9. Kembali Pada Kenyataan

1.1K 182 7
                                    

Mau sebahagia apapun, kalau nggak ada yang mengharapkan aku, ya buat apa?

.

.

Happy Reading~




Bahagianya Jeno sederhana. Dia hanya ingin disayangi dengan tulus. Dia hanya ingin pelukan tulus dari orang yang dia sayang. Jeno tidak menginginkan banyak hal. 2 hal tadi sudah lebih dari cukup untuk membuatnya bahagia. Apakah tidak ada yang ingin melakukannya? Jeno ingin dipeluk, Jeno ingin disayangi dengan sepenuh hati. Dengan lapang hati. Dengan tulus. Hanya itu. Mengapa sangat sulit baginya mendapatkannya?

Jeno rindu bunda. Sangat merindukannya. Sosok ibu yang sangat ia sayang. Sosok yang selalu memberikan pelukan hangat yang tulus. Apakah Jeno pernah mendapat pelukan dari ayah dan kakaknya? Pernah. Jeno pernah mendapatkannya. Selama 5 tahun Jeno hidup, dia selalu mendapat pelukan dari ayahnya. Ya, hanya setahun sekali. Pelukan yang dilakukan karena sebuah kasih sayang. Bukan kasihan ataupun khawatir. Tahu jika ayah orang yang sibuk bukan? Dari Mark? Dia jarang mendapatkannya.

Terhitung sudah 3 minggu semenjak bertemunya Jeno dengan Jaemin. Jaemin anak yang menyenangkan. Jeno merasa nyaman. Jeno selalu tertawa jika Jaemin marah. Jeno tidak pernah membalas dengan hal yang sama. Balasan Jeno hanya, tersenyum. Dalam bentuk apapun senyuman itu. Intinya ya senyum.

Sekarang Jeno tengah menunggu Jaemin di depan pagar rumahnya. Hasil manjat tadi pagi dengan susah payah berakhir bokongnya mencium tanah (lagi). Sudah hampir satu jam Jeno menunggu. Janji mereka akan bertemu pukul 09.00, tapi baru jam delapan kurang Jeno sudah bersiap akan memanjat pagar rumahnya.

"Jaemin kok lama yaa."

Jam baru telah menunjukan pukul sembilan kurang sepuluh menit. Tapi Jaemin belum muncul juga batang hidungnya. Sepuluh menit menunggu, akhirnya Jaemin datang menggunakan kaos putih, celana training hitam dan alas kaki karet berwarna hijau. Tertulis merk Swallow. Sandal mahal.

"Jaemin!! Kamu kok lama?"

"Ya janji kita kan jam sembilan pas!! Kamu nungguin dari subuh!"

"Tapi kan aku udah nggak sabal mau main." Mata Jeno memelas. Jika di tampilkan seperti dalam kartun kartun, mata Jeno sudah bersinar dengan bintang bintang di sekitarnya.

"Ya sabar si! Yang bikin janji juga kamu. Mintanya jam sembilan tapi aku datang tapat waktu dikata lama!"

"Jadinya kita mau main apa?" Tanya Jaemin setelah mengkesal pada Jeno.

Jeno nampak berfikir, "Um.. aku pengen ke Sungai Han deh. Ke sana yuk!" Ajak Jeno.

"Ayuk!" Jaemin menggandeng tangan Jeno menuju Sungai Han.

Ngomong-ngomong, Jeno tadi sudah izin pada ayahnya yang hanya dibalas deheman olehnya. Jadi Jeno tidak masalah pergi keluar dengan Jaemin.

"Hmm.. udalanya segel banget." Jeno menutup matanya menikmati kenyamanannya berada di Sungai Han.

"He'em, enak segerrrr." Jaemin sengaja menekan pengucapannya dalam menyebut 'r' untuk mengejek Jeno yang sampai sekarang belum bisa menyebut huruf tersebut dengan jelas.

"Ih! Jangan gitu dong!" Jeno menepuk pelan lengan Jaemin.

"Apa?"

"Jangan nyindil Jeno!"

"Mana ada aku nyindir kamu."

"Ada kok!"

"Mana?"

Why Me? | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang