14✓

18.1K 1K 32
                                    

"pelangimu telah tiba, sudah saatnya aku reda dan berhenti mendengar semua cerita. Semoga kamu bisa lebih bahagia bersamanya."
•Vino

"Sa, tadi vino kenapa diem terus ya? Padahal pas pertama kali datang dia yang paling semangat." Tanya Rara kepada Aksa yang tengah mengemudi menuju rumahnya.

"Ada Masalah sama Lia mungkin, tadi Lia juga gak bareng vino kan."

Rara mengangguk paham. Ia menatap kearah kaca mobil. Rara membayangkan bagaimana keadaan Lia saat ini, pasti sulit.

Disisi lain, Lia tengah merebahkan tubuhnya yang terasa sangat lelah. Otaknya terus memutar momen dan ucapan vino. Ia merasa bersalah, karena tanpa Lia sadari Lia mendekati Vino agar ia bisa melupakan Arga.

Tok tok tok

"Lia? Kamu tidur nak?"

Lia berjalan lemas untuk membukakan pintunya. "Kenapa ma?"

"Ada Arga dibawah, temuin gih."

Deg

Tubuh Lia menegang dan terasa panas. "Lia ngantuk ma, Lia mau tidur."

"Lia." Panggil mamanya dengan menahan pintu yang hendak ditutup. "Bicarain dulu baik-baik, kalau kamu lari terus gak akan selesai masalahnya."

"Tapi ma.."

"Gak ada tapi-tapian, ayo temui Arga." Mamanya menarik Lia untuk turun menemui Arga.

Arga menatap Lia dengan tersenyum bahagia. Akhirnya Lia mau menemuinya, ia harus meluruskan kesalahpahaman ini.

"Maaf lama ya ga."

"Iya gakpapa tante."

"Kamu bicara baik-baik, yang sopan! Jaga ucapan." Bisik Mamanya kepada Lia. "Tante tinggal dulu ya."

Lia duduk disamping Arga. Jujur, Lia merindukan sosok Arga yang telah menemani dan menyayanginya sejak smp. Lia memejamkan mata ketika ia mencium aroma Arga yang masih sama seperti dahulu.

"Lia."

Lia menundukkan kepalanya, ia memainkan jarinya untuk mengurangi rasa gugup. "Kenapa?"

"Aku mau minta waktu kamu sampai malam nanti, boleh? Aku ingin meluruskan kesalahpahaman ini."

"Ayo." Lia berdiri dan berjalan dengan Arga yang tersenyum dibelakangnya.

Arga membukakan pintu untuk Lia dan memasuki mobil untuk membawa gadis disampingnya ke suatu tempat.

Sosok laki-laki yang berada didalam mobil samping rumah Lia hanya bisa tersenyum menatap gadisnya kembali dengan orang yang dicintai.

"Tempat ini?" Batin Lia.

"Masih ingat? Ini pohon yang kita ukir, waktu pertama kali kita pacaran." Arga tertawa ringan dengan mengusap-usap ukiran yang membekas dipohon. "Masih ada ternyata."

"Dulu, hampir setiap hari aku kesini. Aku ngukir tulisan ini biar gak hilang. Dan waktu aku pergi, aku minta tolong ke Vino untuk ngukir disini." Jelas Arga.

"Lantas, kenapa kembali?" Lia menatap Arga dengan mata yang penuh dengan kekecewaan, Arga pun bisa melihat dan merasakannya.

"Kamu rumahku, kemana lagi aku harus pulang selain ke rumah?" Arga mendekati Lia dan mengusap-usap kepalanya dengan gemas. "Kamu tidak berubah, kamu tetap menggemaskan."

Lia menepis kasar tangan Arga, ia berjalan mendekati pohon dan merabanya dengan perlahan. "Waktu lo pergi, hampir setiap hari gue datang kesini. Gue berharap gue bisa melihat lo lagi, memeluk tubuh lo, berbagai cerita, namun gue salah. Justru gue seperti orang bodoh yang nungguin orang mati untuk hidup kembali."

"Aku ngurus bisnis papa di Jepang. Aku gak bisa Ngabarin Kamu karena polselku dipegang papa. Kamu tahu kan aku anak satu-satunya. Aku gak berniat ninggalin kamu sayang."

"Apapun alasannya, pergi tanpa berpamitan adalah tindakan pengecut."

Arga memeluk Lia dari belakang, ia memeluk erat tubuh gadis yang sangat ia rindukan. "Maaf. Maaf kalau aku membuat kamu menderita, maafin aku."

"Lepas."

"I miss you." Arga menyembunyikan mukanya dileher Lia, ia menghirup aroma tubuhnya yang tetap sama seperti dulu.

"I didn't miss you."

"I don't care."

Lia melepas paksa pelukan Arga, dan menampar pipinya dengan sekuat tenaga. Nafasnya memburu menandakan bahwa emosinya sedang mengambil alih kesadaran Lia.

Arga tersenyum dan memeluk erat tubuh Lia. Ia mengusap-usap rambut dan punggung Lia agar emosinya mereda. "Pukul aku, tampar, apapun yang ingin kamu lakukan lakukanlah. Jangan dipendam."

"Gue benci sama lo hiks." Isak Lia sembari memukul punggung Arga.

"Iya, aku salah. Aku minta maaf."

Lia melepas pelukannya, ia mengusap air matanya dan menatap Arga. "Gue mau pulang."

"Ayo."

"Nggak, gue bisa sendiri." Lia meninggalkan Arga ditengah-tengah pepohonan yang rindang, tempat favorit mereka dahulu. Banyak waktu yang mereka habiskan disana, bercanda, bermain bahkan membuat barang-barang yang mereka simpan untuk disimpan.

Lia berdiri dipinggir jalan menuju taxi lewat, disini memang bisa dibilang jarang ada taxi.

Tin tin

Lia menyeritkan dahinya ketika melihat mobil berwarna hitam berhenti didepannya. "Vino?" Lia terkejut ketika sipemilik mobil itu membuka kacanya, dan tak lain sipemiliknya adalah Vino.

"Nunggu siapa neng?" Tanya Vino dengan tersenyum.

"Taxi bang."

"Yeuh, saya bukan abang-abang. Masuk gue antar."

Lia memasuki mobil vino, ia sebenarnya heran. Baru juga tadi siang dia ngejauh, kenapa sekarang balik lagi? "Vino."

"Kenapa?"

"Lo udah gak marah sama gue?" Tanya Lia ragu.

"Ngapain marah, gue juga gak se egois itu." Jawabannya dengan tersenyum tenang, vino tak mau menunjukkan bahwa dirinya lemah. Walaupun ia sangat amat mencintai gadis yang berada disampingnya, namun jika gadis tersebut berkata lain ia harus apa.

"Lo cowok baik vin, baik banget. Lo selalu ada buat gue, selalu dengerin cerita random gue, nyemangatin gue, tapi lo gak boleh cinta sama gue."

Deg

Vino mencengkram kuat stirnya, ia berusaha sekuat mungkin untuk menutupi rasa sakitnya.

"Gue belum selesai sama masalalu gue vin, kalau lo cinta sama gue lo hanya akan sakit."

"Apa lo pikir kalau gue jauhin lo gue nggak akan sakit?"

"B-bukannya gitu vin, gue cuma..."

"Lo boleh jauhin gue, lo boleh benci gue. Tapi jangan pernah lo minta untuk gue nggak cinta sama lo."

Lia terdiam mendengar jawaban Vino. Ini memang salahnya, seharusnya ia tidak memberi harapan ke vino. Tapi apa yang harus ia perbuat? Lia cinta sama Arga namun Lia juga nyaman dengan Vino.

Kasih bintang dong!!!!!

Enak bet ya, Lia direbutin cowok tampan

𝐌𝐲 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 𝐈𝐬 𝐌𝐲 𝐁𝐢𝐠 𝐁𝐚𝐛𝐲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang