Kara

52.2K 2.1K 35
                                    

Kara's POV

Aku hanya mengaduk-aduk makanan di hadapanku tanpa nafsu. Lagi-lagi di luar sedang hujan, menurunkan suhu di ruangan kastil ini.

"Ada apa, hm?" tanya Sean tiba-tiba dengan alis bertaut khawatir. Aku pun balik memandang lelaki itu dengan tatapan datar, begitu berbalik dengan otakku yang sibuk berpikir untuk menajawab apa.

Akhirnya hanya menggelengan kecil dan menghembuskan nafas kuat yang mengekspresikanku. Hanya aku dan dia yang ada di ruangan ini sehingga bahkan seakan deru napas keduanya dapat terdengar di telinga masing-masing.

"Habiskan." ujar Sean tegas, Aku mendesis tidak terima. Sebelum aku dapat memulai dialog panjang penolakan, Sean beranjak dari kursinya dan menghampiriku dalam gerakan cepat.

"Makan." paksa Sean kali ini, lelaki itu meraih sepotong besar pancanke. Tangan kirinya berada di rahangku, "Or you want me to kiss you?" napasnya sudah menghembus keras di wajah kami yang hanya terpaut beberapa centi.

Dengan cepat aku langsung membuka mulutku, rasa manis madu yang melumer di pancake yang disuapkan Sean menyeruak di rongga mulutku. Not bad, ku akui.

"Lagi?" tanya Sean lebih lembut sekarang.

"Kembalikan. Aku bisa makan sendiri." protesku, namun ada satu bagian di diriku yang mengharap lelaki di hadapanku ini menyuapiku terus menerus. Tidak! Ingat harga dirimu, Kara!

"Baiklah." ujar Sean datar dan mengembalikan garpuku. Terlihat dia sudah berhenti berusaha dan berjalan pelan hendak kembali duduk di kursi tepat di seberangku.

Tiba-tiba, dia berbalik.

Shit, ini tidak baik.

Sean menyeringai. "Aku tahu kau masih ingin disuapi."

"Ap- Apa?!" elakku terbata. bodoh, "Hah... kau jangan berharap ya!" bantahku

Sean tertawa ringan dan mendudukkan dirinya di kursi tempat di sebelahku. Tangannya meraih kembali garpu di genggamanku dan mulai memotong pancake beroles madu tadi.

"Aa." ujarnya seperti berbicara pada balita. Tak terasa bibirku menyunggingkan senyum tipis sebelum menelan pancake suapannya.

"Kau aneh." sindirku berupaya menutupi rasa aneh barusan.

"Kau juga." balasnya, tersenyum miring.

"Aku tidak aneh!" protesku kesal, "Kau yang aneh! Kau tidak ber-peri-kemanusiaan!" ujarku menekankan setiap kata.

"Tentu, aku 'kan bukan peri. Dan secara harfiah, aku bukan manusia." ujarnya lagi begitu santai dan tertawa pelan. Jenis tawa yang bisa mengangkat beban pikiranmu, jenis tawa yang begitu halus terdengar dan membuatmu bahagia.

'Lupakan Kara. Lupakan.'

"Fine! Kau tidak aneh. Kau bukan peri!" ujarku kesal, "Tapi kau orang terbodoh yang pernah kutemui, Sean Setan!"

"Kau bilang Sean Sayang?" tanyanya dengan sebelah alis terangkat.

"Ah! Kau tuli juga rupanya!"

****

Sean's POV

Aku benar-benar tidak menyangka jika Kara ternyata memiliki kepribadian yang unik. Pertama kali aku melihat gadisku, kukira ia adalah jenis perempuan peduli penampilan yang anggun dan feminim.

Dan apa? Dia benar-benar kebalikan dari itu semua. Kara, gadis terpenting dihidupku itu tidak seanggun kelihatannya, mulutnya juga tidak selalu mengeluarkan bualan kata-kata manis yang selalu wanita lontarkan kepadaku.

My Possessive Alpha [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang