Edelweis, surat-surat ini aku tulis untuk kamu, tapi sayang aku terlalu marah untuk mengirimkannya. Jadi kubiarkan semuanya menumpuk di kotak ini.
Kadang aku masih rindu padamu, jadi aku mengunjungi toko buku langganan kita, tapi aku tak mau bertemu atau sekedar berpapasan denganmu.
Del, pernah terbayangkah olehmu, bagaimana jika suatu saat kita secara tak sengaja bertemu?
Mungkin aku tak akan menyapamu. Karena aku terlalu marah untuk itu.
Entah sampai kapan aku akan seperti ini, duduk melamun dengan kemarahan sekaligus kerinduan.
Kadang aku ingin sekali menghilangkan kamu dari pikiranku. Karena ingatan tentangmu sekarang seperti pisau yang menancap di tubuhku. Menyakitkan!
Tapi bagaimana bisa? Jika secangkir teh dan sepotong roti bakar saja sudah sanggup membuka semua kenangan aku tentangmu.
Jadi Del, meski rindu, aku harap kita tak akan pernah bertemu. Karena pertemuan denganmu adalah patah hati terbesar bagiku.