13. Menyerah? Jangan

2 1 0
                                    

"Bibirnya berucap tapi hatinya diam menyembunyikan luka."

_________________________________________

Enjoy:)

Hirup pikuk kota yang ramai dan bising, malam yang gelap dan bulan yang menerangi langit tanpa bintang. Pikiran pun ikut berbisik dengan suara lirih dan parau, tatapan mata yang kosong tak ada harapan sedikitpun disana.

Aku sedang memakai hoodie berwarna baby blue bergambar kelinci, celana training hitam, dan sepasang sendal selop. Aku akan keluar sebentar menenangkan pikiran dan hati, lebih baik mencari ketenangan daripada harus hancur sekarang.

Aku keluar menuju kemanapun asal bukan rumah itu, menghindar dari konflik yang terjadi. Beberapa hari ini hatiku rasanya hampa, tak terasa rasa hampa ini masih membekas.

"Huh..."

Menghela nafas yang panjang, mengeluarkan rasa sakit yang menyelimuti hati. Merasa disini tenang, sejenak aku berhenti berjalan. Mengedarkan mataku mencari tempat duduk yang nyaman.

Disana, kursi panjang terbuat dari kayu. Aku mendudukan bokongku di kursi tersebut, mengayunkan kakiku pelan. Di depan mata banyak kendaraan yang berlaku lalang.

Aku mendongak manatap langit yang hitam karena malam. Langit yang indah bukan?

"Bolehkah aku tersenyum menampilkan mata yang bersinar?"

"Bolehkah aku membawa semua lukaku ke atas langit kemudian menerbangkannya seperti pesawat kertas?"

"Bolehkah aku menarik semua kata-kata menyakitkan yang aku lontarkan?"

"Bolehkah aku........ berhenti mencintai diriku sendiri?"

Aku bergumam sendiri, menahan air mata yang akan turun. Sembari memandang hamparan langit yang hitam, aku mengusap beberapa air mata yang hampir jatuh mengenai tanah.

Aku berhenti memandangi langit, kini netraku mengarah ke depan. Ku lihat seorang wanita paruh baya sedang menenteng plastik hitam di tangan kanannya.

Itu.... mama, sosok yang selalu ku rindukan. Meski dia selalu sibuk dengan pekerjaannya tapi dia selalu menengokku, tapi itu dulu. Tidak dengan sekarang, dia pergi dan tak pernah menghubungiku lagi.

Aku tersenyum tatkala Mama tersenyum senang melihatku.

"HANA."

Teriaknya dari kejauhan dengan rasa rindu yang dia topang dengan bahu rapuhnya.

"MAMA."

Mama berlari ke arahku dengan tergesa-gesa sambil merentangkan tangannya, seperti dia ingin sebuah pelukan hangat dariku.

Braak....

Tiba-tiba mobil hitam berkecepatan tinggi menyambar tubuh Mama. Hingga membuat tubuhnya terpental jauh, darah segar mengalir deras di kepalanya.

"MAMA.....!"

Aku berteriak kencang menghampiri Mama yang sudah tak sadarkan diri.

"TOLONG!!!TOLONG!!!"

Aku berteriak memanggil pertolongan dari orang sekitar. Beberapa pengendara mengerumuni kami, tentang mobil tadi dia sudah pergi jauh entah kemana.

I'M IN SKIZOPHRENIA || Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang