🎈TIGA PULUH EMPAT🎈

535 36 9
                                    


-HAI ECHA-

Maira menatap Echa sendu. sebenarnya apa yang gadis itu alami sehingga mengeluarkan banyak darah mimisan seperti ini?. perlahan, Maira membersihkan bekas bekas darah Echa dengan handuk kecil.

sudah berkali kali Maira tanya, sebenarnya apa yang terjadi dengan Echa? tapi gadis itu tetap kekeh menyembunyikannya. Maira tahu Echa berhak menyimpan privasinya, tapi apakan salah Maira merasa khawatir dengan kondisi Echa?.

"hari ini nggak usah berangkat ya sayang, kamu sakit. nanti tante bilang aja sama Bara biar ngasih tahu wali kelas kamu," ujar Maira yang mendapatkan gelengan kepala dari Echa.

Echa tersenyum kecil, "nggak usah tante, Echa baik baik aja kok. lagian udah 3 hari nggak masuk sekolah masa nggak masuk lagi." balas Echa.

Maira tersenyum lega, semangat Echa sangat besar. Maira tidak menyangka putranya pernah beruntung mempunyai hubungan dengan gadis sebaik Echa.

Maira membelai hangat surai hitam Echa yang tergerai. sentuhan itu sangat hangat, sentuhan dari sosok seorang ibu, Echa benar benar merindukan itu.

tanpa Echa sadari, ia mengeluarkan air mata. spontan Maira langsung mendekat, merangkul bahu Echa dan menanyakan alasan apa yang membuatnya menangis.

"issh jangan nangis dong cantik, kamu kenapa? cerita sama tante," ujar Maira hangat. Echa mengusap air matanya pelan, menggeleng samar seakan mengatakan baik baik saja.

tapi tidak, entah kenapa Echa tidak bisa menahan tangisnya. Maira selalu mengingatkannya dengan almarhumah mamanya.

"Echa kangen mama, dia baik banget kayak tante." ucap Echa.

Maira menghembuskan napas pelan, kali ini ia mengecup dahi Echa dengan penuh kasih sayang. "mama Echa udah bahagia di surga, jangan ditangisin ya. anggep aja tante Maira mama kamu sayang," Echa mengangguk, ia memeluk erat tubuh Maira, yang juga dibalas tak kalah hangat oleh sang empu.

Echa menghentikan tangisannya, ia melonggarkan pelukan Maira lalu berkata, "Echa sendiri tante. abang Echa benci sama Echa, mama papa Echa udah nggak ada, temen temen Echa juga pergi ninggalin Echa, Echa nggak punya siapa siapa-"

"nggak, kamu nggak boleh ngomong gitu. kamu punya tante, punya Bara, punya om Dion, kamu punya kita Echa. jangan ngerasa sendiri, tante nggak suka." sela Maira memotong pembicaraan Echa.

Maira tahu, dari Bara ia tahu semua tentang Echa. dari fitnah yang Echa dapat, orang orang terdekatnya yang meninggalkannya, dan semua tentang Echa Maira tahu.

Maira akui Echa adalah gadis yang kuat. tidak semua gadis seumurannya yang masih bisa berkata baik baik saja saat difase itu. dimana fase di dewasakannya Echa oleh keadaan.

"jangan ngerasa sendiri sayang, kamu kuat. banyak orang yang butuh Echa, sayang sama Echa. apapun masalahnya, tetap jadi diri sendiri. jangan banyak ngeluh, tetap bersyukur. yakin, cepat atau lambat hari itu pasti tiba. hari dimana kamu mendaptkan semuanya lagi, semua yang kamu mau. orang orang terdekat kamu, dan kebahagiaan kebahagiaan kamu." pesan Maira tersenyum lebar.

sekali lagi Echa menghapus air matanya, ia benar benar beruntung bisa bertemu dengan wanita sebaik Maira. sungguh, Echa benar benar beruntung.

HAI ECHA [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang