Hari ini, Segara kembali ke rumah abu-abu. Sejak kepergian mami waktu lalu, Segara memutuskan untuk menginap di rumah bersama papi dan adiknya selama beberapa hari dulu.
Kini Segara berjalan masuk dengan tas punggungnya. Baru saja sampai di depan pintu, ia mendapati seorang lelaki paruh baya tengah berdiri di sana. Segara belum pernah melihat orang ini sebelumnya.
"Maaf, bapak cari siapa?" tanya Segara dengan sopan.
Sosok itu tersenyum tipis, "Oh... saya kira gak ada orang. Kamu juga tinggal di sini, Nak?"
Segara mengangguk, "Iya, Pak."
"Begini, Nak. Saya sedang cari anak saya, namanya Mahesa." ucap lelaki paruh baya tersebut, bahkan Segara menangkap tatapan beliau yang seketika berbinar ketika membicarakan putranya.
"Loh, papanya Bang Hesa ya? Silakan masuk dulu, Om!" ucap Segara terkejut.
"Oh enggak-enggak, saya di sini aja. Bisa tolong kamu panggilkan Mahesa, Nak? Saya dari tadi ketuk pintu gak ada yang buka." tolak papa Mahesa.
"Mungkin Bang Hesa gak dengar atau sedang ada di kampus, Om?"
"Oh, begitu ya?" raut papa Mahesa tampak kecewa.
Segara mendadak jadi tak enak hati, "Sebentar, saya cek dulu ke dalam." ucap Segara lantas pamit masuk.
Ketika Segara di dalam, suasana rumah abu-abu terlihat sepi, sepertinya memang semuanya sedang di luar. Segara mencoba melihat kamar Mahesa, dan ternyata si pemilik kamar ada di dalamnya.
"Bang?"
Mahesa menoleh, "Eh, udah pulang lo?"
Segara mengangguk, "Gue kira lo di kampus."
"Gak ke kampus, gue diare tadi pagi."
"Kenapa lo? Kok bisa begini?" tanya Segara dengan heran.
Mahesa menghela napas, "Gara-gara semalam makan mie gila."
Segara ingin tertawa tapi kasihan, "Oh iya, ada yang cari lo di depan."
"Siapa?" Mahesa bingung. Seingatnya, dia tidak membuat janji pertemuan dengan siapapun hari ini.
"Papa lo, udah nungguin di depan agak lama kayaknya. Gue disuruh panggil lo keluar-"
"Gak usah, lo bilang aja gue gak ada." potong Mahesa cepat.
Pernyataannya tersebut menimbulkan tanda tanya bagi Segara, "Kenapa deh?"
Mahesa berdecak kesal, "Males gue!"
"Tapi, Bang-"
"Diem, lakuin aja."
"Bang, dia papa lo." Segara tidak ada maksud apa-apa, hanya mencoba menasehati Mahesa.
"Lo gak dengar gue bilang apa?" balas yang lebih tua dengan dinginnya.
Segara terdiam, mendadak bingung kepada Mahesa yang tiba-tiba marah.
"Y-yaudah, gue bilang dulu ke depan." ucap Segara lalu pamit.
Bertemu lagi dengan papa Mahesa, Segara jadi semakin tak enak hati.
"Em... Om? Maaf sebelumnya, tapi Bang Mahesa bilang gak mau ketemu. Saya udah coba bujuk, tapi... begitu, Om." ucap Segara hati-hati.
Namun respon lelaki paruh baya itu di luar ekspektasinya, "Enggak apa-apa, kalau begitu saya mau di sini aja sampai Mahesa keluar. Kamu bisa pergi, Nak. Terima kasih ya?" ucapnya sembari tersenyum hangat.
Segara mengangguk kaku, "Mau saya temenin ngobrol, Om?"
Papa Mahesa terkekeh, "Loh, enggak usah. Kamu habis pergi pasti capek kan? Istirahat aja, saya gak apa-apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Abu-Abu
FanfictionSejatinya, dunia ini tidak hanya menghadirkan sesuatu yang bahagia. Manusia hidup dengan norma, sedangkan dunia berdiri dengan hukumnya. Anak-anak adalah sebagian afeksi dari sudut kecil semesta raya. Titik-titik jiwa saling berkaitan membentuk alia...