( Warning! This chapter contained adult content only for 18+. Please be wise, readers. )
Sean's POV
"Benar-benar sialan! Bodoh! Mana mungkin kalian tidak bisa menjaga seorang gadis?! Hanya seorang!" teriakku marah pada penjaga bodoh yang seharusnya mengawasi Kara.
Hatiku mencelos membayangkan dia sendirian di hutan East Wolf yang penuh rogue liar itu. Aku di dalam wujud serigalaku, Sun, mengamuk dan mencakar serigala penjaga bodoh itu kemudian berlari masuk ke hutan.
Mataku nyalang mencari ke setiap sudut hutan, tapi yang terlihat hanya jejeran pohon-pohon yang lebat serta bebatuan di sana-sini.
Hari hampir menjelang malam, serigalaku yang bernama Sun dengan ukuran hampir 3 meter berwarna hitam semakin menggila di otakku. Jika sudah menyangkut dengan Mate, Sun tidak akan menghiraukan apapun. Mate kami, Kara bagaimanapun juga harus ditemukan. Atau kematian untuk seluruh penjaga menjadi bayarannya.
Di depan sana, tidak terlalu jauh dariku terlihat aliran sungai yang deras. Sungai yang mengalir ke air terjun di desa, tempat Kara pertama kali menampakkan dirinya. Satu godam memukul lagi tepat di ulu hatiku mengingat gadis itu. Instingku yang kuat mengatakan dia di dalam bahaya, Kara tidak sendiri, ada 'orang lain' bersamanya.
Aku mengerang dan melompati sungai. Buluku yang lebat terpercik tetesan air.
'Kara. Kara.' aku mengulang namanya di benakku selagi keempat kaki Sun terus menyusuri, masuk semakin dalam ke hutan pinus.
Emosi benar-benar merajaiku, batang-batang pohon yang sudah hidup ratusan tahun aku terjang dengan mudah sampai patah. Batang itu jatuh berdebum di belakangku.
Sekali lagi aku mengerang. Tidak ada jawaban, tidak ada teriakan gadis di area hutan ini.
Apa Kara ada di bagian hutan yang lain?
Kurasa Ya. Aku berbalik, hendak memutari hutan, mencari spot lain tempat Kara mungkin berada. Instingku benar-benar kuat, Kara tidak menghilang karena ketidaksengajaan, seseorang ada bersamanya.
Instingku semakin kuat saat banyak burung gagak terbang menjauh dari Timur. Kakiku mengajakku berlari ke sana. Adrenalinku berpacu.
'Timur, Port's Cave.' aku mengirim telepati ke Robbert yang entah berada di mana sekarang. Telepatiku tadi terdengar seperti telepati serigala lemah yang meminta pertolongan serigala lain yang lebih kuat. Tapi entah mengapa, aku seketika ingin menyebarkan lokasiku ke Robbert. Kudengar auman Rex, serigala Robbert di otakku, sinyal bahwa ia mengerti sekaligus menggodaku.
'Alpha yang butuh pertolongan, huh?' goda Rex atau Robbert. Aku mendengus menghiraukan telepatinya.
'Bukan saatnya untuk-'
Serigalaku mengerang kesakitan, rasanya seperti di sengat ribuan juta volt. Sun menggelinjang di tanah menahan sakit. Dan dengan begitu telepatiku terputus, sama halnya dengan kesadaranku.
****
Kara begitu cantik dengan lingerie putihnya malam itu. Perhatian Sean langsung teralihkan melihat gadisnya, smirk lelaki itu terkembang.Kaki jenjang Kara terekspos, membuat insting binatang Sean untuk memperbanyak keturunan menguat. Sesuatu di dalam dirinya bergejolak meminta dipuaskan melihat Kara yang duduk di ujung kasur King Size mereka berdua.
"I'm ready for tonight." ujar Kara, suaranya terdengar bitchy, ia meliukkan badan sempurnanya memancing Sean yang terpaku pada kedua tonjolan yang berusaha menyembul keluar dari lingerie tipis Kara.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Alpha [ON HOLD]
WerewolfKaralina Wiratama, seorang dokter muda keturunan Indonesia-Yunani memutuskan untuk menjalankan tugasnya di East Wolf. Beberapa keanehan sering terjadi di sana sampai semua rahasia itu terkuak dan kenyataan bahwa ia harus menjadi pendamping Sean, san...