Author's POV
Sean dan Karalina terlihat sedang berjalan di sepanjang koridor kastil, entah kemana. Beberapa pelayan dan penjaga East Wolf Pack mencuri-curi pandang akan apa yang dilakukan Alpha mereka bersama calon Luna.
Tapi usaha mereka percuma. Toh, kedua orang yang berjalan bersisian itu tidak mengucapkan satu patah kata pun. Wajah pias perempuan paling utama di Pack besar itu membuat Marie, yang juga mengintip meringis iba.
Ingin rasanya pelayan itu membantu Miss-nya kabur dari cengkraman 'mate' Kara sendiri. Namun mengingat kekuatannya sebagai serigala kecil, tidak mungkin ia bisa menandingi seorang Alpha yang pastinya akan melakukan segala cara agar separuh jiwanya tempat berjalan bersisian bersamanya. Sama seperti saat ini.
"Penjagaan sudah diketatkan, kau tak akan bisa keluar dari sini bagaimanapun caranya." tegas Sean pada Kara, lelaki itu mengusap pipi gadisnya sebelum meninggalkannya di sebuah ruangan yang penuh sofa empuk dan nyaman.
Kara mendecih dan mengalihkan pandangannya mematut bayangannya sendiri di sebuah kaca besar. Ruangan ini bercat putih bersih dan begitu luas, di dalamnya hanya berisi sofa-sofa merah darah dan beberapa meja kaca, juga sebuah lemari besar dari kayu yang dipernis.
Ketukan di pintu, membuat Kara menoleh dan mendapati seorang pelayan, yang terlihat sudah sedikit renta masuk membawa beberapa kotak hitam di tangannya.
"Permisi, Lun- Miss Kara," wanita itu meralat ucapannya mengingat Kara yang bisa mengamuk mendengar siapa saja yang memanggilnya Luna, "Saya hanya ingin merias Miss untuk acara sore ini."
Alis Kara bertaut bingung, seingatnya Sean biadab itu tidak mengatakan acara apapun padanya, "Acara?"
"Luna Daniella dan Miss Victoria akan datang ke Pack ini, mengunjungi anak sekaligus saudaranya." jelas wanita itu lagi.
"Um- Aku tidak mengerti..." aku Kara dengan pandangan bertanya.
"Miss Tori adalah kakak perempuan dari Alpha. Dan Luna Daniella adalah Ibu mereka," ujar sang pelayan, "Kalau begitu, bisa Saya merias Miss, sekarang?"
Kara mengangguk kecil, masih berusaha menghubungkan pikirannya. Sembari wanita itu memulas wajahnya dengan berbagai lapisan make-up tipis, matanya memejam menahan segalanya.
"Aku harus berhenti memanggilmu pelayan, Madam." ujar Kara akhirnya membuat pelayan itu menghentikan aktivitasnya sejenak, "Siapa namamu?"
"Ah- it- itu tidak penting, Miss."
"Aku mencoba menerima kenyataan ini, Ok? Bantu aku mencerna segalanya. Paling tidak katakan siapa namamu. Aku merasa tidak sopan jika terus saja menyebutmu pelayan di otakku."
"Em- Saya Emily, Miss." jawab Emily terbata walau di dalam hatinya ia tersenyum mendengar calon Luna yang di pilih Sean adalah wanita yang baik.
"So Emily, apa yang kau ketahui tentang Sean dan keluarganya?"
****
Kara ternganga mendengar cerita dari Emily. Apa yang dikatakan Emily benar?
[ Flashback On ]
"Alpha Wayne, Ayah dari Alpha Sean adalah Lycan- Alpha dari seluruh Alpha di dunia. Sayangnya, ia meninggal saat Alpha Sean masih berumur 7 tahun. Ia terbunuh tepat di hadapan Alpha Sean yang masih begitu kecil." Emily menarik napas sejenak sembari mengikat beberapa bagian rambut coklat Kara menjadi sebuah bun yang anggun,
"Luna Dani, ia bukanlah mate Alpha Wayne. Mereka terpaksa bersatu karena sampai umur Alpha Wayne yang ke-35 sekalipun, ia belum menemukan mate-nya." Tangan Emily terasa bergetar di kepala Kara.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Alpha [ON HOLD]
WerewolfKaralina Wiratama, seorang dokter muda keturunan Indonesia-Yunani memutuskan untuk menjalankan tugasnya di East Wolf. Beberapa keanehan sering terjadi di sana sampai semua rahasia itu terkuak dan kenyataan bahwa ia harus menjadi pendamping Sean, san...