Taeyong sampai di apartemennya, untungnya ia bisa menyelinap masuk menghindari para wartawan yang sudah mulai berkerumun di pintu masuk utama. Dan bertepatan dengan Taeyong yang hendak membuka pintu, Doyoung lebih dulu keluar dari dalam apartemennya.
Mereka berdua yang samasama terkejut pun melonjak kaget.
"Astaga Yong gue cari lo kemana-mana. Bisa gak sih jawab telpon gue." Keluh Doyoung kesal. Kali ini ia benar-benar khawatir dengan sahabatnya itu.
Entah sudah berapa kali Doyoung menghubungi Taeyong namun tak ada jawaban.
Taeyong merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponselnya. Terlihat ada banyak panggilan tak terjawab yang entah dari siapa saja. Taeyong memang sengaja memode senyap ponselnya.
"Maaf gue gak denger."
Mereka berdua kini sudah duduk di atas sofa Taeyong. Namun keduanya masih bungkam sampai Doyong bersuara terlebih dahulu.
"Lo gapapa?" Tanya Doyoung tampak ragu.
Taeyong menoleh kecil ke arah Doyoung. "Gue gak tau." Jawab Taeyong singkat sebelum menyenderkan diri di kepala sofanya.
"Kalo gue boleh tanya, sebenernya apa yang terjadi?" Tanya Doyoung lagi.
Mereka memang sahabat sejak kecil. Namun mereka memang bukan tipe yang akan menceritakan kehidupan pribadi masing-masing.
Taeyong menghembuskan nafas kasar. Ia mengubah posisi duduknya, sebelum menceritakan semua yang ia tahu dari sisinya.
Setelah mendengar semuanya Doyoung kini menjadi lebih paham mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Ia benar-benar tak tahu jika Taeyong sedang mengalami keadaan yang sangat buruk sekarang.
Tidak cukup dengan permasalahan karirnya, kini ditambah permasalahan ayahnya, juga harus bersangkutan dengan orang yang ia cintai.
"Gue bakal bantu lo sebisa gue. Elo juga jangan segan kalo mau minta tolong apapun, gue pasti bantu." Kata Doyoung tulus.
Taeyong mengangguk. "Thanks."
Ponsel Taeyong berdering, menampilkan nomor tak dikenal muncul di layarnya. Sepertinya dari nomor luar negeri.
Entah kenapa ia seakan bergerak cepat untuk menjawab panggilan tersebut.
"Hallo—"
"—"
Tak ada jawaban atau bahkan suara apapun.
"Ini siapa?" Tanya Taeyong.
Namun hanya senyap yang terdengar sampai panggilan diakhiri sepihak.
Taeyong tampak berpikir aneh.
"Siapa yong?" Tanya Doyoung.
"Gak tau, dia gak ngomong apa-apa."
Entah mengapa perasaan Taeyong dan Doyoung curiga, namun mereka tak mau ambil pusing.
"Gue ke agensi dulu, Daepyonim udah nelponin mulu. Lu baik-baik, kalo butuh apa-apa telpon gue." Ucap Doyoung sebelum pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
"PRAGMA" Taeyong & Jennie
FanfictionCinta Sejati? Omong kosong. Bagi Jennie cinta haruslah rasional, realistis, dan penuh perhitungan. Taeyong percaya bahwa cinta adalah sebuah permainan. Dalam hidupnya ia menerima begitu banyak cinta, tapi tak pernah benar-benar mencintai sampai ia...