Bella, Ratras, Ghea, dan Alika sudah duduk diaula kampus. Aula kampus ini sangat besar sekali, bahkan muat untuk satu angkatan disekolahnya. SMA Garuda duduk terpisah, mereka duduk dibarisan paling belakang katanya. Sedangkan Bella dan temannya duduk dibarisan tengah.
Semua perwakilan siswa dan siswi sudah datang diaula dengan almamater kebanggaan mereka masing-masing. Untung saja siswa siswi perwakilan tahu diri disini, mereka tidak bising. Padahal tadinya, beberapa panitia acara ingin masuk jika ada kegaduhan.
Pintu aula terbuka, terlihat disana mahasiswa dan mahasiswi kampus tersebut berjalan membawa beberapa barang.
Mata Bella tak lepas dari salah satu mahasiswa yang tengah menggulung kemeja putihnya dan menyeka keringat. Lalu cowok itu tertawa. Bella jadi ikut tertawa, ah ia pun mengakui bahwa cowok itu sangat manis. Ditambah lesungpipi yang ada dipipinya, menambah kesan manis pada cowok itu saat tersenyum.
“Bell, mata lo jangan macem-macem. Gue colok lo ya.” peringat Ghea. Bella hanya mengangguk dan mengalihkan pandangannya, ternyata disini juga gak boleh cuci mata? Ah, Bella jadi sebel sendiri. Akhirnya ia memusatkan pandangannya pada ponsel.
Sesekali Bella melirik mahasiswa itu, ah tampan sekali! Apalagi kemeja cowok itu hampir tembus pandang ilahi! Astaghfirullah Bella, tobat!
“Heh! Ke-gep kan lo ngeliatin lagi!” tegur Ghea.
“Ih emang gak boleh kak?”
“No. Gak boleh Bella. Harus jaga mata dan jaga hati.” ujar Ghea. Bella pun kembali mengangguk. Dia iya saja karena pasti yang dibicarakan oleh Ghea adalah Gara.
“Lah, gue jaga hati buat siapa? Gue kan gak ada pacar kak.” ucap Bella.
“Gue juga belum pacaran sama Gara.” ujar Ghea.
“Ish. Udah lah ini juga mulainya kapan sih?!” omel Bella.
Seluruh panitia yang bertugas pun masuk ke dalam aula. Ya, tadi baru setengahnya yang masuk. Dan pintu pun tertutup rapat. Beberapa mahasiswi ada yang tengah menyiapkan proyektor, ada juga yang tengah mencoba mic nyala atau tidak, ada juga yang tengah mengecek soundsystem.
Bella mengangguk mengerti. Ternyata ini yang dinamakan kerjasama team. Bella senang melihatnya, entah mengapa melihat kakak-kakak mahasiswa ini kerjasama, rasanya menyenangkan.
Bella menoleh kearah Ratras, “Kak, ini yang namanya team asli?”
Ratras mengangguk. “Mm.”
“Gila, pasti lebih capek dari kita ya? Anggotanya juga kayanya banyak banget.”
“Biasanya terbentuk sebagai kabinet namanya.”
Bella mengangguk. “Oohhh ...”
“Nanti kalo kuliah, lo gak akan kaget semisal ditunjuk jadi kaya mereka. Karena di SMA, lo udah terlatih.”
“Terlatih?” beo Bella.
Ratras mengangguk. “Terlatih disiplin, terlatih tepat waktu.”
“Lo udah biasa kerja banyak, udah biasa lembur apalagi kalo ngurus kabinet kalo ada acara bisa pulang tengah malam. Udah biasa kena cacian, makian, omelan. Pokoknya lo udah pernah ngalamin itu di SMA. Jadi gak akan kaget pas di kuliah.”
“Tapi caciannya beda ya kak. Disekolah sama guru dan anak sekolah lain. Tapi kalo dikampus sama kakak tingkat, betul gak?”
Ratras mengangguk. “Bener. Lo harus kuat fisik, mental, hati.”
“Perjalanan gue di SMA masih panjang, gak mau mikirin itu dulu ah. Takut.” kekeh Bella.
“Lebay.” komentar Ratras.
KAMU SEDANG MEMBACA
GENAFEL
Teen FictionKisah Genafel Team generasi dua belas, Tertanda, Ketua Genafel Team, Ratras Abilio.