"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
"Weh, bang Vino datang." Sambut Alex.
Seperti biasa, Vino datang dengan membawa bunga. Ia berjalan mendekati Lia yang sedang berbaring. Lia tahu Vino datang, tapi Lia berperilaku acuh.
"Gue seneng lo udah sadar, Lia." Vino menaruh bunganya, ia duduk disamping Lia.
"Lia?"
Lia tersenyum dan menoleh menatap Vino. Senyuman itulah yang sangat amat Vino rindukan. Ia dapat melihat Lia yang tersenyum kepadanya, bukan tersenyum kepada orang lain.
"Makasih, maaf ngrepotin lo terus."
"Gue gak ngerasa di repotin. Gimana lukanya? Masih sakit?"
Lia memejamkan matanya dan menggelengkan kepalanya pelan. "Nggak terlalu sakit, cuma masih nyeri aja."
"Atas nama sepupu gue, gue minta maaf."
"Iya, gakpapa."
"Eh, Vino." Panggil Alex, yang sedang duduk di samping Cila.
"Kenapa?"
"Kita mau punya ponakan cuy." Serunya sembari melirik Aksa dan Rara yang sedang melihat interaksinya dengan Lia.
Vino menyeritkan dahinya menatap Rara, seolah meminta penjelasan. "Rara hamil?"
"Iya, udah tiga minggu kak." Sahut Cila, yang di sambut senyuman oleh Vino.
"Weh, sahabat gue mau jadi bapak. Baik-baik lo jagain Rara."
"Aman." Jawab Aksa dengan sungguh. Ia menoleh menatap istrinya yang tengah bersandar di bahunya. Aksa merangkul dan mengusap perlahan rambut Rara.
"Vino." Panggil Lia, membuat Vino menatapnya.
"Kenapa, Lia?"
"Selamat ya."
"Buat?"
"Buat lo sama Kanaya, kalian sebentar lagi mau tunangan kan? Jangan lupa undang gue juga ya."
Vino terdiam dengan ucapan Lia. Ia dapat melihat kedua mata Lia yang memerah, apakah Lia akan menangis?
"Gue..."
"Gue ikut seneng, akhirnya lo bisa dapat cewe yang bisa hargai lo." Lia sedikit tertawa, namun kali ini bukan tawa bahagia. "Maafin sikap gue yang kemarin-kemarin."
"Lia, pertunangannya..."
"Udah-udah, gak usah dibahas." Lia memalingkan wajahnya dari Vino. Ia memejamkan matanya, sembari mengatur deru nafasnya. Jantungnya berpacu dengan cepat.
Cila mengambil ponselnya, dan menghubungi seseorang untuk bertemu dengannya. Masalah ini harus segera diselesaikan. Agar tidak ada drama-drama yang seharusnya tidak terjadi.
"Kak."
"Hm?"
"Anterin Cila dong."
"Mau kemana?"
"Nanti Cila kasih tahu, ayo cepat." Cila beranjak dari duduknya. Ia dan Alex lantas berpamitan dengan kedua kakaknya, Lia dan juga Vino.
Hari ini memang mereka yang berjaga menjaga Lia. Mereka meminta agar kedua orang tuanya pulang dan beristirahat.
Selama kurang lebih Lima belas menit, akhirnya Cila dan Alex sampai di sebuah Cafe. Cila meminta Alex menunggunya di mobil. Tentu saja itu membuatnya curiga.
"Mau ketemu siapa sih?"
"Kanaya, ini tuh penting. Kakak di mobil aja, janji gak lama."
Cila memasuki cafe dan mengedarkan pandangannya, mencari sosok yang akan ia temui. Seseorang yang berada di pojok dekat jendela melambaikan tangannya. Cila menyipitkan matanya, dan benar itu adalah Kanaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐲 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 𝐈𝐬 𝐌𝐲 𝐁𝐢𝐠 𝐁𝐚𝐛𝐲
Teen Fiction[ FOLLOW DULU BARU BACA!! ] TINGGALIN JEJAK VOTE AND COMMENT YA GAYSS. Perjodohan? Ya, itulah yang tengah Rara alami. Tepat satu tahun selepas neneknya meninggal, ia harus menerima perjodohan dengan laki-laki yang ternyata teman satu kelasnya sekali...