"Bagaimana denganmu? Apa kau masih bisa bangkit?"
_________________________________________
Enjoy:)
Pagi yang cerah, tapi tak secercah biasanya karena awan mendung menyelimuti matahari yang bersinar terang. Pagi yang berat dan kasur yang mengikat tubuhku untuk tetap berada di atasnya.
Sekarang hari minggu, dan apa yang di lakukan di hari minggu?
Ya, bermalas-malasan di kamar kemudian mandi di tengah hari atau malam sekalian. Aku harus hidup sehat, memaksa tubuhku untuk bangkit dan merasakan dinginnya air.
Setelah lamanya bergelut dengan air-air itu aku mengganti bajuku, hoodie, training, sepatu olahraga, rambut di kucir meski pendek sebahu sangat cocok untuk lari pagi.
Aku turun dari kamar, berjalan sambil mencoba sedikit pemanasan. Rumah megah mewah tapi sepi, pasti Papa dan Kak Devan sudah berangkat.
"Bi, tumben sepi?" Tanyaku saat sampai di dapur.
"Iya, tuan sama tuan muda sudah berangkat."
"Owh, sarapan apa bi?"
"Nasi goreng sama telor ceplok. Gapapa kan? Soalnya bibi belum belanja."
"Iya nggak papa kok bi, Hana suka kok. Apa lagi ada telor ceploknya."
"Mau Hana bantuin bi?" Tawarku.
"Nggak usah, Hana ke meja makan aja. Ini udah mau selesai kok."
"Okay."
Setelah itu, aku hanya duduk di meja makan menunggu nasi goreng dan telor ceplok. Bibi datang membawa 1 piring nasi goreng dan telor ceplok, wanginya sampai kemana-mana.
"Makasih bi."
"Iya."
Bibi kembali ke dapur, sedangkan aku menikmati pemberian tuhan yang sangat berharga dan bibi hanya perantara.
Aku kembali ke rencana 1 yaitu lari pagi. Di luar tidak terlalu panas, dan tidak terlalu mendung. Feeling ku mengatakan jika nanti pasti hujan lebat.
Aku melanjutkan lari-lari untuk menyehatkan tubuhku. Tapi kakiku berhenti melaju karena melihat anak kecil yang menangis di bawah pohon. Aku memilih mendekatinya.
"Hai, jangan menangis. Apa yang terjadi denganmu?" Tanyaku padanya.
"Hisks...... kakak layanganku tersangkut di ranting pohon dan aku tidak biasa mengambilnya."
"Sekarang mari kita buat kesepakatan."
"Kesepakatan apa kak?"
"Kamu berhenti menangis dan aku akan mengambil layangan itu untukmu. Setuju?"
"Iya, aku setuju. Sekarang tolong ambilkan layanganku kak dan sekarang aku berhenti menangis."
"Baiklah, tetap disini oke?"
"Oke."
Aku berusaha memanjat pohon yang tak terlalu tinggi. Aku pernah memanjat pohon untuk mengambil sandal yang menyangkut. Tapi..... entahlah sekarang aku malah ragu untuk memanjat. Aku mengumpulkan semua keberanian yang ada dan tanpa ragu-ragu langsung memanjat pohon itu dan memilih pijakan yang pas.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M IN SKIZOPHRENIA || Lee Haechan
FantasyBerharap pada hujan hanyalah sia-sia, meski kau menangis takkan membuahkan hasil apapun. Hana, gadis biasa yang mengharapkan sebuah kebahagiaan. Dia bertemu dengan Haechan, laki-laki itu merubah segalanya yang ada dihidupnya. Tak disangka orang-oran...