Pantulan cahaya matahari ke bulan membuat bulan menunjukkan sinarnya malu malu malam itu. Di suatu tempat di hutan East Wolf, serigala-serigala mengaum melihat pemimpinnya terkulai tak sadarkan diri. Sean Wayne, telentang di tanah. Alisnya yang tebal tertaut seakan di bawah alam sadarnya pun lelaki itu tetap berpikir keras.
"Bawa Alpha ke kastil. Aku akan melanjutkan pencarianku." Robbert yang kala itu berwujud Rex, bertelepati pada serigala lainnya, yang diikuti dengan anggukan kepala serigala serigala itu. Rex sekali lagi memperhatikan alphanya sebelum berlari membelah hutan. Mencari gadis manusia yang sialnya merupakan mate seorang Wayne.
Walau dengan indera penciuman yang tajam sekalipun Rex belum juga menemukan Kara, saat ini fajar mulai menyingsing. Keadaan ini membuat beta East Wolf pack itu yakin sekali bahwa ada dalang di balik semua ini. Seseorang pasti sudah menyamarkan jejak Karalina sehingga membuatnya susah ditemukan. Orang ini tentunya juga telah merencanakan aksi ini jauh jauh hari.
Di lain tempat dengan waktu yang sama, kelopak mata itu terbuka menampilkan pupil mata merah darah. Alpha Sean, ada konflik besar di hatinya. Tak lama, ia bangkit dan meregangkan ototnya menghasilkan bunyi gemeretak. Dalam sekali lompatan ia berubah ke wujud serigalanya lalu kembali ke hutan sembari mengutuki dirinya karena bersikap lemah di depan serigala serigala pengawal itu.
****
Saat Kara terbangun dia sudah berada di atas ranjang terempuk yang pernah dia tiduri. Tangannya menjelejah permukaan seprai dan mendapati kehadiran lain disana. Ia langsung terkejut dan bangkit, membuat seseorang di sebelahnya ikut terbangun.
Laki-laki itu memandang Kara, matanya secoklat coklat leleh yang hangat "Tenang Kara," ujarnya.
"Siapa kau? Dan kenapa aku bisa berada di sini, bersamamu?" gadis itu spontan berdiri di sebelah ranjang, memandang balik mata coklat laki-laki itu dengan penuh tanda tanya. Mata lelaki tu begitu gelap, berbeda dengan mata Sean yang sejernih air laut.
Sean!
Kara terbelalak seketika saat mengingat nama Sean. Saat itu juga bayangan buruk kembali melintas dipikirannya. Gadis itu sadar apa yang akan terjadi ketika ia bertemu Sean lagi. Ia tentunya tidak akan bisa lagi menghirup udara luar kastil.
"Kubilang tenang, Kara. Aku tidak berniat menyakitimu." ujar lelaki itu kemudian, tangan kirinya menopang kepalanya, badannya miring menghadap Kara yang masih berdiri di pinggir ranjang.
"Jadi apa maksudmu dengan semua ini? Dan bagaimana kau- seseorang yang sama sekali tak kukenal- dapat mengetahui namaku?"
"Hm..." lelaki itu tampak menimang-nimang sejenak, "Sebaiknya kita mulai dari yang paling sederhana. Bagaimana dengan perkenalan? Namaku Shawn."
Kara hanya balik menatap lelaki itu- Shawn, menyuruhnya untuk melanjutkan perkataannya.
"Aku tahu namamu karena, well... siapa yang tidak tahu? Kau kan Karalina si Luna itu." senyum tipis terukir di bibir Shawn.
"Mengapa aku berada disini?! Tunjukkan jalanku kembali ke kastil itu!" Kara dilanda kebingungan yang dahsyat. Bagaimana tidak? Segala situasi yang terus berdatangan ini membuatnya hampir gila. Niatnya hanya menjalankan tugasnya sebagai dokter! Bukannya tiba-tiba diklaim oleh seorang alpha yang control maniac ataupun diculik ke tempat antah berantah oleh seorang pria bermata coklat ini.
"Kau sungguh-sungguh ingin kembali ke kastil itu?" tanya Shawn, caranya mengucapkan kalimat itu seakan menelisik ke benak terdalam Kara.
"Ya! Setidaknya aku tahu seseorang di sana." ujar Kara dengan pelan, ia ragu akan kalimatnya sendiri.
"Dan siapa seseorang yang kau maksud itu?"
"Itu bukan urusanmu, Shawn." balas Kara cepat.
"Apakah itu.. Sean Wayne? Hm?" ucapan Shawn membuat kepala Kara berdenyut seakan ditimpa barang-barang berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Alpha [ON HOLD]
WerewolfKaralina Wiratama, seorang dokter muda keturunan Indonesia-Yunani memutuskan untuk menjalankan tugasnya di East Wolf. Beberapa keanehan sering terjadi di sana sampai semua rahasia itu terkuak dan kenyataan bahwa ia harus menjadi pendamping Sean, san...