⊱┊A―4

1.4K 163 45
                                    

「CLAIM」

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

「CLAIM」

HIDUP Jean telah masuk pada era kegelapan, sama seperti penglihatannya yang tertutup kain. Gelap, pengap. Kecemasan timbul kembali usai diri larut dalam ketidaksadaran, entah itu berapa lama. Tatkala mata membuka, ia dapati tubuh telah tergolek di lantai. Napas yang keluar spontan membeludak seperti orang habis tenggelam dan penghidu menyedot banyak debu mengepul. Membuat terbatuk, gelagapan oleh kegelapan. Dan saat itu juga, Jean tahu bila tali pengikat pada tangan telah berganti menjadi borgol.

Bunyi denting besinya menggema sewaktu Jean berusaha bangkit. Nyeri pada kaki dirasai, menyerang. Tidak mampu menebak di ruangan seperti apa ia berada. Selain lantai yang dingin dan kotor, apakah sama gelapnya seperti dari balik kain? Pergerakannya tersebut hanya berhasil membuat tubuh bergeser. Ia tidak merasakan hambatan apa pun di sekeliling, dengan tangan di belakang meraba-raba dan hanya menemui kekosongan. Secara perlahan kaki yang sakit lantas kerahkan, mendorong diri mundur dan tangan terus mencari-cari sebagai petunjuk arah. Hingga sampai ditemuinya dinding, satu siku dibuat bertumpu dan kaki dipaksakan ditekuk berusaha mengangkat tubuh.

Jean mencoba untuk sedikit lebih rileks sembari meluruskan kaki hati-hati setelah berhasil terduduk.

Walakin, derit dari pintu dibuka membuat duduknya yang asal-asalan spontanitas tegak. Dilanjut dengan ketukan langkah memasuki rungu, beserta gesekan besi pada lantai mengikuti, membikin ngilu, Jean memusatkan arah ke sumber bunyi melalui insting. Dan sentral hidupnya telah berdebar di luar normal, perasaan terancam pun menyekap diri. Seolah kakinya sembuh secara ajaib, rasa sakit tersamar begitu digerakkan membantu punggung yang menempel dinding berniat menjauh. Hanya isyarat dari kepekaan tubuh. Ketukan itu dirasakan kian dekat, dan Jean bertambah berlipat cemas sebab tidak bisa melihat apa pun. Tetap mengandalkan naluri untuk terus bergerak.

“S-siapa?” Tergugup, suara yang keluar minim dan gemetar. Napas tertahan seketika diri kaku sebab sebelah lengannya menabrak, keras dan menyiku. Ia terpojok. Dan langkah itu terhenti, berikut dentang besi pada keramik menyentaknya.

Tiada suara timbul dan dapat didengar selain napas sendiri begitu memburu dalam ketenangan mencekam, senyap, sesak seperti melahap. Kepala Jean dongakkan seolah menatap secara yakin dari mana sosok itu datang. Ia kembali mengulang pertanyaannya dengan nada takut-takut, tetapi tetap tidak ada balasan apa-apa. Ia masih belum mendengar langkah kepergian, dan itu dibenarkan dengan besi basah yang kemudian disentuhkan pada pipinya. Kemudian aroma memualkan tercium, dan Jean takut sekadar berpaling lalu bisa saja benda tersebut adalah benda tajam yang dapat melukai. Tubuhnya tegang tatkala besi itu mengelus pipi berangsur ke atas sampai sebelah pelipis, menyelip pada sela kain penutup mata. Dan sebelum serentak tarikannya, Jean telah memejam bersiap atas kemungkinan berbahaya. Akan tetapi, yang dirasakan justru kain pengganggu pandang itu tersingkap dan jatuh di pundak.

𝐀𝐠𝐫𝐞𝐞𝐦𝐞𝐧𝐭 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang