delapan

981 154 17
                                    


melihat muka haruto yang tertekuk masam, asahi tertarik untuk bertanya. sedangkan yang ditanya hanya menggerakkan arah matanya ke dua orang yang sedang asyik berbicara di ujung meja kantin.

"kalian berantem?"

"tuh si jeongwoo bener bener deh malah anter jemput junkyu. udah tiga hari, sa, bayangin."

"masalahnya dimana sih?" tanya asahi heran.

"ya kan gue pacarnya!?"

"yaudah sih, to. kamu jadi ga perlu bangun lebih pagi kan buat jemput junkyu?"

asahi melotot ke arah shiho yang asal berbicara. "ga bener nih anak," balasnya pelan.

***

"haruto, lepas ga? sakit."

haruto menghiraukan ucapan junkyu sampai akhirnya ia sampai di tempat yang ia tuju.

"kamu kenapa?" haruto menatap dalam mata junkyu. tampak tatapan kesal di sana.

"aku yang harusnya tanya kenapa," balas junkyu sembari merapihkan lengan bajunya yang kusut karena digenggam erat sang kekasih.

"aku ada salah?"

junkyu menggeleng.

"tapi kenapa kamu ngejauh? bahkan sampe berangkat sama pulang dari kampus bareng jeongwoo."

"haru, jeongwoo temen aku. salah aku bareng ke kampus sama dia? kamu aja anter jemput shiho, aku ga masalah?"

"tapi aku pacar kamu. itu tugas aku buat jemput kamu"

"buktiin kalo kamu pacar aku. aku ga ngerasa jadi pacar kamu. karena tiap kali kita pergi, pasti ada shiho. atau pacar kamu ada dua?"

haruto tertegun mendengar kata-kata yang keluar dari mulut sosok di depannya kini.

"kamu dulu ga kayak gini, kyu."

"yaudah, cari aja junkyu yang dulu."

junkyu berbalik hendak meninggalkan haruto, namun tubuhnya berhasil direngkuh haruto. ia masuk dalam pelukan itu.

"maaf, maaf. aku yang salah. aku yang bikin kamu lupa semuanya. tapi aku tetep bikin kamu sedih. maafin aku, kyu."

mereka berdua terhanyut dalam pikiran masing-masing. terdiam dalam nyamannya pelukan. junkyu berusaha meyakinkan diri bahwa masih belum waktunya ia mengaku kalau ingatannya telah pulih. ia masih ingin melihat seberapa besar usaha yang dilakukan kekasihnya itu. tentunya dengan niatan lain yang ingin ia tuju, yakni melihat seberapa gusarnya haruto jika ia dekat dengan sosok yang lain. adil bukan?

***

kursi sedikit berdecit ketika sang pemilik tempat duduk berdiri. ia beranjak sembari menggenggam tangan teman sebangkunya.

"pulang bareng aku ya, kita makan dulu."

junkyu terhenyak, tak bisa berkutik.

"aku ikut ya," shiho menghampiri mereka.

cukup tersirat raut wajah junkyu yang kesal mendengarnya.

"sorry, aku mau quality time dulu sama junkyu."

mereka berdua segera beranjak pergi meninggalkan kelas. kiasan the butterfly flies in my stomach nyata adanya, pikir junkyu. sudah lama ia tak merasakan hal yang bisa membuat jantungnya berdegup kencang.

tak cukup disitu. raut muka sang kekasih tergambar jelas di hadapan matanya. haruto tersenyum melihat junkyu yang terdiam dengan pipi merona. bagaimana tidak? ia tiba-tiba mendekatkan diri untuk memasangkan seat belt.

"merah banget wajahnya," haruto mengusak surai junkyu.

"mmm keliatan ya?"

haruto mengangguk dan tersenyum.

"you like holding hands right?" haruto merengkuh tangan kanan junkyu sembari melajukan mobilnya pelan.

***

"sirloin dua medium well, minumnya matcha tea dua", ujar haruto kemudian menyerahkan menu yang tengah dipegangnya ke pelayan.

"mm kok kamu tau aku pengen pesan itu?"

"i know you, kamu selalu pesan itu dan ga pernah ganti menu."

"kamu, kenapa pesan hal yang sama? kamu bukannya ga suka matcha?"

"aku pengen ngerasain apa yang kamu suka. ehh, wait, do you remember that?"

"umm, sedikit ingat sesuatu, karena kamu bawa aku ke sini kayaknya," ujar junkyu gelagapan. ia mencoba mengalihkan pandangannya agar haruto tidak menyadari ia berbohong.

"hm, mungkin aku harus sering-sering bawa kamu ke tempat kita date kali ya. weekend besok bakal ada acara angkatan di ranca upas. kamu ikut yaa, siapa tau kamu bakal tambah inget sesuatu kalau kita ke sana."

junkyu mengangguk pelan. jujur saja ia merasa bersalah harus terus berbohong. tapi ia hanya ingin haruto terus perhatian terhadap dirinya, dan selalu mengalah untuk menuruti keinginan junkyu. 

Revenge [Harukyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang