Tenth

569 73 15
                                    





Pagi ini jam bahkan belum menunjukkan pukul delapan pagi namun Taeyong sudah berada di apartemen Jennie, duduk manis di sofa ruang tengah sembari menyeruput kopi paginya.

Hari ini mereka akan pergi menemui bunda. Jennie sudah sangat bersemangat menghujani Taeyong dengan berbagai pertanyaan seperti tipe wanita seperti apa yang beliau sukai, atau apa makanan favoritnya, brand favoritnya sedangkan Taeyong tak bisa berhenti tersenyum simpul di tengah jadwal shooting nya malam itu. Ia tak tahu jika Jennie memiliki sisi menggemaskan semacam itu.


Sudah lebih dari setengah jam sejak Taeyong sampai. Setelah menyelesaikan pekerjaannya hingga dini hari Taeyong pulang ke studio untuk tidur sebentar sebelum kesini.

Walaupun bisa dibilang tidak tidur cukup namun entah kenapa Taeyong sama sekali tak mengantuk atau lelah.


"Taey—" panggil Jennie yang baru saja keluar dari kamarnya.

Taeyong pun mengalihkan pandangan dari ponselnya. "It's pretty."

"Taeyong serius deh dari tadi semua kamu bilang bagus, cocok, cantik can you give me honest respond please." Ucap Jennie setengah merajuk.

Ini sudah kali ketiga Jennie berganti pakaian. Ia benar-benar tak tahu harus memakai pakaian seperti apa. Maksudnya ia tak tahu pakaian seperti apa yang bunda suka.

Taeyong tersenyum gemas. "Sayang I always tell the truth. I really mean it when I say all that clothes are looks good and pretty on you." Ia pun beranjak mendekati Jennie. "Okay let me make it long then. I think this one are prettiest."

Jennie tak bisa menutupi burat merah yang bersemu di pipi bulatnya. "hmm okay then."


Wanita itu pun akan kembali ke kamarnya namun tangan Taeyong menahannya. "Emm wait—" kata Taeyong seolah bingung.

Raut wajah Jennie seolah bertanya.

"Kayaknya masih ada yang kurang sedikit deh."

Jennie mendadak panik. "Kurang apa? Outernya gak cocok ya? Atau perlu aku pakai scraft? atau sepatunya perlu pake yang agak tinggian? At—" belum selesai Jennie meracau Taeyong sudah lebih dulu membungkamnya dengan sebuah kecupan singkat namun menggoda.

"No, i mean you haven't give me my morning kiss yet." Taeyong pun menarik tubuh Jennie untuk lebih mendekat. Sebelum ia kembali memulai ciuman paginya.

Lumatan ringan yang saling beradu kini mulai lebih menuntut. Menyadari hal ini tak bisa mereka teruskan lagi atau mereka akan benar-benar terlambat Jennie pun mendorong Taeyong menjauh hingga tautan mereka terlepas.

"If you forget that we must go, or we are being late." Ucap Jennie masih dengan nafas tersenggal.

"Aku hampir aja berniat bilang bunda kalau ketemunya ditunda aja dan kita lanjutin yang tadi." Balas Taeyong dengan senyum jahilnya yang sukses mendapat pukulan ringan dari Jennie.





Karena bunda Taeyong tinggal di luar kota mereka memang sengaja untuk pergi lebih pagi. Namun sebelumnya tadi Jennie sudah meminta Taeyong untuk mampir ke toko bunga terlebih dahulu mengambil pesanannya.

"PRAGMA"  Taeyong & JennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang