GEMAKA || 10

17 4 8
                                    

Hallo,...

Gemaka datang lagi nih!!

Happy reading
.
.
.
.
.

****
"Kamu hanya perlu menjadi diri sendiri, tak perlu memperlihatkan siapa dirimu, karena orang yang menyukaimu tak butuh itu begitu pun sebaliknya"
****

Det! Det! Det!

Gemal turun dari rooftop dengan malas dan menggerutu.

"Dimas benar-benar tidak bisa di andalkan. Katanya sebentar, tapi apa? Bahkan ini sudah hampir setengah jam." gumam Gemal sambil terus menuruni anak tangga.

Sedangkan Dimas sendiri kini tengah menggoda adik-adik kelasnya yang masih imut dan polos.

Gemal baru saja menyelesaikan pijakannya di penghujung anak tangga, matanya menangkap siluet orang yang sangat tidak ingin ia temui.

Gemal menatap orang itu dengan tatapan tajam, sedangkan orang itu biasa saja.

Dia adalah Dika, orang yang sangat Gemal tidak ingin temui dan mungkin benci. Karena Dika lah Gemal tidak bisa masuk sekolah selama satu tahun.

Flashback off

Di ruang kepala sekolah sudah ada sang pemilik yayasan yang tak lain adalah ayah Gemal, juga sudah ada beberapa petinggi yayasan termasuk kepala sekolah serta Gemal dan Dika.

"Saya mohon keadilan untuk kami sebagai siswa dan siswi di SMA CAKRA, bukan hanya karena dia (tunjuknya pada Gemal) anak dari pemilik yayasan, ia bisa berbuat sesuka hati termasuk mencoreng nama baik sekolah." Ucap Dika.

"Kami merasa sangat tidak adil dalam hal ini, kami berusaha dan berjuang untuk nama baik SMA CAKRA tapi apa yang di lakukan nya, dia malah mengotori nama baik SMA CAKRA!" Lanjutnya.

"Status kami sama. Sama-sama siswa SMA CAKRA, tapi kenapa di di perlakukan berbeda hanya karena dia anak dari pemilik yayasan!"  Tegas Dika yang saat itu sudah sangat geram terhadap perilaku Gemal yang menurutnya sangat mencoreng nama baik sekolah. Bahkan mungkin jika Gemal bukan anak pemilik yayasan, Gemal seharusnya sudah di DO.

Gemal mengepalkan kedua tangannya, jika saja disana hanya ada mereka berdua sudah dipastikan Gemal akan menghajar Dika secara brutal.

Semua guru disana bungkam, pak kepala sekolah pun tidak berbicara apa-apa. Tentu saja mereka tidak berani mengambil keputusan yang sekiranya akan membahayakan posisi karir mereka, terlebih yang sedang di sidang adalah anak dari pemilik yayasan.

Guna juga berfikir keras untuk itu, ia menghela napasnya kasar.

"Saya mengerti tentang keluhan anda nak (ucapnya pada Dika) dan untuk itu saya sendiri yang akan memeberikan tindakan kepada putra saya."

"Rapat selesai!" Ucapnya lagi, semua orang membubarkan diri tinggalan Gemal dan Guna di ruangan itu.

Guna menggeleng-gelengkan kan kepala melihat kelakuan anaknya, terlebih melihat tampilan anaknya yang saat ini sungguh jauh dari kata rapi.

"Ayo son kita pulang," ajaknya.

Jika di tanya apa Guna marah, maka jawabannya biasa saja.

Dan setelah rapat itu Gemal tidak lagi datang ke sekolah.

Flashback off

Mereka berdua berjalan dengan arah berlawanan, Gemal seperti biasa berjalan santai dengan wajah datar dan sorot mata tajamnya. Dika pun berjalan biasa saja seolah tidak pernah terjadi apa-apa diantara keduanya.

GEMAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang