Chapter 9 : Revian dan Skyline R34

50 14 2
                                    

Celine masih dalam keterkejutannya saat mendapati Revian berdiri di sampingnya. Laki-laki itu masih dengan nyalang memandang Nicho. Raut wajahnya kelihatan menegang dan sangat tegas, seakan emosinya kini berada pada puncak tertinggi.

Tanpa pikir panjang Celine segera menarik Revian keluar dari café. Sekilas ia melihat Nicho terlihat meringis memegangi dadanya, sepertinya Revian melayangkan sebuah tendangan yang cukup keras hingga mantan pacarnya itu terhempas. Celine terus berjalan ke arah pintu tanpa menghiraukan sekeliling yang kini pasti sudah menjadikannya pusat perhatian.

"Kenapa harus buat keributan kayak tadi, Pak?!" tanya Celine sedikit menyeru. Seketika raut wajah keterkejutan dari Revian bercampur bersama emosi yang terpancar saat mendapati perempuan yang di depannya ialah Celine, salah satu staffnya di perusahaan. Namun, Revian kembali dalam mode amarahnya kemudian.

"Dia mau mukul kamu tadi, Lin! Laki-laki mana yang bisa mukul perempuan di depan umum kalau dia bukan banci atau pengecut! Harusnya saya patahin sekalian tangannya tadi," ungkap Revian dengan tatapan yang masih penuh amarah dan nada yang meninggi sambil menunjuk ke arah café. Matanya benar-benar tajam dan sangat mendalam dengan emosinya.

Ekspresi gentar diperlihatkan oleh Celine. Langkahnya bergeming mundur menandakan sedikit ketakutannya. Baru kali ini ia melihat Revian sangat keras dalam melawan, sepertinya ada sesuatu yang membuat pemuda itu membenci perilaku seperti tadi. Revian tak berpikir panjang ketika mendapati Celine hampir terkena pukulan, bahkan bila tidak dilerai mungkin saja laki-laki di hadapannya ini akan berbuat lebih.

Revian mulai menyadari perubahan Celine dari sorot matanya. "Maaf ...," ucap Revian seraya menarik napas panjang untuk mengendalikan dirinya. Ia tak pernah menyangka akan bertemu dengan Celine di situasi yang seperti ini.

"Kalau begitu, saya permisi dulu, Pak. Maaf kalau memberi kesan buruk untuk malam Bapak hari ini." Celien berpamitan dengan melayangkan senyum tipisnya.

"Saya antar. Gak ada penolakan, ini paksaan. Saya mau memastikan staff saya pulang dengan selamat," cegah Revian menghalangi langkah Celine. Lalu diarahkannya Celine menuju mobilnya.

Celine menghela napas, ia menyerah dengan sikap Revian yang sedikit otoriter malam ini. Tapi tak ada salahnya juga ia menuruti bos barunya, toh, mereka juga saling kenal. Dan lagi, bila Revian tak datang mungkin Celine sudah mendapatkan sebuah luka lebam di wajahnya. Hampir saja dirinya menjadi korban kekerasan.

Langkah mereka berhenti di sebuah mobil Nissan Skyline GT-R R34 berwarna silver metalik dengan variasi stikernya berwarna hitam. Revian membukakan pintu untuk Celine. Dapat terlihat jelas, mobil ini adalah sebuah mobil balap yang memang dibangun untuk balapan. Dua bucket sit di bagian depan serta roll bar yang terpasang di beberapa sudut bagian mobil menjadi indikatornya. Celine dapat melihat juga sebuah helm di bagian belakang mobil yang sudah tidak terdapat kursi penumpangnya. Hanya roll bar yang dipasang melintang terlihat di sana.

Pintu pun ditutup setelah Celine masuk ke dalam mobil, Revian lantas beralih menuju kursi pengemudi. Sabuk pengaman empat titik dipasangnya dengan cekatan. Kemudian ia memperhatikan Celine yang sepertinya sedikit kesusahan memasang sabuk pengaman empat titik karena tak pernah dia temukan selama ini.

Revian melepas sabuk pengamannya untuk sementara. "Sorry ...." Ia mendekat ke arah Celine untuk memasangkan sabuk pengaman yang sejak tadi sulit Celine pasang sendiri.

Mendapati Revian yang tiba-tiba mendekat membuat Celine sedikit terkesiap. Aroma parfum dari atasannya ini terhirup dengan jelas, maskulin and comfortable adalah kata yang tepat untuk menggambarkannya. Tanpa sadar mata mereka pun bertemu saat Revian menarik dua harness yang posisinya berada di bahu Celine. Mata hitam yang tadinya penuh amarah kini sangat berbeda, tatapannya tetap dalam tapi menenangkan. Perlahan Celine seperti ditarik tenggelam menuju dua bola mata itu, namun Revian yang mungkin juga menyadarinya segera mengalihkan pandangan itu dari Celine.

Eksekutif MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang