Part-6

25 18 10
                                    


****

"Aku mau nanyak satu hal ke kamu. Boleh?"

"Tanya apa?"

"Kenapa kamu bisa suka sama aku?" tanya Oliv dengan hati-hati.

"Hmm. Karena..." gantung Fino. "Karena kamu kayak bulan" ucapnya.

"Ihh seriusan" gemas Oliv.

"Iya aku serius, kamu kayak bulan, cantik, bersinar, dingin, dan susah digapai. Dan itu yang aku suka dari kamu" jawabnya sambil menatap Oliv lekat.

Kini Kayla tau alasan Fino mengejar-ngejar Oliv. Saat ini hatinya terasa sesak, tapi Ia juga senang karena sekarang Ia yang menjadi Oliv.

"Beneran?" tanya Oliv penasaran.

"Iya beneran. Kamu lupa?"

"I-iya"

Gue bukannya lupa, tapi nggak tau sama sekali. Batin Oliv.

Flashback on

Jam dinding di sebuah ruangan itu menunjukan pukul duabelas siang.

Kamar yang bernuansa putih dengan beberapa lukisan-lukisan indah menempel di dinding kamar itu, membuat keindahan tersendiri pada ruangan itu.

Di atas ranjang kang zise, nampak seseorang yang masih merebahkan tubuh kekarnya itu sambil memeluk guling. Dengan wajah yang masih ditutupi dengan selimut tebalnya, membut seseorang yang baru memasuki ruangan itu berdecak kesal.

"Astaga! Udah berapa kali di bangunin nggak bangun-bangun!" kesal pria itu sambil menaruh kedua tangannya di pinggangnya.

"Bangun kebo!" teriak pria itu sambil menarik-narik selimut yang masih setia menutupi wajah seseorang di baliknya.

"Tuan Alfino Saputra! Wake up!" teriak pria itu tak henti-hentinya membuat suaranya menggema di setiap sudut ruangan itu.

"Astaga! Lo mati atau gimana?" kesalnya sambil menjambak rambutnya frustasi, pria itu adalah Leo, Manager sekaligus sahabat Fino.

"Bangun!" teriaknya lagi.

Seseorang yang sedaritadi ditetiakinya akhirnya menggerakan badannya sedikit, lalu membuka sedikit selimutnya dan menatap Leo dengan mata setengah terbuka.

"Jam berapa?" tanyanya dengan suara serak.

"Duabelas!"

"Ohh" jawabnya dengan santai.

"Ohh?" ulang Leo. "Gue nggak habis pikir deh sama lo, gue tau lo capek, tapi ini udah siang Fin"

"Iya-iya. Lagi lima menit aja. Gue janji deh" bujuknya sambil memperbaiki selimutnya.

"Lima menit-lima menit. Dari tadi lima menit mulu, keburu lima hari bang" kesalnya.

Fino tak menghiraukan Leo yang dari tadi mengomel-ngomel padanya. Jujur saat ini tubuh Fino terasa berat. lelah, sangat lelah yang Ia rasakan sekarang.
Bagaimana tidak? Sehari ia hanya mendapat 4 jam waktu tidur. Bahkan kantung matanya lebih hitam dari mata panda.

"Gue nggak mau tau, pokoknya gue kasi waktu lo sepuluh menit buat siap-siap" perintah Leo lalu pergi meninggalkan Fino di kamarnya itu.

Mau tak mau Fino mengangkat tubuhnya dengan malas lalu berjalan menuju kamar mandinya.

Sebenarnya hari ini full hari libur Fino, tapi kemarin malam Leo memberitau bahwa hari ini Ia mendapat tawaran untuk menjadi model di salah satu brand ternama di kota itu.

Swapped SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang