahulu yang hanya meninggalkan Kanaka yang masih saja terdiam di kursi coffe shop. Diperjalanan pulang, pikiranku terus mengacau pada Kanaka, bahkan aku merasa bahwa pasi hidup yang ia jalani kini seolah menjadi sebuah dongeng yang dibuat-buat dan tak pernah dibebaskan karena alur kisahnya mengikuti setiap keinginan dari penulisnya, "Nduk kok sendirian aja?" lamunanku dikejutkan karena pakdheKuswan yang dengan motornya berjalan diiringanku "loh pakdhe, pakdhe lagi ngapain kesini?" "ini nduk budhemu itu tadi pakdhe pulang kerja minta tolong buat antar makanan ke rumah kamu, eh kebetulan banget malah ketemu disini" "pakdhe sama budhe selalu gitu deh repot-repot aja buat aku, padahal aku engga pernah ngasih apa-apa ke pakdhe dan budhe" "pakdhe sama budhe gabutuh apa-apa nduk, lihat kamu sama Wisaka bahagia juga kita berdua ikut bahagia, yasudah kalau begitu, pakdhe antar pulang sekalian saja ya?" "pakdhe beneran engga repot nih?" "engga lah, yaudah ayok naik, nih pakai helm dulu".

   

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MonologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang