19 - Min Yoongi - Story Of My Life

76 18 8
                                    

Akhirnya Yewon pulang. Tadi pake acara gontok - gontokan dulu di sini sama Seokjin. si Abangnya nggak enak ninggalin dia sendirian, si adeknya maksa penen pulang. Akhirnya dia tadi yang menengahi. Dia merasa agak bersalah tadi sama Yewon. Yakin deh, tadi dia abis bikin cewek itu nangis.

Sekarang pas udah balik warasnya baru kepikiran. Tadi? Boro-boro, nahan diri buat nggak teriak kesakitan saja rasanya sudah setengah mati. Setelah kakinya sembuh mungkin dia nggak akan langsung bisa jalan dan lari - lari.  Ada beberapa ototnya yang juga cidera gara-gara kakinya yang retak. Jadi dia harus ikut terapi dulu.

Dia diam sambil menatap langit-langit kamar rumah sakitnya. Dari pertama masuk ke sini, kamar ini seringnya rame, nggak si Kim's, nggak JK, semuanya nungguin dia. Sekarang pas mereka semua nggak ada di sini, Yoongi baru sadar kalau rasanya sepi banget. Di kota ini dia beneran sendirian. Yang beneran saudara cuma JK. Dan itu bikin dia hutang budi seratus kali lipat sama bocah tengil yang aslinya baik hati itu.

JK Sudah repot banget sejak dia masuk rumah sakit. Mondar mandir wara - wiri buat mengurus kebutuhannya. Yang ke agensi, yang ngurus press release yang ngurusin akomodasi orang tuanya ke sini nanti, hampir semuanya.

Seokjin dan saudara-saudaranya juga membantu banget. Yoongi jadi merasa punya keluarga di saat membutuhkan. Termasuk gadis itu, Yewon.

Yoongi kira Yewon sudah benar-benar berubah, ternyata dia masih peduli sama abang KW nya ini.

Dia melongokkan kepalanya saat pintu geser kamarnya terbuka. JK sudah pulang. Dia masuk dengan tangannya menenteng paper bag dan. Dia juga gendong ransel di punggungnya.

"Lo udah laper, Bang?" Tanyanya menghempaskan badannya ke sofa.

Yoongi mengernyit. Waras ini bocah? Datang-datang yang ditanya 'udah laper?'. Dia lupa kalau mereka lagi di rumah sakit atau bagaimana? Mungkin JK mengira mereka sedang di All You Can Eat kali, ya.

"Kenapa emang?"

"Gue suapin lo abis mandi, ye. Gerah banget gue. Jijik rasanya badan gue abis dari agensi. Jijik se jijik jijiknya." Jawabnya sambil ngomel. Melepaskan ranselnya dan mengeluarkan baju ganti serta handuk dari sana. Mungkin tadi dia sekalian pulang buat ambil baju ganti.

Kalau dia bisa bergerak mendekat, pasti JK sudah ditampolnya. Kok kurang ajar. Tangan kirinya masih berfungsi sempurna, loh! Tolong, jangan menghina.

"Sini deh lo." Katanya pelan. JK menengok, meletakkan baji ganti yang tadi diambil dari ransel ke atas sofa dan berjalan mendekat. Yoongi menunjuk meja beroda yang ada di ujung ranjang dengan dagunya. "Itu bawa sini." JK melakukannya tanpa protes. Salah satu dedikasi yang bikin Yoongi bertahan dengan JK sebagai menejernya walaupun tingkah somplaknya kadang bikin pengen salto tujuh kali. " Sekarang itu bawa sini." Dia menunjuk lagi nampan berisi makan malam yang disediakan rumah sakit untuknya. Lagi - lagi JK menurut. "Udah. Gue bisa makan sendiri. Sono lo mau mando kek, mau kayang, mau dugem, mau gentayangan, bebas."

JK merengut, kembali ke habitat awalnya; sofa. Mengambil perlengkapan mandinya dan beranjak ke kamar mandi. "Padahal gue mau aja tuh, nyuapin. Dasar keras kepala."

"I heard it."

"Gue. Nggak bilang apa-apa!"

"Ye ye ye,gue emang paling bisa denger cicak. Ngobrol."

***

"Jadi gitu." JK menjelaskan di tengah acara makannya tentang harinya. Keputusan agensi dan reaksi media.

Yoongi menggeram pelan dengan gusar. Dia tau kalau dia sekarang dibuang sama agensinya karena menurut mereka, karyanya monoton. Dan Yoongi dinilai enggan membuat gebrakan. Padahal yang sebenarnya, ide Yoongi untuk melakukan sesuatu yang out of the box itu selalu dikekang dan dikendalikan.

A Star On A BreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang