Andai waktu bisa terulang.
.
.
Happy Reading~
Pagi itu, lagi-lagi Jeno bangun dengan tubuh yang terasa remuk. Menarik napas panjang, Jeno berusaha untuk duduk. Laki-laki itu meletakkan telapak tangannya pada dada bagian kiri dan bergumam lirih.
"Ya Tuhan.. terima kasih."
"Semoga hari ini terasa lebih ringan.."
Ia memiringkan kepala hingga netranya menangkap seekor hewan berbulu yang tengah meringkuk di sebelahnya. Sepertinya Seol benar-benar kelaparan. Perutnya sedikit menonjol ke dalam memperlihatkan lekukan tulang tubuh kucing itu.
Jeno mengelus kepala Seol yang masih tertidur lelap. "Seol kasian.. pasti laper banget ya? Sama kok, Jeno juga kelaperan. Tunggu Ayah dulu ya, Seol..."
Lagi-lagi Jeno bersin setelah mengelus kucing itu. Terus bersin hingga kepalanya terasa pening tidak karuan. Jeno ingat, luka yang ada di kepalanya kemarin belum di bersihkan. Pasti rambut lepek Jeno kaku terkena cairan merah kental itu. Setelah Jeno raba bagian belakang kepalanya, ternyata benar. Lukanya masih basah tapi darah disekitarnya sudah mengering. Jeno meringis kecil saat lagi lagi kepalanya terasa sangat sakit.
Laki-laki itu menengok ke arah pintu dan menemukan pintu kamarnya terbuka. Ayah hanya membukanya lalu pergi begitu saja. Jeno segera bangkit dengan susah payah dengan Seol yang berada digendongannya. Jeno melirik ke arah jam dinding yang berada di dapur. Untung saja waktu masih cukup dini sehingga Jeno mempunyai waktu untuk mengurus semuanya.
Sebelum Jeno membersihkan diri dan mengobati luka lukanya, pemuda itu mengambil makanan kucing di laci dapur bagian bawah dengan susah payah. Punggunya terasa sakit dan tulangnya nyeri tidak karuan. Rasanya seperti tulang punggungnya retak.
"Seol makan yaa, Jeno mau mandi dulu," Jeno mengusap kepala kucing itu dengan lembut.
Setelah memberi makan kucing, Jeno berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Membuka pintu perlahan, hal pertama yang Jeno lihat adalah kamarnya yang berantakan. Dia menghela napas lelah. Sebelum dirinya membersihkan diri, ia harus membereskan kamarnya terlebih dahulu.
Butuh beberapa lama untuk Jeno membersihkan kamarnya yang berantakan. Badannya yang terasa sangat nyeri dan perih sangat sulit untuk beraktivitas. Setelah selesai, Jeno pergi mandi. Tak butuh waktu lama karena tubuhnya sangat perih terkena air dingin. Setelah mengeringkan badan, Jeno mengambil kotak obat dan mengambil obat merah, kapas juga perban untuk mengobati lukanya.
Saat mengobati, sesekali mulutnya akan mengeluarkan ringisan kecil. Setelah selesai, Jeno bersiap dengan seragam sekolahnya dan berangkat menuju halte sebelum terlambat. Sebelumnya Lee Jeno sudah melahap selembar roti tawar untuk mengisi perutnya.
"Jeno?"
Jeno menengok ke arah kiri dan menemukan Jaena berada di sebelahnya. Jeno tersenyum lalu membalas sapaan tersebut.
"Hai, Jaena."
Jaena tersenyum. "Luka kamu udah diobati?" tanyanya.
Jeno mengangguk sembari tersenyum. "Udah kok, tadi pagi."
Keduanya berjalan memasuki bus menuju sekolah. Duduk di bangku bersebalahan dengan Jaena yang berada di sisi jendela.
"Kok tadi pagi? Nggak dari kemarin?" Jaena melanjutkan perbincangan sembari menikmati perjalanan menuju sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Me? | Lee Jeno
Romance"Jeno, hidup itu bagai mendaki gunung. Dan saat masa-masa itu telah usai, nikmati indahnya pemandangan dari puncaknya." Rank 210718 #1 in mentalillness 210915 #1 in father 211127 #1 in donghae 220512 #2 in illness 210810 #4 in jessica ⚠ CERITA INI...