Chapter 14 : Mama dan Email

78 7 2
                                    

"Papa ke mana, Ma?" tanya Celine yang datang dari kamarnya dari lantai dua dan menghampiri Diana.

Diana menoleh sejenak menatap Celine, lalu kembali fokus dengan masakannya. "Tadi pagi kayaknya keluar olahraga naik sepeda."

"Lhah, Mama gak ikut? Kemarin jogging bareng pas aku pulang, kok ini sekarang gak ikut? Mama masih marah sama Papa soal yang doktrin-doktrin kemarin?" Celine menatap sedikit menyelidik.

"Kamu itu, dari kemarin isinya suudzon terus sama Mama, Lin. Nih, ya, Papa kalo sepedahan biasanya sama komunitasnya. Rutenya jauh pasti, Mama mana kuat," jawab Diana menjelaskan sambil menuangkan masakannya ke piring.

Celine mengangguk mengerti. "Aku kira Mama masih marah soal kemarin. Ohh, iya. Masak apa, Ma? Pagi-pagi gini harusnya yang enak-enak si."

"Yang enak-enak, yang enak-enak. Emang pernah Mama masak gak enak? Kamu tuh harusnya belajar masak lebih sering, udah berasa bisa nyaingin masakan Mama," ucap Diana lalu membawa hasil masakannya ke meja makan.

Celine terkekeh mendengar ucapan Mamanya, memang siapa juga yang bisa meragukan salah satu pengusaha kuliner sukses. Tak hanya menjadi pengusaha, bahkan Diana juga secara langsung memimpin restorannya sebagai executive chef.

"Siapa takut, jadi kapan kita mau duel? Jurinya Papa yaa biar netral. Mama tuh udah lama 'kan gak tau aku masak, makanya bisa seenaknya bilang gitu." Celine masih saja menggoda Diana yang sedang berjalan ke arahnya.

"Lhah, berlagak nantang nih anak satu. Makan dulu udah makan, gara-gara laper tuh keknya jadi tengilnya kelewat jauh." Diana lalu memberikan hasil masakannya ke Celine yang ternyata adalah sepiring spaghetti dengan toping yang menggugah selera.

Tanpa berpikir panjang, Celine segera menyantap makanan buatan Diana. Ia tak banyak berceloteh lagi, cukup fokus dengan makanan yang ada di depannya. Memang masakan Mamanya ini tak ada tandingannya, masakan inilah yang dahulu sering sekali membuatnya rindu ketika masih berkuliah.

"Hmmm... giliran udah nyaplok aja diem 'kan nihh anak satu. Udah gak usah segala nantang Mama duel, di rumah ini gak ada yang bisa nyaingin Mama. Apalagi kamu, bocil kemarin sore mau sok-sokan ngalahin Mama," ucap Diana kali ini sedikit jumawa.

Celine hanya terkekeh mendengar Diana. Dilihatnya kali ini ikut makan bersamanya dengan mengambil sepiring spaghetti. Mereka kali ini sama-sama fokus menyantap sarapan pagi di hari Minggu.

Masakan Diana telah tandas dilahap oleh Celine. Sedangkan, Diana juga telah selesai dengan makanannya. Celine pun mengambil piring yang digunakan Mamanya, lalu mencuci kedua piring tersebut tanpa berpikir panjang. Di rumah mereka memang ada pembantu, tapi mungkin karena Celine yang selama kuliah hidup mandiri, membuatnya punya kebiasaan untuk mengerjakan apa-apa sendiri selagi dirinya sanggup mengerjakan.

"Hari ini kamu ada acara, Lin?" tanya Diana sambil menyesap teh hangat yang dibuatnya.

Celine yang telah selesai mencuci piring tadi, kembali telah kembali ke meja makan menghampiri Diana. "Gak ada, sihh, Ma. Pengen rebahan aku. Capenya pas lembur audit kemarin belum ilang. Masih berasa banget di badan."

"Weilah, gaya banget anak Mama sekarang. Orang sibuk, yee, di kantor ceritanya sekarang." Diana sedikit mencebikkan bibirnya pertanda mengejek Celine.

"Apaan si, Ma. Namanya kerja 'kan emang begitu. Mama sendiri ada agenda hari ini?" tanya Celine kembali.

"Gak ada, arisan ibu-ibu lagi libur. Minggu kemarin abis tutup kloter soalnya."

"Bagus, deh, kalo gitu," balas Celine dengan mengangguk-angguk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Eksekutif MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang