Mikey menimang-nimang kotak cincin yang ia pegang, Mikey masih tidak menyangka hadiah yang akan dikirim orangtuanya Raya akan se'Wah' itu.
Sudah seminggu lebih Mikey menatap kotak cincin yang ia simpan di atas meja, Mikey masih belum berani memakainya takut cincin itu akan rusak atau hilang bahkan Mikey berfikir kalau cincin itu terbuat dari bayi ular, jika ia pakai nanti cincin itu berubah jadi ular. Please Mikey itu pemikiran yang bodoh..
.
.
Sudah tiga hari lebih Raya demam, obat dari dokter tidak mampu menyembuhkan demamnya Raya, semua orang dirumah Draken termasuk Baji ikut kelimpungan untuk menjaga Raya. Sudah tiga hari juga Raya jarang tidur ditambah jarang makan, Draken sangat sedih melihat anak sematawayangnya lemas digendongannya.
"Raya, ayah mohon jangan seperti ini. Ayah tidak mau kehilangan kamu nak." Draken mengecup pipi sang anak yang terasa panas.
"Ayah janji akan kabulkan permintaan Raya, tapi janji Raya harus sembuh. Ayah pasti, pasti ayah beri ke Raya apapun yang Raya mau."
Raya melirik pada sang ayah dengan matanya yang sayu.
"Papa..." Jawab Raya tanpa suara tapi gerakkan bibirnya mampu dibaca Draken.
Draken menghela pelan, dari semua yang Raya inginkan kenapa harus Papa? Bukannya Draken tidak mau mencari Papa baru untuk Raya, hanya saja Draken masih ingin membujuk Yuri untuk menikah dengannya dan hidup bersama.
Draken merubah posisi gendongannya, wajah Raya bersandar pada pundak Draken dan tangan besar Draken mengusap pelan punggung si anak."Raya maafkan ayah, untuk itu ayah tidak bisa mengabulkannya. Maaf." Ujar Draken pelan, sangat pelan. Draken tidak mau anaknya dengar.
Tidak ada gerakkan dari sang anak, Draken mulai tenang, Raya sudah tertidur setelah beberapa hari Raya susah tidur. Draken terus menimang Raya dalam gendongannya, ia menolehkan wajahnya untuk melirik sang anak. Hidungnya mencium bau amis yang sangat pekat dari arah Raya. Draken panik, perlahan ia menjauhkan tubuh Raya dari gendongannya dan terlihat darah segar mengalir melalui hidung mungil Raya yang sudah mengotori baju Draken.
"SUSTER!"
Suster datang dan meraih Raya dari gendongan Draken lalu ia pergi untuk membersihkan sembari memberikan obat pada Raya, Draken duduk dipinggir ranjang satu tangannya meremas kencang rambutnya yang panjang. Rasa sakit pada kulit kepalanya tidak sesakit dan seperih dirinya melihat sang anak.
Dari pintu kamar masuk Baji yang kini duduk disebelahnya, menepuk-nepuk pundak sang sahabat.
"Ken, sepertinya kau harus turuti kemauan Raya. Tidak harus kau menikahinya, cukup bersandiwara saja didepan Raya jika kau memang tidak mau menikah lagi. Setidaknya sampai Raya sembuh."
Draken tidak menjawab ucapan Baji, ia mengusap kasar wajahnya.
"Demi kesembuhan Raya."
"Argh! Oke kalau menurut kau itu akan membantu, panggil dia kesini."
.
.
.
Mikey dan Chifuyu sedang menikmati gorengan yang baru mereka beli, keduanya menikmati hari sembari makan dan bergosip tentang teman sekostannya.
Acara 'mari menikmati hari' nya terhenti dikala datang sang ibu kost bersama seorang pria yang tidak mereka kenal."Selamat sore, Mikey?"
Mikey mengangguk sebagai jawaban.
"Tuan Draken meminta anda untuk datang kerumahnya sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa-!
RomanceKetika mahasiswa ilkom terkejut karena seorang anak yang memanggilnya Papa. Fake chat atau fake twt ada di akun @xryugujiken