Saat dikantin, Bella terus saja mencak-mencak tidak jelas. Gadis itu meraung-raung dengan rambut yang sudah berantakan akibat insiden beberapa menit lalu. “Malu, gue, malu!”
“Argh! Bisa-bisanya Bu Muti nyuruh gue ke kelasnya kak Aras. Mana dibikin malu. Sial!”
Joana menghela nafas jengah. “Udah lah Bell, udah kejadian juga. Lagian kalo menurut gue bakal pada lupa kok.” ujar Joana.
Shea mengangguk sembari memasukan siomay ke mulutnya. “Bener tuh kata Jo.”
Bella meringis, gadis itu mengusap wajahnya kasar. “Tetep aja, gue malu.” ujar Bella. “Bayangin lo dipermalukan didepan cowok yang lo su—”
Bella sadar akan ucapannya. Ia berhenti bicara seraya membungkam mulutnya menggunakan telapak tangannya.
“Su? Su apa, Bell?” tanya Joana.
“Ah enggak. Gak apa kok. Gue emosi aja, jadi kata random bisa keluar dari mulut gue.”
Shea menghela nafas panjang, gadis itu menatap Bella dengan intens. “Lo suka kan sama Kak Aras?”
Uhuk!
“Bell? Gapapa kan?”
Uhuk!
“Ke—keselekk!” Bella keselek siomay.
“Bell? Ya ampun, minum nih minum. Ya ampun, sori sori, jangan sampe lo mati tersedak Bell!” ucap Shea seraya membantu Bella minum. “Apalagi tersedak siomay, makanan kesukaan gue, yaampun.”
“Udah?”
“Gimana Bell?”
Bella mengatur nafasnya pelan, ia memejamkan matanya sejenak lalu mengangguk. “Udah lebih baik kok.”
Bella menatap Shea tajam, yang ditatap pun memundurkan wajahnya. “Lain kali hati-hati!” ucap Bella
“Iya, sori, abisan lo ngangetin gue pake pertanyaan gak jelas lo itu.” ujar Bella ketus.
“Lah tapi emang bener kan? Gue bukan temen seminggu lo, Bell.” ujar Shea.
“Ya terus kalo gue suka sama kak Aras ada masalah?”
“CIEE!!”
“ACIE BELLA SUKA SAMA KAK ARAS ACIEE!”
“KODEIN BELL ARASNYA, GAK PEKA DIA.”
Brengsek.
Bella memelototi ketiga cowok yang muncul dihadapannya ini. “DIEM!” galak Bella.
“Ya habisnya ngomong frontal banget, Bell. Orang mah bisik-bisik, kaya yang biasa dilakuin cewek-cewek. Lah ini? Gila, berani bener lo.” ucap Zaki.
Gara dan kedua teman lainnya duduk disamping Bella.
“Jujur aja, Bell. Aras kalo nolak halus kok.” kata Gara.
Bella mendelik. “Maksud lo gue udah pasti ditolak gitu?!”
“Lah emang lo bener mau nembak, Bell?”
Bugh!
“Awww... Sakit Bell! Gila!”
“Bella lagi sensi, kalo dia sampe ada mood mau nendang orang gue sama Shea gak tanggung jawab ya.” celetuk Joana yang sedaritadi tenang memakan siomay.
“Lo mau nendang kita Bell? Kemana? Kelaut ajaloh?” canda Rasya.
Bugh!
Bella menendang meja kantin. Shea dan Joana terkejut hingga hampir tersedak siomay. Begitupun dengan ketiga cowok yang ikut duduk disana, mereka dengan perlahan menggeser duduknya. Dan..
KAMU SEDANG MEMBACA
GENAFEL
Roman pour AdolescentsKisah Genafel Team generasi dua belas, Tertanda, Ketua Genafel Team, Ratras Abilio.