enam

1K 160 30
                                    

antrean pemesanan tiket bioskop mengular. wajar saja karena hari ini adalah hari sabtu, dan kebetulan film yang diputar adalah film yang tengah populer.

akhirnya tiba giliran haruto untuk memesan tiket.

"tiga tiket mbak," ujar haruto.

melihat junkyu kebingungan, haruto menjelaskan kalau shiho juga akan ikut bersama mereka.

"maaf ya aku baru bilang. tadi shiho nanya aku ada dimana, terus dia lagi butuh temen dan pengen nyusul."

"haii ruto, junkyu," sapa shiho yang setengah berlari dari arah pintu masuk bioskop. "kita nonton apa?"

shiho melirik tiket yang tengah dipegang haruto, "kok horor? bukannya kamu ga suka horor?"

"tapi junkyu suka," jawab haruto.

"kan bisa cari genre lain yang kalian berdua suka. jangan maksain diri deh, ruto."

"gausah nonton aja deh," ceplos junkyu yang merasa dirinya dipojokkan.

"ga, ayo langsung masuk teater aja," haruto berusaha menengahi perseteruan antara kekasih dan sahabatnya.

benar saja firasat junkyu. harusnya ia batalkan saja rencana untuk menonton film. ia sama sekali tidak menikmati apa yang ditonton. jujur saja ia sangat terganggu saat melihat shiho menggenggam tangan haruto, berusaha menenangkan haruto yang tengah ketakutan setengah mati.

baru saja 30 menit film diputar, junkyu memutuskan untuk keluar dari teater. ia pergi ke toilet dan membasuh mukanya. tapi seusai dari toilet, ia memilih untuk duduk di ruang tunggu sambil memainkan ponselnya. untuk apa ia masuk kembali ke dalam teater dan hanya melihat hal yang membakar hatinya.

pengunjung mulai berhamburan keluar dari pintu teater. tampak haruto memandanginya khawatir.

"kamu kok ga masuk lagi?"

"buat apa? buat liat orang pacaran?"

"maksud kamu apa, kyu?"

"tanya aja sebelah kamu. pegangan tangan dalem bioskop, emang mau nyebrang jalan?"

"junkyu, please. kamu kenapa sih sekarang? sadar ga kamu jadi lebih kekanakan?"

"fine," junkyu pergi meninggalkan mereka berdua. shiho tersenyum sinis melihat perselisihan antara dua sejoli itu.

***

junkyu menangis kencang di balik selimut. kepalanya begitu sakit mengingat kejadian di bioskop tadi. ia sudah mengingat lagi rasa yang ia miliki kepada haruto. kadang terasa begitu menyenangkan. perlakuan haruto yang sangat manis, seperti membawanya ke tempat-tempat dimana mereka sering berkencan atau rela menonton film horor walaupun dirinya takut. tapi kenapa rasa cinta itu hadir juga dengan rasa sakit? kalau begini lebih baik dia tidak usah mengingat apapun, pikirnya.

ponsel junkyu berdering. tampak nama jeongwoo terpampang di layar.

"mau night drive?"

***

"lucu ya, tadi pagi aku di sini sama haruto dan itu bahagia banget. sekarang aku di sini sama kamu dan lagi sedih banget. tapi kok kamu tau aku lagi sedih?"

"kamu lupa ya kalau di spotify kita temenan? aku tau kamu puterin lagu sedih terus tadi sore," jeongwoo mengusap pucuk kepala junkyu. "kenapa?"

"biasa"

hanya dengan satu kata yang terucap dari bibir junkyu, sudah mampu membuat jeongwoo menangkap apa yang terjadi.

"istirahat ya perasaannya. kamu ga capek sama hati kamu?"

"sayangnya aku udah inget semuanya, woo. termasuk perasaanku ke haruto."

jeongwoo menghela napas, "kalau kayak gini, kesempatanku udah ga ada ya."

"jeongwoo, jangan berhenti ya. bantu aku lepas dari haruto, mau?"

"kyu?" jeongwoo terkejut dengan ucapan junkyu.

"sorry, kamu pasti kaget ya," cicit junkyu pelan.

menyadari keheningan yang terasa awkward diantara mereka, junkyu pun mengusulkan untuk pulang.

jeongwoo berdehem menyetujui usul junkyu dan mereka pun berjalan beriringan pergi menuju tempat parkir motor mereka.

menyadari junkyu yang mulai kedinginan karena malam semakin larut, jeongwoo berinisiatif memakaikan jaketnya kepada junkyu. "kamu ga boleh sakit," ujar jeongwoo.

"tapi nanti kamu yang kedinginan."

"tinggal kamu peluk kan?" ucapan jeongwoo berhasil membuat pipi junkyu memerah.

junkyu segera menaiki bangku penumpang motor dan menaruh tangannya di bahu jeongwoo.

"kamu ga bisa peluk aku kayak kamu peluk haruto?"

junkyu memandang heran ke arah jeongwoo melalui pantulan spion.

"aku mau bantu kamu lepas dari haruto, kamu bantu aku juga buat buka hati kamu," jeongwoo menarik pelan tangan junkyu yang semula berada di bahunya untuk dilingkarkan di perutnya.

hangat. tapi kenapa ia terbayang akan haruto? tebersit rasa bersalah di sana. apa dirinya boleh melakukan ini? namun ia berusaha meyakinkan dirinya kalau haruto bisa dekat dengan seseorang yang lain, kenapa dirinya tidak boleh!?

***

kalut, ia merasakan kekalutan yang teramat sangat malam itu. ia teringat akan kata-kata jihoon untuk bercerita kepadanya saat memiliki masalah.

nada panggilan terdengar saat junkyu menekan kontak jihoon.

"jii"

"junkyu? kenapa?"

"aku berasa jadi orang yang buruk, ji. kenapa ya, aku cinta sama orang yang selalu nyakitin aku? jelas-jelas ada orang yang peduli sama aku."

"karena kamu cinta pakai hati, kalau pakai otak kamu pasti udah ninggalin si tiang listrik."

"serius ih, jii. jujur aku pengen buka hati buat orang lain. aku harus gimana?"

"yaudah, tetep jalanin hubungan kamu sama haruto sampe hati kamu capek, dan akhirnya otak kamu yang bekerja"

Revenge [Harukyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang