1. Prolog

13 1 0
                                    

"Tetap bertahan pada sesuatu yang tidak ada kejelasan, bukankah itu namanya bunuh diri tanpa sadar secara perlahan?"
- Prita

Happy reading :)
__________

Tok

Tok

Brak!

Prita dengan segala sikap bar-barnya menendang pintu keras sampai pintu itu terbuka paksa. Itu bukan sembarang pintu, itu adalah pintu kepala sekolah! Terlebih itu adalah sekolah barunya!

Kemudian, dengan lancangnya Prita langsung masuk tanpa permisi.

Wildan, kepala sekolah muda yang tengah fokus dengan lembaran-lembaran pentingnya tersentak kaget, sampai beberapa berkas ditangannya refleks terhempas. Ia segera menoleh menatap si pelaku kekacauan yang terjadi.

"PRITANA HANA PUTRI!"

"Hai!" sapa Prita langsung menduduki kursi di hadapan Wildan tanpa dipersilahkan.

Wildan menatap adik sepupunya sengit, lalu memunguti setiap berkas-berkas yang jatuh berantakan.

"Bisa gak sih, sebelum masuk lo ketuk pintu dulu?"

"Bisa,"

"tapi males"

"Meski males, sopan santun harus tetap dijaga Prita!" tegur Wildan

"Yaudah, nanti-nanti gue ketuk pintunya."

Wildan memijit pangkal hidungnya, percuma juga kalau berdebat dengan sepupunya yang berkepala batu. Buang-buang tenaga dan waktu.

Wildan menatap Prita yang sudah mengenakan seragam dari sekolahnya, dia menghela napasnya lelah. Menyesal telah menerima permintaan tiba-tiba Ayah Prita yang meminta putri tersayang bersekolah ditempat yang ia kelola.Tapi apa boleh buat? Wildan merasa tidak punya kuasa untuk menolak, lagi pula Om Ibram pun sudah berjasa banyak bagi sekolahnya sebagai donatur tetap.

"Wildan, lo- Aw awsh shit"

"Yang sopan! Panggil gue 'Pak Wildan'. Gue ini kepala sekolah lo" Wildan melotot sambil menarik telinga Prita pelan.

"Lepasin!" Prita mengusap telinganya yang memerah.

"Gue ke sini tuh mau minta satu kelas sama temen gue, bukan buat denger ocehan lo, ataupun lo siksa. Sialan!"

Wildan melotot dan menyentil kening Prita gemas. "Mulutnya di jaga!"

"Pelajar kok bahasanya kasar, kayak gak pernah di ajarkan sopan santun aja"

Prita merotasikan bola matanya malas. "Alah ... Kayak lo udah bener aja"

Kepala Sekolah muda itu kembali memijit pangkal hidungnya lelah, menghadapi Prita memang harus ekstra sabar.

Ketukan di pintu kembali terdengar.

"Masuk" perintah Wildan.

Wildan melirik dua siswinya yang berdiri di ambang pintu, Prita pun ikut menatap ke arah yang dilihat Wildan, senyum di bibirnya mengembang, ia meminta melambaikan tangannya dengan semangat, meminta keduanya cepat masuk.

"Kalian berdua ..." Wildan mengangkat kedua alisnya bertanya non-verbal.

"Saya Nesya dari kelas 11 IPS 2"

"Gavita, saya juga dari kelas 11 IPS 2, Pak"

Wildan mengangguk lalu menatap sepupunya bertanya ragu, karena jurusan yang diambil Prita sebelumnya adalah MIPA. "Yakin?"

Crazy Girl (On Going) [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang