FANASYA . 09

37 30 14
                                    

***

Waktu menunjukan pukul 21.15 Malam.

Ardiaz melangkahkan kakinya menuju balkon. Hembusan angin malam menyapa dirinya, semenjak kejadian tadi malam, dimana ia menyelamatkan seorang gadis dari serangan pereman, membawanya pulang dengan selamat, dan kejadian - kejadian lainnya, yang membuat Ardiaz tidak bisa menutup matanya untuk tidur.

Apakah Ardiaz jatuh cinta pada pandangan pertama? Ah tidak mungkin. Tpi mengapa dirinya tetap tidak bisa tidur? Dan memikirkan gadis ceroboh itu? Ahh rasanya tidak masuk akal jika seorang Ardiaz menyukai perempuan lain selain ibunya.

Ardiaz menatap langit malam yang dipenuhi bintang - bintang, Kejadian itu terus menerus berputar diotaknya sekarang.

Flashback On

Setelah perdebatan kecil dengan seorang Fanasya yang pemaksa, akhirnya Ardiaz menghembuskan nafas pasrahnya dan mengizinkan Fanasya untuk mengobatu luka yang ada pada bibirnya.

" Ah! Pelan pelan bege! Ini perihh " ringis Ardiaz saat Fanasya baru memulai membersihkan lukanya dengan telaten

" Sabar! Baru juga mulai! Makannya ga usah sok jadi jagoan kemaleman " tegur Fanasya yang masih setia mengobati luka Ardiaz dengan obat merah yang di taburi diatas kapas.

Ardiaz diam sejenak merasakan perih sedikit pada bagian bibir, dan pipi yang agak memerah karena tonjokan preman tersebut, sebelum ia memulai pembicaraan ia menatap Fanasya dengan dalam. " Fan, Lu kenapa sih sama gue? " tanya Ardiaz yang menatap Pergelangan Fanasya.

" Hah? Kenapa apanya? " jawab Fanasya yang tak tau arah pembicaraan.

" Kenapa aja lo setiap ketemu gue kek benci banget, ga mau deket - deket gue. Padahal kan gue ga bakal gigit lo "

" Karena lo ngeselin " jawab Fanasya yang mengganti kapas dan membersihkan luka Ardiaz kembali. " Karena lo sering hukum gue juga! Sering nyuruh - nyuruh gue! Sering nyiksa gue! Gue ga suka! " lanjut Fanasya yang sudah berapi - api menahan amarahnya.

Ardiaz terkekeh karena mendengar pengakuan dari gadis yang ada dihadapannya, melihat muka Fanasya yang sudah merah padam menahan amarah membuat citra cantiknya tidak luntur, semakin gemas Ardiaz melihatnya.

" Jadi? Lo ga mau gue hukum sama nyuruh - nyuruh lo lagi? "

" Gak! "

" Okay jangan bandel makannya! " jawab Ardiaz yang mengacak - acak rambut Fanasya dengan gemas hingga sang empu berteriak marah.

Flashback Off

Mengingat kejadian malam tadi membuat Ardiaz tersenyum sendiri, sampai tak sadar sudah ada Ardian adik kembarannya yang memanggil dari tadi.

" Bang! Woy! " sapa Ardian yang menepuk - nepuk bahu kaka kembarannya. " Ih lo kerasukan ya? Kok ketawa - ketawa sendiri sih? " tanya Ardian yang membuat sang kaka menatap tajam kearahnya.

" Tuh! Tadi ketawa - ketawa, senyum - senyum, sekarang! Malah melotot - melotot untung ga keluar tuh mata! " celetuk Ardian yang berjalan menuju meja belajarnya dan mendudukan dirinya dikursi kekuasaannya. " stress ya lu bang? " lanjut Ardian yang mulai membuka handphonenya.

Ardiaz menatap gerak - gerik sang Adik lacknatnya " gue masih waras! " tegas Ardiaz yang mengikuti langkah Ardian dan merebahkan dirinya kekasur.

" Gue minta no Fanasya dong " celetuk Ardiaz membuat sang adik kembaran menyerengit dahi.

Entah apa yang merasuki Ardiaz saat ini, dan berani meminta nomor Fanasya secara terang - terangan kepada sang adik, perasaan ia tidak pernah mau mencari tau keberadaan gadis tersebut, boro - boro mencari tau. Mendengar cerita dari sang adik aja sudah bosan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FANASYA [ REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang