"Lia!"
Lia meringis sembari memegang dadanya yang berlumur darah, karena terkena tembakan peluru.
Dor!
"Awsh." Arga mengaduh kesakitan ketika kakinya terkena peluru. Ia menoleh ke belakang. Sial! Bagaimana bisa polisi ikut ke sini. Arga hendak melarikan diri, namun kakinya terlalu sakit untuk itu. Alhasil dirinya tertangkap dan dibawa ke kantor polisi.
"Teh Lia!" Teriak Cila berlari menghampiri Lia terbaring dengan kepala yang berada di pangkuan Alex. Ia agak sedikit meringis ketika melihat darah yang berlumuran.
"Kok kamu di sini?"
"Tadi Cila lihat Kak Arga bawa pistol terus ngikutin kalian. Terus aku bilang aja sama pak polisi, dan langsung nyusul ke sini. Tadi niat aku tuh mau ngembaliin ponsel kakak."
"Akh!"
✧✧
Cila menatap Lia dari kaca ruangan. Pipinya basah akibat air matanya yang terus-menerus keluar. Bagaimanapun, Lia tetaplah keluarganya.
"Kamu kabarin yang lain gih."
"Iya." Cila mengambil ponselnya. Ia ingin menelpon kakaknya, tapi niatnya ia urungkan ketika Cila ingat bagaimana keadaannya sekarang.
"Halo."
"Kenapa dek? Gimana udah di kembaliin ponselnya?"
"Bunda, hiks."
Alex mengusap-usap punggung Cila. Ia menatap Lirih keadaan sahabatnya yang berada didalam sana. Masih dalam pemeriksaan dokter.
"Kenapa sayang? Ada apa?
"Teh Lia, bun."
"Lia kenapa?"
"Di tembak kak Arga, sekarang ada di rumah sakit sejahtera."
"B-bunda ke sana sekarang."
Tut!
Selang beberapa menit, ketiga keluarga telah sampai di rumah sakit. Pandangan pertama yang di lihat adalah, Cila tertidur di bahu Alex. Raut wajahnya terlihat kecapekan.
"Alex bagaimana keadaan Lia?" Tanya mama Lia dengan lirih.
"Masih di.."
"Keluarga pasien?"
"Saya mamanya dok, bagaimana keadaan anak saya? Dia baik kan dok?"
"Tenang ma, anak kita pasti kuat." Papa Lia mengusap lengan istrinya, mencoba untuk menguatkannya.
"Kami harus melakukan tindakan operasi, untuk mengeluarkan peluru. Namun, resiko yang akan di terima juga cukup besar, karena posisi peluru cukup dalam."
"Selamatkan putri saya dok, dia anak saya satu-satunya. Saya mohon, hiks. Selamatkan putri saya."
"Kami akan lakukan sebisa dan semampu kami, mohon bantu doa agar semua berjalan dengan lancar."
"Brengsek!" Rara mengeraskan rahangnya dan menggenggam kedua tangannya dengan erat. Ia menatap satu persatu keluarganya dan sahabatnya. Sungguh, Rara tidak akan membiarkan Arga hidup dengan tenang. Setelah apa yang di perbuat kepada keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐲 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 𝐈𝐬 𝐌𝐲 𝐁𝐢𝐠 𝐁𝐚𝐛𝐲
Teen Fiction[ FOLLOW DULU BARU BACA!! ] TINGGALIN JEJAK VOTE AND COMMENT YA GAYSS. Perjodohan? Ya, itulah yang tengah Rara alami. Tepat satu tahun selepas neneknya meninggal, ia harus menerima perjodohan dengan laki-laki yang ternyata teman satu kelasnya sekali...