3 - Kim Yewon - Say Yes!

159 35 11
                                    

"Yewon? Ngapain sampe sini?"

Keadaan Yewon saat ini adalah, ingin tersedak tapi dengan mulut penuh nasi, yang terpaksa ditahannya dengan susah payah dan akhirnya malah nyaris menyumbat jalan nafasnya sendiri.

Jadi pilihan yang dia punya adalah; Tersedak, menyemburkan nasi dan segala macam isi di mulutnya ke depan, mungkin akan mengenai orang yang menyapanya sedikit, atau yang kedua; Tersedak di jalan nafasnya sendiri sehingga dia orang melihatnya saat ini hanya sedang membeliak merem melek seperti orang yang sedang kesurupan.

Dan dia memilih yang kedua. Tanpa persiapan.

Mungkin karena kasihan, akhirnya orang yang menyapanya turun dari motor, duduk di sebelahnya, lalu menepuk - nepuk pelan punggungnya.

Sesaat kemudian, yang menyumbat jalan nafasnya menghilang dan tersemburlah semua isi mulutnya ke depan.

Wajahnya memerah, antara lega karena akhirnya bisa bernafas dan malu karena harus terlihat seperti itu di depan orang ini!! Di antara jutaan orang yang ada di muka bumi ini, kenapa harus dia, Tuhan?!

"Lo nggak papa?" Tanyanya lembut.

Nggak papa, sih, Cuma harga diri sama muka gue... Hancur berantakan, dan nggak tau kemana dia bisa benerin itu. Mungkin habis ini dia nggak akan sanggup bertemu orang ini lagi!

"Ye?"

Dia buru - buru mengangguk. Sepertinya suaranya ikut tersembur keluar tadi karena sekarang jelas dia sedang kesusahan menemukannya.

"Lo ngapain dah mainnya kok sampe sini segala? Bukannya rumah lo sekitar 30 menit dari sini?" Orang itu masih rajin bertanya.

Aduh, rasanya Yewon ingin menjewer kupingnya. Bentar dulu, dong! Have mercy, please. Kasihanilah Yewon yang sedang mengumpulkan remahan harga diri yang tadi tercecer dan menemukan suaranya kembali.

"Gue ada urusan di sekitar sini. Lo sendiri ngapain main sampe sini?" Akhirnya dia bisa menjawab dengan lancar setelah beberapa saat.

"Kos gue kan daerah sini." Cowok itu kembali menjawab.

Yewon paham sekali kalau yang dimaksud kos sebenarnya adalah unit apartemen. Disini kawasan elit. Mana ada nyempil kos-kosan. Dan kalaupun ada juga pasti bentuknya paviliun elit yang harganya bikin sesak nafas.

Meskipun dia nggak pernah kos karena tiga beruang di rumahnya yang amat sangat posesif, tapi sedikit banyak dia tahu sekilas dari obrolan teman-temannya yang ngekos. Somi dan dahyun misalnya.

"Eh lo mau pulang? Gue anterin, ya. Di sini kalo jam - jam segini suka jarang ada yang lewat."

Yewon menggeleng panik.

" Eh,eh, nggak usah. Gue bisa panggil...."

"Udah, nggak papa. Lo udah selesai, kan?"

"Tapi kan lo cuma bawa satu helm, Jae." Katanya menunjuk helm yang nangkring di stang motornya.

"Kata siapa. Lo siap - siap deh. Gue ambilin helm nya."

Wajah Yewon merengut - merengut aneh. Kenapa sih, di hati yang cerah dan membahagiakan ini dia harus ketemu sama orang ini, pake dianterin pulang segala lagi. Kalau sampai ada yang tau... Hah... Kelar hidupnya!!

***

Mereka sampai di rumah kira - kira jam sebelas siang. Pas kebetulan Bang Tae lagi nyiram tanaman di halaman depan rumah. Pasti baru bangun sih beruang itu.

Kalau di rumah, plotnya emang gitu, kebersihan rumah dan dapur itu... Bang Jin. Halaman, urusan Bang Tae. Bang Joon, terpaksa dibebas tugaskan daripada bikin kerjaan yang lain nambah. Yewon? Yah, Yewon maunya apa kerjain deh. Princess mah bebas. Tapi seringnya dia yang mem back up kerjaan Abang-abangnya kalau mereka lagi halangan. Misal Bang Jin lagi sibuk banget, atau Bang Tae lagi projek keluar lama banget sampe berminggu-minggu.

A Star On A BreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang