21. Trauma

1.6K 114 2
                                    

Kenapa disaat aku bahagia ada saja yang menghalangi?

.

.

Happy Reading~

Satu bulan sejak terbaring selama dua hari di rumah sakit, Lee Jeno sudah dipulangkan oleh Dokter Siwon. Dengan catatan, jangan terlalu banyak beraktivitas. Kalimat itu membuat Jeno kesal. Memang demi kebaikannya, tapi sudah dari jauh-jauh hari ia ingin mengajak perempuannya berjalan-jalan menikmati waktu berdua.

Tapi dengan terpaksa, Jeno harus menjaga segalanya aktivitasnya. Bukan lantaran ia tak ingin sehat, hanya saja dia ingin bebas. Melihat laki-laki itu kesal Jaena hanya bisa tertawa kecil sembari berjalan memasuki kamar membawa senampan makan siang.

Jaena sama sekali tak keberatan dengan perkataan Dokter. Sebab dirinya pun menginginkan hal yang sama. Lee Jeno harus benar-benar segar bugar untuk kembali beraktivitas seperti biasa.

Tapi hasil dari merengek, memohon, hingga berlutut, Ayah dan Dokter Siwon memberi izin untuk kembali bersekolah. Karena ia sudah tak sabar, teman-teman kecilnya akan mendaftar di sekolah yang sama dengannya.

"Jeno, bener besok mau sekolah aja?" tanya Jaena tak yakin dengan keputusannya. Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi setelah insiden itu.

Laki-laki itu mengangguk kecil, kemudian duduk di samping ranjang bersebelahan dengan Jaena. "Kenapa?"

"Nggak pa-pa." jawab perempuan itu. Meski raut wajah dan hatinya merasa khawatir, ia berusaha untuk tenang dan menyetujui itu.

"Yang kemarin jangan di pikirin. Kalaupun nanti ada sesuatu, kita harus siap. Menerima segalanya yang terjadi." ucap Jeno menenangkannya.

Jeno tahu betul bagaimana perasaan perempuan itu. Bukan maksudnya untuk kembali membawa konflik untuk kedepannya. Namun, jika ia hanya diam tanpa berbuat apa-apa, tak akan ada yang berubah. Pelan-pelan, ia ingin menyelesaikan semuanya. Ia ingin hidupnya tenang.

Dia sudah bahagia kini. Meski Ayah masih sama, tapi setidaknya pria itu lebih baik dari kemarin. Apalagi kakaknya pulang, ia senang bukan main. Walaupun Kak Mark masih sedikit dingin.

Dan yang paling ia syukuri, Ayah dan Kak Mark menerima perempuannya. Setelah mendengar cerita kejadian saat itu, Ayah memang sempat tersulut emosi dan hampir saja kembali menyakitinya. Namun beruntung di sana ada Dokter Siwon, Bonhwa dan Mark yang mencegah.

Kak Mark? Laki-laki itu mencoba sabar. Meski dalam hatinya api berkobar besar. Bahkan wajahnya sempat merah menahan emosi.

Dan Ayah sudah memilih, ia akan segera menikahkan anaknya bungsunya. Meski Kak Mark sempat kesal sebab dia yang lebih tua. Ayah merencanakan itu dalam waktu dekat. Namun, Lee Jeno membujuk Ayah agar mengundurkan waktunya.

Ia ingin saat hari itu tiba, semua urusan sudah selesai. Ia ingin di hari bahagia itu, tidak ada apapun yang mengganggu pikirannya. Tidak ada siapapun yang dapat mencegahnya.

"Na, aku nggak sabar deh hari itu tiba," tiba-tiba saja laki-laki itu bersuara. Menumpukan tubuhnya dengan kedua tangan di belakang. Menatap langit-langit kamar membayangkan hari bahagia itu.

Jaena tersenyum mendengar itu. Ia pun merasakan yang sama. "Semoga nggak ada apa-apa ya?"

Lee Jeno meraih kedua tangan yang lebih kecil darinya. Mengelusnya dengan lembut. "Jaena, ada aku, aku di sini sama kamu. Jangan mikir aneh-aneh, nanti kesehatanmu turun."

Perempuan itu menghela napas pendek. "Bukannya apa-apa, cuma-"

"Sstt... " Jeno menempelkan jari telunjuknya pada bibir cantik itu. Memotong kalimatnya.

Why Me? | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang