Kara's POV
Sudah sebulan aku berdedikasi untuk masyarakat di daerah paling ujung benua Amerika ini. East Wolf, daerah ini begitu besar, hutan lebat melingkupi desa kecil di pinggirnya. Beberapa air terjun yang jernih dan menakjubkan pun terdapat disini, tapi entah mengapa sangat jarang orang mau menempuh perjalanan demi melihat keindahan East Wolf, padahal aku bisa menjamin kepuasan mereka saat sudah menikmati pemandangan di desa kecil ini.
Aku memandang langit-langit rumah sewaanku sekaligus tempat praktekku dengan tatapan menerawang.
Aku berjuta-juta kilometer jauhnya dari rumahku, di Indonesia demi melancarkan tugasku ini. Kilasan-kilasan tentang masa-masa hidupku di negara itu dengan keluargaku yang lengkap membuatku tersenyum di dalam hati.
Tenang Kara, 5 bulan lagi kau akan kembali. tenangku pada diri sendiri.
Karena jenuh, aku memutuskan untuk bangkit dari kasurku dan berjalan ke salah satu air terjun di daerah East Wolf ini. Aku mengenakan jaketku dan berjalan sambil bersenandung kecil sampai ke air terjun.
Aku mendudukkan bokongku di atas sebuah batu besar di pinggir tebing air terjun ini. Pemandangannya begitu menakjubkan. Dari atas sini, aku bisa melihat burung-burung beterbangan di langit biru sore hari yang terlihat sedikit mendung. Air dari air terjun ini juga terkadang memercik ke diriku setetes demi setetes, tapi aku tidak peduli dengan jaket katunku yang basah terkena air, karena air nya pun terasa sangat segar.
Belum ada polusi berarti di daerah sini. Situasi ini membuatku semakin bingung. Bayangkan saja, di tempat secantik ini tidak ada seorang turis pun yang tertarik mendatanginya.
Memang East Wolf tidak cukup terkenal, tapi bukan berarti tidak ada yang mengetahuinya. Dan keanehan lainnya adalah, tidak ada seorang penduduk pun yang pernah mendatangi air terjun ini. Padahal pemandangan yang tersaji lebih menakjubkan daripada berdiam diri di desa yang kecil dan monoton itu.
Aneh. decakku dalam hati.
Penduduk East Wolf juga terlihat rendah dari standar ekonominya. Padahal, hasil perladangan mereka sangaat berlimpah. Anak-anak penduduk setempat yang harusnya senang bermain dan berlarian ke sana-sini juga lebih cenderung pendiam dan menutup diri, kesehatan mereka juga cepat terganggu, dan itulah alasan mengapa aku berniat membantu.
Tak terasa matahari perlahan mulai tenggelam si kejauhan. Kilaunya tidak terlihat karena awan gelap sekali.
Gelap?!
"Tidak tidak! Please hujan, jangan turun dulu!" rengekku pada langit yang terlihat semakin kelabu. Aku membenahi diriku dan memasang kembali converseku dengan cepat. Yaa, diumurku yang sudah memasuki 25 ini, aku masih bergaya seperti abege 17 tahun.
Aku melesat berdiri dan berlari secepat yang aku bisa, walaupun kata 'cepat' bagiku berarti 'lambat' bagi orang lain. Tak sampai 10 meter, hujan deras mengguyur tubuhku.
"Aaaaah.... sialan kau hujan!" protesku seperti orang gila karena berbicaa sendiri pada hujan.
Aku berteduh di bawah pohon oak tua yang besar. Dahan pohon yang rindang ini sedikit melindungiku dari guyuran hujan. Tapi tetap saja, aku menggigil kedinginan. Aku hanga memakai jaket tipisku yang melapisi baji kaos biasa dan celananya merupakan sweatpants kesayanganku yang buluk.
Aku menggosok-gosok kedua telapak tanganku dan menempelkannya di pipi, mencari sumber kehangatan. Sampai suara ranting yang patah mengejutkanku.
"Who's there?" tanyaku berusaha tenang, mungkin itu salah satu penduduk yang juga kehujanan sehabis bercocok tanam di hutan.
Satu lagi suara ranting yang patah. Suara guntur sedikit menyamarkannya, tapi aku tahu pasti ada seseorang atau sesuatu disana.
Karena lama menunggu, aku berusaha melupakannya dan menganggap itu hanya halusinasiku, namun semuanya berbalik ketika sebuah tangan besar dan kekar menarikku ke pelukkannya.
Kepalaku terantuk sesuatu yang keras (kuasumsikan itu si batang pohon oak sialan) dan tak lama pandanganku berubah buram. Dan satu-satunya yang kuingat adalah kehangatan yang meradiasi dari kulit lengan kokoh itu serta ucapan yang membuat bulu kudukku berdiri;
"Sayang sekali gadis manis ini akan dieksekusi esok hari."
.
.
.
halo! first story gue ini judulnya My Possessive Alpha. gue emang masih abal banget tapii apa salahnya 'kan buat give a try to this book?
ok kritik / saran gue terima dengan senang hati, don't mind to talk to me about every thing, im not gonna bite you though.
;; alya ;;
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Alpha [ON HOLD]
WerewolfKaralina Wiratama, seorang dokter muda keturunan Indonesia-Yunani memutuskan untuk menjalankan tugasnya di East Wolf. Beberapa keanehan sering terjadi di sana sampai semua rahasia itu terkuak dan kenyataan bahwa ia harus menjadi pendamping Sean, san...